Rangkuman Psikologi Komunikasi "Perilaku Manusia"

Januari 31, 2017
PERILAKU MANUSIA
BERBAGAI PENDEKATAN PSIKOLOGI TENTANG PERILAKU MANUSIA
Dalam dunia psikologi memiliki pendekatan-pendekatan untuk melihat dan menilai perilaku manusia. Setiap pendekatan memandang manusia dengan cara yang berlainan. Adapun
pendekatan tersebut adalah :
Pendekatan neurobiologik
Pendekatan psikoanalisis
Pendekatan perilaku
Pendekatan kognitif
Pendekatan humanistik
A. PENDEKATAN NEUROBIOLOGIS
Pendekatan ini mencoba menjelaskan hubungan antara perilaku yang dapat diamati dan kejadian-kejadian mental (seperti pikiran dan emosi) menjadi proses biologis.
Penemuan-penemuan penelitian telah menunjukkan bahwa ada hubungan yang sangat erat antara aktivitas otak dengan perilaku dan dengan pengalaman. Misalnya, reaksi emosi, seperti rasa takut dan marah, pada hewan dan manusia dapat dirangsang dengan aliran listrik lemah di daerah tertentu yang jauh di bagian dalam otak.
Dari berbagai penelitian dikatakan, tindakan manusia yang paling rumit pun pada akhirnya mempunyai kemungkinan untuk di perinci dan diteliti dasar mekanisme neurobiologisnya.
Menurut Sukadji 1986, konsepsi psikologi mengenai manusia yang hanya didasarkan neurobiologi kurang memadai untuk menjelaskan perilaku manusia. oleh karena itu dibutuhkan pendekatan-pendekatan lain untuk mengkaji fenomena-fenomena psikologi.
B. PENDEKATAN PSIKOANALISIS
Jika kita ingin menganalisis manusia berdasarkan dengan perkembangan kepribadiannya atau proses sosialisasi serta mengidentifikasi perilaku agresi, kita tepat menggunakan pendekatan ini, yaitu pendekatan psikoanalisis.
Sigmund Freud adalah orang pertama yang memperkenalkan pendekatan psikoanalisis. sesungguhnya psikoanalisis adalah teknik psycho-therapeutic. Berdasarkan pengalaman terapi terhadap penderita gangguan jiwa yang disebut neurotic maka Freud menerbitkan buku The Interpretation of Dreams.
apa yang mendasari timbulnya teori psikoanalisis ini??. yang menjadi anggapan dasar Freud adalah bahwa perilaku manusia ditentukan oleh insting bawaan yang sebagian besar tidak disadari. Proses ketidak sadaran ini menurut Freud adalah proses terpengaruhnya perilaku oleh pikiran, ketakutan atau keinginan-keinginan yang tidak didasari oleh orangnya.
Hal terpenting dari pendekatan psikoanalisis adalah bahwa tindakan manusia mempunyai sebab. Namun, penyebabnya sering kali berupa motif-motif yang tidak disadari, bukan alasan rasional yang diberikan oleh seseorang terhadap perilakunya. Dalam pandangan psikoanalis, kepribadian manusia merupakan interaksi antara id,ego, superego.
Id dimaksudkan sebagai hawa nafsu yang memuat dorongan-dorongan biologis manusia.
Contohnya, id-lah yang mendorong kita untuk makan,minum, berhubungan seksual, dan dorongan-dorongan biologis lain yang bermuara pada pencapaian kesenangan. Id bergerak dengan kesenangan dan dengan id kita tidak peduli dengan orang lain, lingkungan sekitar ataupun pada seluruh bentuk kenyataan hidup.
Id bersifat egois. Dalam id terdapat dua insting yang dominan, yaitu (i). libido atau eros, dan (ii) thanatos. Libido adalah insting reproduktif yang menyediakan energi dasar untuk melakukan kegiatan agar tetap hidup. Sedangkan thanatos adalah insting yang merusak pada kematian
Ego bergerak berdasarkan perinsip realitas adalah struktur kepribadian yang membawa kita untuk menjejak pada kenyataan sosial. Oleh sebab itu ego pulalah yang membuat keinginan-keinginan kita terpenuhi. Sebaliknya Id hanya menghasilkan sejumlah keinginan, tetapi bukan memenuhinya.
Contoh ego : jika anda seorang karyawan, anda tidak bisa begitu saja (walaupun ingin sekali!) memaki atau menegur atasan anda karena perlakuan atasan anda yang tidak adil dan seenaknya. Pada saat seperti itu , anda harus melihat realitas. Dalam kedudukan atasan dan bawahan itu memang posisi anda lebih lemah, power ada pada atasan anda. Bahkan, dalam banyak kejadian, ketika anda ingin memperjuangkan hak anda, teman-teman anda sesama karyawan menasihati anda untuk tidak usah berbuat macam-macam. Mereka berkata "sudahlah, jangan diteruskan, nanti kamu rugi akan berlipat-lipat".

Superego dipandang sebagai polisi kepribadian, hati nurani yang berupaya mewujudkan keinginan-keinginan ideal kita, yaitu norma-norma sosial dan kultural masyarakat kita.

Id melahirkan keinginan kita untuk memiliki rumah mewah, mobil mutakhir, pasangan cantik jelita dan ganteng, dan atribut-atribut kemewahan lainnya. Oleh karena posisi memungkinkan, keinginan itu tidak diwujudkan dengan korupsi. Namun dorongan korupsi menjadi kuat karena banyak orang yang melakukannya. Ego melihat realitas ini dan memberi kemungkinan kepada id untuk merealisasikan keinginannya. Namun super ego memperingatkan bahwa korupsi tidak boleh dilakukan. Oleh karena nilai sosial dan kultural masih dipegang seperti itu, Ego pun menjadi bingung dan frustasi. boleh atau tidakkah korupsi dilakukan? Biasanya Ego akan melakukan distorsi realitas, misalnya berfikir, si A yang terkenal idealis itu pun akhirnya korupsi juga, kok.


C. PENDEKATAN PERILAKU

Menurut Watson jika psikologi ingin diakui sebagai ilmu maka data harus diperoleh dari yang dapat diamati dan dapat diukur. Pndekatan ini adalah "angkatan kedua" dalam psikologi, sesudah psikoanalisis. Mazhab ini lahir di amerika, ketika metode ilmiah dipercaya sebagai satu-satunya cara mengetahui perilaku yang dapat diandalkan (Rakhmat,2003).
Behaviorisme adalah pendekatan yang sangat bermanfaat untuk menjelaskan persepsi interpersonal, konsep diri,eksperimen, sosialisasi, kontrol sosial,serta ganjaran dan hukuman. 
Berbeda dengan psikoanalisis yang melihat bahwa perilaku manusia lahir dari keinginan bawah sadar  mereka, behaviorisme (perilaku) menganailis perilaku manusia hanya berdasarkan perilaku yang tampak dan dapt diukur.
Behaviorisme percaya bahwa perilaku manusia merupakan hasil dari proses belajar. manusia belajar dari lingkungannya dan dari hasil belajar itulah ia berperilaku. Oleh karena itu, manusia dapat dipengaruhi oleh lingkungannya.
Pendekatan ini juga berpendirian bahwa manusia dilahirkan tanpa sifat-sifat sosial atau psikologis. Perilaku adalah hasil pengalaman dan perilaku digerakkan atau dimotivasikan oleh kebutuhan untuk memperbanyak kesenangan dan mengurangi penderitaan (Rakhmat,1994).
Pendekatan ini juga disebut  psikologi Stimulus-Response (S-R). Pendekatan S-R yang ketat tidak mempertimbangkan pengalaman kesadaran seseorang. Sebagaimana yang dikatakan Sukadji, pengalaman sadar hanyalah kejadian-kejadian yang dialami dengan kesadaran penuh. Pengalaman sadar itu hanya dapat diketahui oleh anda sendiri, seorang peneliti hanya bisa melihat dan menilai tindakan anda, emosi yang sedang anda alami.


D. PENDEKATAN KOGNITIF

Psikologi kognitif berpendapat bahwa manusia bukan hanya penerima stimuli yang pasif. Mental manusia mengolah informasi yang diterimanya dan mengubahnya menjadi bentuk-bentuk baru dan memilihnya kedalam kategori-kategori.
Kognisi adalah sebutan bagi proses berbagai cara manusia mentransformasikan masukan indrawi, membubuhi kode-kode pada masukan ini, dan menyimpan kode-kode kedalam ingatan serta mengambil kembali untuk dipergunakan jika diperlukan. Persepsi, pembentukan image, pemecahan masalah, ingatan dan berfikir, semuanya adalah istilah yang menggambarkan fase-fase hipotetik terjadinya kognisi.
Pendekatan kognitif adalah pendekatan yang menanggapi keresahan orang ketika behaviorisme tidak mampu menjawab mengapa ada orang yang berperilaku berbeda dari lingkungannya, yakni ia memiliki motif pribadinya sendiri. Juga karena terlihat bagaimana pasifnya manusia. 
Psikologi kognitif berusaha meneliti proses-proses mental dengan cara objektif dan ilmiah. Pendekatan ini melihat manusia sebagai makhluk yang selalu berusaha memahami lingkungannya, makhluk yang selalu berfikir. Perilaku manusia harus dilihat dari konteksnya. Perilaku manusia bukan sekedar hasil dari proses menanggapi stimulus yang diterimanya.
Menurut Kurt Lewin, tokoh pendekatan ini, dengan rumus :
B= f(P,E)
Ket : B= behavior. adalah hasil interaksi antar keseluruhan diri seseorang
P= person. dengan lingkungan psikologinya
E= enviroment.

Dengan pandangan tersebut, Lewin menyatakan bahwa dalam suatu kelompok manusia akan terdapat sifat-sifat kelompok yang tidak dimiliki individu.

Mereka Leon Festinger dan Fritz Heider adalah tokoh teori konsistensi kognitif. teori ini menyatakan bahwa manusia cenderung mengalami ketegangan pada saat kebutuhan psikologinya belum terpenuhi. Pada saat seperti ini, ia termotivasi untuk mengurangi ketegangan tersebut. Agar tidak terjadi ketegangan ia berusaha mengoptimalisasi dalam persepsi,perasaan,kognisi dan pengalamannya.
 Misalnya, si A sorang perokok berat. suatu hari ia merasa terganggu dengan berita di surat kabar yang menyatakan bahwa rokok sangat berbahaya dan penyebab kematian no satu. Membaca berita itu menyebabkan ketegangan pada diri si A. ia pingin berhenti merokok, namun itu sudah menjadi kebiasaan yang sangat sulit dihentikan. Apa yang harus dilakukan? ia tentu tak mau lama-lama tegang. ia segera ,encari informasi lanjutan. Setelah informasi diterima, ia memiliki beberapa pilihan keputusan seperti :
(i) berhenti merokok sama sekali
(ii) terus merokok dengan alasan bahwa penelitian tentang rokok itu bisa saja salah
(iii)terus merokok dengan alasan dokter keluarga juga merokok
(iv) terus merokok dengan filter

E. PENDEKATAN HUMANISTIK
  
Pendekatan-pendekatan psikologi sebelumnya ternyata belum berhasi mengungkap manusia secara keseluruhan.
dalam pendekatan ini, manusia dipandang sebagai Homo Ludes (manusia bermain). setiap manusia hidup dalam pengalaman pribadinya yang unik. Tidak akan ada satu manusiapun yang memiliki pengalaman yang sama.
Pendekatan ini berpendapat manusia bukan hanya sekedar wayang, yang sibuk mencari identitas, namun ia juga berupaya mencari makna, baik makna kehidupannya, makna kehadirannya di lingkungan, serta apa yang dapat diberikannya kepada lingkungan.
Carl Rogers mengatakan, "kecenderungan batiniah manusia ialah menuju kesehatan dan keutuhan diri. Dalam kondisi yang normal ia berperilaku rasional dan konstruktif, serta memilih jalan menuju pengembangan dan aktualisasi diri". aktualisasi diri adalah mewujudkan diri sesuai dengan potensi yang dimiliki.
Psikologi humanistik menekankan kreativitas, vitalitas emosi, eutentisitas, dan pencarian makna diatas kepuasan materi. Pendekatan ini merupakan penampakan sosial dari upaya kita untuk membina hati dan tubuh yang bijak sebagaimana jiwa yang bijak (Rakhmat, 2003).
Psikologi humanistik bertumpu pada tiga dasar pijakan, yaitu :
(i) keunikan manusia
(ii) pentingnya nilai dan makna
(iii) kemampuan manusia untuk mengembangkan diri.
Jadi, pendekatan ini menilai manusia tidak digerakan oleh kekuatan luar yang tidak dapat di kontrolnya, tetapi manusia adlah pemeran yang mampu mengontrol nasib sendiri dan mampu mengubah dunia di sekelilingnya.

Artikel Terkait

Previous
Next Post »