Dimanakah Pemimpin Muslim Hari ini?

Mei 11, 2017


"Sesungguhnya orang-orang Mukmin adalah bersaudara, karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu, dan bertakwalah kepada Allah, supaya kamu mendapat rahmat" (QS. Al-Hujurat:10)


Mari sejenak kita semua membaca sebuah petikan hadist dari Abu Hurairah –semoga Allah Ta’ala meridhoinya-, ia berkata : Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Sesungguhnya Allah Yang Maha Mulia dan Maha Besar berfirman pada hari Qiyamat : “Wahai anak Adam, Aku sakit namun kamu tidak menjengukKu”. Ia berkata : “Wahai Tuhan saya, bagaimana saya menjengukMu sedang Engkau adalah Tuhan semesta alam?”. Dia berfiman : “Tidakkah kamu mengetahui bahwa hambaKu fulan sakit, namun kamu tidak menjenguknya? Tidakkah kamu mengetahui, seandainya kamu menjenguknya niscaya kamu mendapati Aku di sisinya. Wahai anak Adam Aku minta makan kepadamu namun kamu tidak memberi makan kepadaKu”. Ia berkata : “Wahai Tuhan saya, bagaimanakan saya memberi makan kepadaMu, sedangkan Engkau Tuhan semesta alam?”. Allah berfirman :”Tidakkah kamu mengetahui bahwasanya hambaKu si fulan minta makan kepadamu, tetapi kamu tidaklah memberi makan kepdanya? Apakah kamu tidak mengetahui bahwasanya seandainya kamu memberi makan kepadanya, niscaya kamu mendapatkannya di sisiKu? Wahai anak Adam, Aku minta minum kepadamu, tapi kamu tidak memberi minum kepadaKu”. Ia berkata : “Bagaimanakah saya memberi minum kepadaMu sedang kamu adalah Tuhan alam semesta?”. Allah berfirman : “HambaKu si fulan minta minum kepadamu, tetapi kamu tidak memberinya minum, niscaya kamu mendapatinya di sisiKu” (HR. Muslim)



Suriah kembali memanggil kita, demikian pula saudara kita dibelahan dunia Islam yang lain, Rohingya salah satunya. Pernahkah anda mendengar kondisi saudara seiman yang sampai detik ini hidup dalam kondisi ketertindasan dan kedzoliman. Kontribusi apa yang kita berikan untuk mereka? Tenaga? Harta? Atau jangan-jangan do’a saja tidak. Banyak orang yang mungkin beralasan mengurus kebutuhan hidup sendiri saja susah apalagi memikirkan urusan orang lain. Banyak orang juga mungkin beralasan, ngapain ngurusin Suriah, Aleppo, Rohingya, saudara kita saja yang tertimpa musibah di Aceh belum teratasi kesulitannya secara maksimal. Namun wajib diketahui oleh kita semua wahai sahabat seiman, bahwa apapun yang terjadi di negeri kita ini, sesulit apapun hidup kita, bukan berarti kita tenggelam dan larut dengan kesulitan yang ada sehingga melupakan kondisi saudara kita di luar sana yang jauh lebih besar ujian kehidupannya. Hal ini patut kita sadari sebab kondisi buruk yang sedang menimpa saudara kita di Suriah dan Rohingya penyebab utamanya adalah karena mereka bersikeras (istiqomah) menjaga keimannya dari rongrongan dan kedzoliman para penguasa kafir, berbeda dengan musibah yang menimpa saudara kita di Negara ini, sehingga amatlah layak bahkan wajib bagi kita selaku saudara seiman turut serta dan berkontribusi atas permasalahan yang menimpa saudara kita tersebut, karena sungguh persaudaraan yang dilandasi keimanan dan Islam jauh lebih berharga di mata Allah –Subhanahu wa Ta’ala- dibandingkan persaudaraan atas nama hubungan darah dan tanah air.



Membaca beberapa berita yang berkaitan dengan sikap para pemimpin Muslim terkait tragedi kemanusiaan serta pelanggaran HAM yang tengah melanda Suriah, sungguh sangat-sangat dan sangat disayangkan ketika di majelis umum PBB, perwakilan pemerintah Indonesia termasuk yang memilih sikab abstain dalam voting tersebut. Indonesia bersama 14 negara lainnya memilih tidak menentukan sikap. Negara yang memilih abstain selain Indonesia adalah Bangladesh, Burundi, Congo, Ecuador, Ethiopia, India, Kenya, Kusgystan, Namibia, Nigeria, South Africa, dan Vietnam. Dari voting tersebut hanya 6 negara yang menyatakan konflik suriah bukan pelanggaran HAM, keenam Negara tersebut berideologi komunis seperti Algeria, Bolivia, China, Rusia, dan Venezuela. Hingga berita ini dipublikasikan media massa, belum ada keterangan resmi dari pemerintah Indonesia yang memilih sikap abstain.



Sikap yang juga sangat mengecewakan terlihat dari kebijakan pemerintah Indonesia saat ini, di kala kaum Muslim di Suriah dibantai oleh pasukan Syiah Suriah dan kroninya, pemimpin negara kita malah melakukan kunjungan ke negeri Iran dengan alasan hubungan diplomatik, pada hal semua muslim tahu, bahwa yang menjadikan tentara Bassar Assad sampai detik ini bisa membantai kaum muslimin di Suriah, tiada lain atas bantuan Iran dan Rusia, sehingga lambat laun kita negara mayoritas muslim yang termarginalkan dari pentas dunia Islam sendiri, mengingat hubungan diplomatik yang sangat erat antara para penguasa kita dengan China dan Iran. –Semoga Allah Ta’ala memberikan hidayah-Nya kepada kita semua. Aamiin.



Selayaknya bagi seorang muslim, kehormatan diri ini serta keselamatan saudara se-iman merupakan prioritas utama. Tiadakah kita membaca keterangan pembuka dari hadist di atas, bagaimana perhatian Allah Ta’ala atas kesusahan yang menimpa saudara kita, manakala kita mengabaikannya. Dalam konteks Suriah maupun Rohingya, kiranya bantuan berupa materi dan do’a yang bisa kita persembahkan, selebihnya berupa jihad dalam arti berperang, merupakan otoritas pemimpin bangsa ini. –semoga Allah Ta’ala memaafkan kita semua-. Selanjutnya, agar hati ini terketuk, mari kita membaca sekilas sejarah yang menuturkan bagaimana sikap yang dicontohkan oleh Rosulullah –shalallahu ‘alaihi wa sallam- selaku pemimpin kaum muslimin, demikian pula yang dipraktekan oleh para penguasa yang hidup di masa shalafussholeh ketika ada saudaranya seiman yang meminta pertolongan atas kesusahan yang menimpanya, mereka begitu sigap dan tanggap menangani permasalahan yang ada, meski untuk itu mereka diharuskan merentas batas tanah, daerah bahkan mancanegara.



Pada zaman nabi Muhammad –shalallahu ‘alaihi wa sallam-, dikisahkan ada seorang tukang emas Yahudi Bani Qainuqa menganiaya kehormatan seorang Muslimah dengan mengikat pinggir bajunya sehingga menyebabkan tubuhnya tersingkap, sontak seorang pria Muslim yang tengah berada di tempat kejadian itu tersulut emosinya, dan langsung membunuh orang Yahudi itu. Melihat sesama Yahudi itu terbunuh, masyarakat Yahudi yang ada di pasar langsung mengkerumuni pemuda Muslim tersebut, dan membantainya secara beramai-ramai. Tidak lama sesudah peristiwa memilukan itu terjadi, keluarga pria Muslim itu memohon bantuan kepada Rasulullah –shalallahu ‘alaihi wa sallam-, dan beliau pun langsung mengirimkan pasukan dan menyerang kabilah Yahudi Bani Qainuqa, dan setelah 15 hari melakukan pengepungan seluruh suku Bani Qainuqa diusir dari Madinah dengan hina dina.



Kisah heroik lain disebutkan dalam sejarah seorang khalifah Dinasti Bani Abbasiyyah yang bernama Al-Mu’tashim. Ditulis dengan tinta emas sejarah Islam dalam kitab al-Kamil fi al-Tarikh karya Ibn Al-Athir.Peristiwa bersejarah tersebut terjadi pada tahun 223 Hijriyyah,dalam judul Penaklukan kota Ammuriah. Ketika itu, al-Mu’tasim, khalifah di masa Bani Abbasiyah, sedang memegang gelar untuk minum ketika didengarnya seorang muslimah dilecehkan oleh tentara Romawi. Khalifah pun langsung berseru kepada panglima perangnya agar bersiap menuju Ammuriah, tempat dimanan muslimah tersebut berteriak meminta tolong.

           
Diceritakan muslimah itu keturunan Bani Hashim dan sedang berbelanja di sebuah pasar di kawasan negeri di bawah kekuasaan Romawi, di utara benua Asia, yakni tepatnya di kota Ammuriah, kawasan Turki hari ini. Disaat sedang berbelanja itulah,sang muslimah diganggu oleh seorang lelaki Romawi dengan menyentuh ujung jilbabnya sehingga dia secara spontan berteriak, “ Wa Mu’tashamah......!!!” Yang juga berarti “ Dimana kau Mu’tasim....Tolong Aku." Teriakan muslimah tersebut akhirnya sampai ke telinga Khalifah al-Mu’tasim.Puluhan ribu tentarapun digelar mulai dari gerbang ibukota di Baghdad hingga ujungnya mencapai kota Ammuriah. Pembelaan kepada muslimah ini sekaligus

Dimasudkan oleh khalifah sebagai pembebasan Ammuriah dari jajahan Romawi. Catatan sejarah menyatakan bahwa ribuan tentara Muslim bergerak di bulan April,833 Masehi dari Baghdad menuju Ammuriah.Kota Ammuriah dikepung oleh tentara Muslim selama kurang lebih lima bulan hingga akhirnya takluk di tangan Khalifah al-Mu’tasim pada tanggal 13 Agustus 833 Masehi.Hanya seorang

Muslimah yang dilecehkan kafir Romawi dan berteriak ‘Wahai Mu’tasim” maka sang khalifah tersentuh hatinya dan terbakar ghiroh Islamnya sehingga dilancarkan serangan penaklukan ke Ammuriah hingga sang Muslimah akhirnya bisa dibebaskan.Allahu Akbar!

WaAllahu a’lam bisshowab.


Source : Buletin Jumat

Artikel Terkait

Previous
Next Post »