Kisah Taubat Seorang Ahli Maksiat

Januari 28, 2017
"Dan tidaklah taubat itu diterima Allah dari orang-orang yang mengerjakan kejahatan (yang) hingga apabila datang ajal kepada seseorang di antara mereka, (barulah) ia mengatakan: “sesungguhnya aku bertaubat sekarang”. (QS. An-Nissa’ : 18).
Sungguh sahabatku telah berubah, tertawanya renyah lembut menyapa setiap telinga, laksana fajar menyingsing menyambut pagi. Padahal sebelumnya tertawanya sering kali memekakan telinga dan menyakiti perasaan.
Kini pandanganya sejuk penuh tawadhu. Sedangkan sebelumnya penuh dengan pandangan destruktif. Ucapan yang keluar dari mulutnya kini penuh dengan perhitungan, padahal sebelumnya sesumbar kesana kemari melukai dan menyakiti hati orang, tidak peduli dan tidak ada beban dosa.
Wajahnya tenang diliputi cahaya hidayah setelah sebelumnya terkesan garang dan tidak ada belas kasihan.Aku tatap wajahnya, dia paham apa yang aku inginkan, lalu ia berkata.
“Sepertinya engkau bertanya kepadaku. Apa yang membuatmu berubah?”
“Ya, itu yang ingin aku bertanya kepadamu”, tandasku”. Wajahmu yang kulihat beberapa tahun yang lalu berbeda 180 derajat dengan wajah yang kulihat sekarang.
“Maha suci Allah yang maha merubah keadaan” katanya penuh rasa syukur.
“Hmm…., pasti dibalik semua itu ada kisah menariknya,” komentarku.
“Ya, kisahnya bila kukenang, selalu menambah keimananku kepada Allah yang maha kuasa atas segala sesuatu, kisahnya melebihi khayalan, namun tetap sebuah kenyatan yang telah merubah arah hidupku, sekarang aku ceritakan semua kisah ini”.
Ketika aku sedang mengendarai mobil menuju Kairo, di salah satu jembatan yang menghubungkan kota tersebut, tiba-tiba seekor sapi dan seorang anak kecil melintas di depanku, aku kaget dan tidak dapat mengendalikan kendaraan.
Tanpa sadar mobilku terjun ke sungai, dan aku sudah ada di dalam air. Aku angkat kepalaku ke atas agar bisa bernafas, tetapi mobilku terus tenggelam dan air nyaris memenuhi, tanganku segera menjamah gagang pintu, tapi pintunya terkunci.
Saat itu aku merasa akan segera mati,yang terbayang adalah perjalanan hidup yang penuh dengan dosa dan noda.Segalanya seperti gelap, seperti ada di terowongan yang dalam dan gelap, panik dan mencekam dan batinku berteriak,
“Yaa.. Rabb selamatkanlah aku bukan dari kematian yang sebentar lagi akan ku alami, tapi selamatkanlah aku dari segala dosa yang telah melingkupi diriku”.
Aku merasa jiwaku seperti melayang dan mohon ampun kepada Allah sebelum menemui-Nya, lalu aku mengucapkan dua kalimat syahadat, aku mulai merasa akan mati.
Aku berusaha menggerakan tanganku untuk menggapai sesuatu, tiba-tiba tanganku menyentuh suatu lubang. Aku ingat lubang tersebut berasal dari kaca bagian depan yang pecah sejak tiga hari lalu.
Tanpa pikir panjang lagi aku dorong sekuat tenaga badanku keluar dari kaca bolong tersebut, aku kembali melihat cahaya terang, aku lihat orang-orang menyaksikan dari tepi sungai seraya berteriak keras agar ada salah seorang yang menolongku.
Lalu terjunlah dua orang dari mereka ke sungai dan membawaku ke tepinya. Dengan fisik yang lemah lunglai aku masih merasa tidak yakin bisa selamat dan kembali hidup.
Dari kejauhan kulihat mobilku perlahan-lahan terbenam ke dalam air. Sejak detik itu merasa sangat ingin meninggalkan masa laluku yang penuh dengan dosa.
Hal itu langsung ku buktikan sesampainya di rumah, langsung ku robek-robek gambar dan poster para selebritis pujaan dan gambar wanita setengah telanjang yang sengaja ku pajang di dinding rumahku.
Lalu aku masuk ke kamar dan menghempaskan badanku di atas kasur sambil menangis. Baru pertama kali ini aku merasa menyesal terhadap dosa-dosa yang telah kuperbuat.
Semakin keras tangisku dan semakin deras air mataku bercucuran, sementara badanku gemetar. Saat itulah aku mendengar adzan, seakan-akan aku baru mendengarnya pertama kali.
Aku langsung bangkit berdiri dan segera bergegas mengambil air wudhu. Di masjid, setelah aku menunaikan sholat, aku menyatakan taubat dan mohon kepada Allah agar mengampuniku.
Sejak itulah sebagaimana yang engkau lihat sekarang wajahku berubah karena taubat. Aku tertegun mendengar ceritanya lalu aku katakan kepadanya :
“Bahagialah engkau hai saudaraku, segala puji bagi Allah atas keselamatanmu, sungguh Allah telah menghendaki kebaikan terhadapmu, Allah akan selalu melindungimu dan menjagamu, serta mengokohkan langkahmu di atas kebenaran”.
WaAllahu a’lam bisshowab.
Penulis : Husein Uwais Mathar
#aazayyan

Artikel Terkait

Previous
Next Post »