”Langit yang tujuh, bumi dan semua yang ada di dalamnya bertasbih kepada Allah. Dan tak ada suatupun melainkan bertasbih dengan memuji-Nya, tetapi kamu sekalian tidak mengerti tasbih mereka. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penyantun lagi Maha Pengampun” (QS. Al-Isra:44)
Ibadah merupakan tujuan utama diciptakannya setiap makhluk ciptaan Allah Ta’ala, tidak hanya jin ataupun manusia, semesta raya berikut segala isi ciptaan-Nya turut pula dalam aktivitas mulia ini. Sadarkah kita jikalau kenikmatan surga begitupula dahsyatnya siksa neraka hanya diperuntukan untuk kalangan jin dan manusia semata, sementara makhluk ciptaan yang lain tiada janji dan jaminan bagi mereka akan adanya nikmat surga dan siksa neraka, namun mereka tetap syahdu dalam nikmatnya ibadah.
Allah Ta'ala berfirman : 'Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai" (QS. Al-A'raaf : 179)
Dalam keterangan yang lain disebutkan : "kecuali orang-orang yang diberi rahmat oleh Tuhanmu. Dan untuk itulah Allah menciptakan mereka. Kalimat Tuhanmu (keputusan-Nya) telah ditetapkan: sesungguhnya Aku akan memenuhi neraka Jahannam dengan jin dan manusia (yang durhaka) semuanya" (QS. Al-Huud : 119)
Terdapat begitu banyak ayat-ayat Al-Qur’an dan riwayat hadist yang menerangkan bahwa seluruh makhluk ciptaan Allah Subhanahu wa Ta’ala bertasbih memuji Sang Maha Pencipta. Sehingga bukan hanya manusia, namun juga tumbuhan, hewan dan makhluk lainnya juga ikut bertasbih dan beribadah kepada Allah Ta’ala.
Bertasbih berarti mensucikan dzat Allah Yang Maha Agung dari segala bentuk kekurangan dan persekutuan. Bila manusia bertasbih dengan mengucapkan kalimat tasbih, maka berbeda halnya dengan tumbuhan dan hewan, pasalnya mereka bertasbih dengan cara mereka sendiri yang tidak dimengerti oleh kita selaku manusia.
Jikalau kita banyak menelaah berbagai dalil yang berkaitan dengan ibadah, begitu banyak sekali keterangan yang menegaskan adanya amaliyah ibadah yang dilakukan makhluk semesta alam kepada Allah Ta’ala. Berikut beberapa keterangan firman Allah Ta’ala tersuguhkan untuk kita semua agar menjadi bahan tadabbur :
“Tidaklah kamu tahu bahwasanya Allah: kepada-Nya bertasbih apa yang di langit dan di bumi dan (juga) burung dengan mengembangkan sayapnya. Masing-masing telah mengetahui (cara) sembahyang dan tasbihnya, dan Allah Maha Mengetahui apa yang mereka kerjakan”
“Dan kepunyaan Allah-lah kerajaan langit dan bumi dan kepada Allah-lah kembali (semua makhluk)” (QS. An-Nuur : 41-42)
“Maka Kami telah memberikan pengertian kepada Sulaiman tentang hukum (yang lebih tepat); dan kepada masing-masing mereka telah Kami berikan hikmah dan ilmu dan telah Kami tundukkan gunung-gunung dan burung-burung, semua bertasbih bersama Daud. Dan kamilah yang melakukannya” (QS. Al-Anbiyaa : 79)
“Dan guruh itu bertasbih dengan memuji Allah, (demikian pula) para malaikat karena takut kepada-Nya, dan Allah melepaskan halilintar, lalu menimpakannya kepada siapa yang Dia kehendaki, dan mereka berbantah-bantahan tentang Allah, dan Dia-lah Tuhan Yang Maha keras siksa-Nya.” (QS. Ar-Ra’du : 13)
Disamping malaikat, gunung, burung, petir, beserta makhluk lain yang bertasbih, hewan sekalipun yang sering kita anggap tidak berguna sekalipun, seperti semut, katak dan kelelawar juga turut bertasbih mengagungkan Allah Azza wa Jalla. Sebagaimana Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda “suara katak itu tasbih, memuji Allah”. (HR. An-Nasai). Ibnu Umar menyatakan bahwa, “Janganlah kamu membunuh katak karena bunyi menguaknya adalah tasbih” (HR. Baehaqi).
Selanjutnya riwayat dari Anas bin Malik disebutkan bahwa, “Janganlah kamu membunuh katak, karena ia pernah melintas di atas api ibrahim serta membawa air di dalam mulutnya dan menyemburkan ke atas api. Hadist dari Abdullah bin ‘Amru -semoga Allah Ta’ala meridhoinya- ia berkata, “Janganlah kalian membunuh katak, karena suaranya adalah tasbih. Jangan pula membunuh kelelawar, karena ketika Baitul Maqdis roboh ia berkata : Wahai Rabb, berikanlah kekuatan padaku atas lautan hingga aku dapat menenggelamkan mereka” (HR. Al-Baihaqi).
Dalam keterangan yang lain, Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda, “Pernah seekor semut menggigit Nabi diantara Nabi-nabi. Lalu Nabi tersebut menyuruh membakar sarang semut, maka dibakarlah. Kemudian Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman kepadanya, “Apakah karena seekor semut yang menggigitmu, lalu engkau musnahkan satu umat (semut) dari umat-umat yang selalu membaca tasbih” (HR. Muslim).
Dalam riwayat lainnya juga disebutkan bahwa, “Kalian menganggap tanda-tanda (kebesaran Allah) sebagai azab (siksa) sedangkan kami (sahabat) pada masa Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa Sallam menganggapnya berkah. Sungguh, dahulu kami memakan makanan bersama Nabi Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa Sallam, dan kami mendengar makanan tersebut bertasbih ketika kami makan”. (HR. Tirmidzi)
Dari semua keterangan ini bisa kita pahami bahwa semua makhluk ciptaan Allah Subhanahu wa Ta’ala bertasbih kepada-Nya dengan berbagai macam cara. Salah satunya dengan mematuhi aturan yang telah ditetapkan Allah Ta’ala. Lantas, masihkah kita sebagai seorang hamba yang diciptakan lebih sempurnan dibandingkan makhluk lainnya melalaikan diri dari taat beribadah dan bertasbih kepada-Nya? Mari kita instropeksi diri ini dari setiap kelalaian ibadah kepada Allah Ta’ala.
Wa Allahu a’lam bisshowab.
Penulis : Ridwan, Lc, M.Pd I
Sumber : Risalah Jumat