Manusia Berencana, Tuhan yang Menentukan

Januari 08, 2017
Ungkapan "Manusia berusaha, Tuhan menentukan" dapat kita maknai: seberapa keras usaha yang kita lakukan, apa pun hasilnya, kita seharusnya pasrah dan berserah, karena pasti ada "hukum alam" yang luar biasa indah di balik semua hasil yang didapat.
Alkisah, ada seorang pemburu yang tengah memburu mangsanya di hutan. Namun, karena suatu sebab, ia mengalami kecelakaan. Bukannya mendapatkan buruan, ia malah mendapatkan musibah terperosok ke dalam lubang jebakan yang dibuat oleh pemburu lainnya. Kakinya pun terluka parah sehingga harus diamputasi sebatas paha.
Tentu, ia bersedih. Bukan karena sekadar kehilangan kaki, tapi karena kini ia mengalami kesulitan dalam berburu mangsa di hutan. Apalagi, hanya dari berburu itulah ia bisa menghidupi keluarganya. Sebab, sebelum kejadian itu, ia selalu menjual sebagian besar buruannya ke pasar dan mendapatkan uang yang cukup untuk memberi makan keluarganya.
Hari demi hari berlalu, waktu demi waktu berjalan. Meski berusaha sekuat tenaga untuk bisa pulih dan kembali berburu dengan bantuan kaki palsu, ia tak bisa selincah dulu lagi. Sehingga, si pemburu itu pun tak bisa memenuhi kebutuhan keluarganya seperti dulu. Beruntung, keluarganya selalu mendukungnya.
Maka, untuk menambal kebutuhan hidup, mereka pun bercocok tanam dan berkebun di ladang yang selama ini kurang dimaksimalkan. Bahu-membahu mereka saling bantu. Di tengah kesedihannya karena tak bisa berburu, pelan tapi pasti si pemburu kini mulai menemukan semangat baru. Apalagi, keluarganya pun ikut membantu. Sehingga, tanpa dirasa, hasil tanaman dan panenan kebun itu ternyata cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. Bahkan, karena makin mahir dan tahu teknik terbaik, hasilnya pun makin lama makin berlimpah.
Tanpa terasa, waktu berlalu. Si pemburu dan keluarganya kini menjadi petani yang sukses. Mereka hidup berkecukupan dari hasil berkebun. Bukan itu saja. Jika dulu sering meninggalkan keluarga karena harus berburu selama beberapa lama di hutan, kini si pemburu selalu berada dekat dengan keluarganya. Ia bebas bercanda dan mendidik anaknya sehingga semua tumbuh dengan sehat. Karena itulah, meski dulu sangat menyesal kakinya cacat ketika berburu dulu, kini si pemburu berterima kasih pada nasib. Sebab, dengan kondisi saat ini, ia malah makin dekat dengan keluarga dan makin bisa membahagiakan mereka karena bisa selalu berada dekat dengan istri dan anaknya.
Itulah sepenggal kisah "keindahan" di balik musibah. Si pemburu yang menyesal kakinya harus hilang dan tak bisa lagi berburu, ternyata mendapat "skenario" indah dalam kehidupannya. Ia malah bisa lebih bahagia saat menjadi petani tanpa harus meninggalkan keluarganya ke hutan. Melalui kisah ini, kita bisa belajar, bahwa memang manusia berusaha, Tuhan yang menentukan. Dan, pasti ada banyak hikmah di balik ketentuan Sang Mahakuasa.
Namun selain itu, jangan dilupakan juga, bahwa sebelum Tuhan menentukan, manusia wajib berusaha. Kalimat "manusia berusaha" yang berada di depan kalimat "Tuhan menentukan", harus kita perhatikan. Sebab, tanpa usaha, tanpa bekerja, tanpa berupaya, kita hanya akan jadi manusia tanpa daya. Karena itu, jangan pernah tidak berusaha ketika mengharap sesuatu. Jangan berkata pasrah dan berserah pada ketentuan Sang Mahakuasa jika kita belum mengusahakan semaksimal yang kita bisa. Sebab sejatinya, yang terbaik dari-Nya hanya akan diberikan kepada mereka yang mau berbuat yang terbaik pula untuk diri dan lingkungannya.
Mari terus berusaha, terus berkarya. Do your best, let God take the rest.

Artikel Terkait

Previous
Next Post »