Allah Yang Maha Adil

Mei 11, 2017

“Timbangan pada hari itu ialah kebenaran (keadilan), maka barang siapa berat timbangan kebaikannya, maka mereka itulah orang-orang yang beruntung. Dan siapa yang ringan timbangan kebaikannya, maka itulah orang-orang yang merugikan dirinya sendiri, disebabkan meraka selalu mengingkari ayat-ayat Kami”. (QS. Al-‘Araaf : 8-9)


Di antara sifat mulia yang dimiliki Allah Ta’ala adalah Al-‘Adl yang bermakna Maha Adil. Al-‘Adl berasal dari kata ‘adala yang berarti lurus dan sama. Keadilan Allah SWT bersifat mutlak, tidak dipengaruhi oleh apapun dan oleh siapapun. Keadilan Allah Ta’ala juga didasari dengan ilmu pengetahuan-Nya yang Maha Luas, sehingga tidak mungkin keputusan-Nya itu salah, Allah Ta’ala berfirman: “Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang ghaib; tidak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan Dia mengetahui apa yang di daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula) dan tidak jatuh sebutir biji pun dalam kegelapan bumi, dan tidak sesuatu yang basah dan yang kering, melainkan tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfudz)”. (QS. Al-An’am : 59)


Dalam redaksi ayat yang lain disebutkan Maha adilnya Allah Ta’ala sangatlah mendetail penghisaban amalan setiap hamba-hamba-Nya, sehingga tiada satupun butiran kebaikan maupun keburukan melainkan ada balasan setimpal dan tiada kedzaliman didalamnya. Firman Allah Ta’ala: “Dan diletakkanlah kitab (catatan amal), lalu kamu akan melihat orang-orang yang bersalah ketakutan terhadap apa yang (tertulis) di dalamnya, dan mereka berkata: “Aduhai celaka kami, kitab apakah ini yang tidak meninggalkan yang kecil dan tidak (pula) yang besar, melainkan ia mencatat semuanya; dan mereka dapati apa yang telah mereka kerjakan ada (tertulis). Dan Rabbmu tidak mendzalimi seorang pun”. (QS. Al-Kahfi : 49)


Mentadaburi sifat Maha adil-nya Allah Ta’ala yang mutlak, keadil-Nya kian termaknai pada perhitungan amal hari kiamat nanti. Terdapat banyak sekali gambaran Maha Adil Allah Ta’ala yang disuguhlan baik dalam firman suci-Nya ataupun dalam sunnah rasul-Nya yang mulia, salah satunya keterangan yang menegaskan akan ditegakkannya hukum qisas yang seadil-adilnya di antara kalangan binatang, karena sungguh Allah Ta’ala tidak akan pernah mentolerir kedhaliman sekecil apapun bilamana terjadi di antara makhluk-makhluk ciptaan-Nya, meski kepada hewan atau binatang sekalipun, dan sungguh mereka akan mendapati keputusan Allah Ta’ala seadil-adilnya. Allah SWT berfirman :”Dan tiadalah binatang-binatang yang ada di bumi dan burung-burung yang terbang dengan kedua sayapnya, melainkan uamt-umat (juga) sepertimu. Tiadalah Kami lupakan sesuatu apapun di dalam Al-Kitab kemudian kepada Rabb-lah mereka dihimpun.” (QS. Al-An’aam : 38)


Fakta yang menarik mesti kita cermati pula, bahwa sesungguhnya makhluk pertama kali diadili oleh Allah Ta’ala adalah binatang, bukan manusia maupun jin. Allah Ta’ala berfiman : “Dan apabila binatang-binatang liar dikumpulkan (yakni dikumpulkan di hari kiamat untuk diadili)”. (QS. At-Takwir : 5). Syaikh Muhammad bin Sholih al-‘Utsaimin rahimahullah mengatakan, “pada hari kiamat kelak seluruh binatang akan dikumpulkan, sedangkan manusia menyaksikannya. Kemudian binatang-binatang diadili, sehingga binatang yang tidak bertanduk akan menuntut balas terhadap binatang yang bertanduk yang telah menanduknya di dunia. Setelah binatang tersebut diqishash dan mereka mendapati keputusan seadil-adilnya, Allah Ta’ala selanjutnya mengubah seluruh hewan menjadi tanah. Semua ini Allah Ta’ala lakukan demu tegaknya keadilan di antara makhluk-Nya.” (Tafsir Juz ‘Amma, hal. 70).


Sesungguhnya ketika proses hisab kepada seluruh hewan ini dilaksanakan, seluruh proses perhitungan dan pembalasan amal disaksikan oleh para malaikat, begitu juga orang-orang yang beriman sampai dengan orang kafir. Hingga setelah seluruh binatang diadili dan mendapatkan haknya masing-masing, Allah Ta’ala kemudian berfirman: “Jadilah kalian tanah!,” seketika itu juga binatang-binatang itu berubah menjadi tanah, dan tatkala melihat hewan itu diubah menjadi tanah, seluruh orang-orang kafir berharap ingin seperti hewan yang menjadi tanah guna terhindar dari siksa neraka dan balasan Allah Ta’ala yang pedih, dan orang kafir itu mengatakan keinginan hatinya, “Alangkah baiknya jika aku menjadi tanah”. Harapan orang kafir yang sia-sia ini Allah Ta’ala abadikan dalam firman-Nya: “Dan orang kafir itu berkata, “Alangkah baiknya sekiranya aku menjadi tanah saja”. (QS. An-Naba:40)


Sungguh bilamana peradilan di mahkamah Allah Ta’ala ditegakkan kepada seluruh makhluk sebangsa binatang, lantas bagaimana keadaanya dengan kita selaku manusia yang mana janji kenikmatan surga ataupun dahsyatnya siksa neraka merupakan satu janji yang pasti sebagai balasan atas baik buruknya amalan kita, tentu penghisaban Allah Ta’ala serta keputusan-Nya yang Maha adil tiada akan pernah luput begitu saja dari kita semua. Diriwayatkan dari ‘Abdullah ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa salam bersabda: “Allah mengumpulkan semua manusia dari yang pertama sampai yang terakhir, pada waktu hari tertentu dalam keadaan berdiri selama empat puluh tahun. Pandangan-pandangan mereka menatap (ke langit), menanti pengadilan Allah”. (Diriwayatkan oleh Ibnu Abi ad-Dunya dan ath-Thabrani. Hadist ini dinilai shahih oleh al-Albani dalam shahih at-Targhib wat-Tarhib no 3591)


Saudaraku seiman, sungguh peristiwa mahkamah ilahi di padang Mahsyar sangatlah dahsyat. Di hari itu, Allah Ta’ala mengumpulkan seluruh makhluknya, yang pertama sampai terakhir di satu tanah luas yang datar, dari mulai binatang, jin serta manusia, dan sungguh manusia yang berdosa benar-benar mengalami kesusahan dan kesedihan yang nyata..


Wa Allahu a’lam bisshowab.




 Penulis : Ridwan, Lc, M.Pd I



Sumber : Risalah Jumat

Artikel Terkait

Previous
Next Post »