Sistem Komunikasi di Timur Tengah

Juni 09, 2017

Filsafat, Agama, dan Sistem Komunikasi

Upaya pemikiran untuk menyatukan antara filsafat dan agama sebagai dasar memahami kebenaran dapat dilakukan dengan cara apologetik melalui kontribusi alasan-alasan filosofisnya dalam membuktikan kebenaran prinsip-prinsip agama dan analisis filsafati. Dua cara ini membutuhkan hal-hal lain dalam menemukan kebenaran bersama, seperti kejernihan hati, toleransi, dan penyamaan visi.

Agama dalam hal mendasar untuk melihat sistem komunikasi berbasis agama harus dipahami atau ditempatkan sebagai suatu ideologi yang tidak berbeda dengan ideologi-ideologi lain yang dikenal di dunia. Basis agama dalam hal ini akan dilihat dari ruang kebebasan berkomunikasi, luasan opini publik, dan kehidupan media massa yang ada di negara pemakainya.

Tataran ideal yang ada dalam ajaran agama jauh lebih daripada paham-paham lainnya. Cinta kasih, kepatuhan pada pencipta dan pemilik dunia, saling menyayangi, penghormatan pada orang tua dapat dijadikan contoh. Agama mencoba mengajarkan kehidupan secara menyeluruh sedangkan paham-paham yang lain relatif bekerja pada tingkat kehidupan bernegara yang bersumber pada kesepakatan masyarakat yang tinggal di wilayah negara itu.

Sumber utama untuk agama adalah kitab suci yang dimiliki masing-masing agama, seperti Injil, Al-Quran, Weda, dan Tripitaka. Pemeluk agama menempatkan dan menjadikan kitab suci mereka sebagai acuan untuk menjalani kehidupan dan menjadikan kebenaran di dalamnya sebagai dasar. Pada agama-agama tertentu sumber utama ini didukung oleh sumber-sumber yang lain seperti perkataan dan tindakan para nabi yang dalam agama Islam disebut dengan Sunnah.

Dengan dasar perbedaan kitab suci dan sumber-sumber lain, upaya untuk mendiskusikan kebenaran atas dasar rasionalitas filsafati menjadi sulit dilakukan secara maksimal. Namun, sistem komunikasi berbasis agama bukan sesuatu yang mustahil dalam masyarakat dengan agama yang berbeda, atau di dunia dengan sejumlah ajaran agama, sepanjang ada kejernihan hati, toleransi dan penyamaan visi untuk melihat secara utuh penerapan sistem komunikasi berbasis agama ini.



Sistem Komunikasi Berbasis Ajaran Agama : Kasus Timur Tengah

Meskipun kekentalan agama di wilayah Timur Tengah dapat diterima sebagai suatu kenyataan, upaya untuk memahami system komunikasi Negara-negara di wilayah itu harus memerlukan pencermatan yang tepat. Hal ini terkait dengan system pemerintahan yang diberlakukan di sejumlah Negara di Timur Tengah yang berbeda-beda, kestabilan kawasan yang ada di Timur Tengah, serta gangguan instabilitas dari factor eksternal di Timur Tengah.

Kebebasan berkomunikasi dalam system komunikasi berbasis agama sangat potensial terbatasi oleh kepentingan kerajaan, persatuan emir, dn pemerintahan republic. Pada tingkat ini, system komunikasi yang berlangsung akan cenderung menjadi authoritarian. Konsekuensinya, akan muncul kontroversi tentang hakikat dari kebebasan berdasar ajaran agama dan kebebasan berdasar system pemerintahan yang diberlakukan. Apabila hanya mengacu pada system pemerintahan maka system pertimbangan bahwa di kawasan Timur Tengah, warna agama terasa kental, system komunikasi authoritarian ini tidak menjadi bersifat mutlak.

Perbedaan kebebasan komunikasi dalam system komunikasi berbasis agama dengan system komunikasi yang lain dapat dijelaskan sebagai berikut. Kebebasan dalam system komunikasi authoritarian lebih dikuasai oleh penguasa, sedangkan dalam system komunikasi berbasis agama tidak semata-mata terkooptasi oleh kepentingan penguasa karena penguasa dibatasi oleh ajaran agama yang dianutnya. Kebebasan komunikasi dalam system komunikasi berbasis agama pun tidak lantas berubah menjadi suatu kebebasan libertarian karena kebebasannya tetap diikat oleh ajaran agama. Kebebasan versi tanggung jawab social tidak sekadaar berhenti pada terpenuhinya tanggung jawab social, namun juga telah disertai dengan tanggung jawab yang harus diserahkan kembali pada Allah.

Dinamika atau berkembangnya opini public di Negara-negara yang menjalankan system komunikasi berbasis agama berbeda dengan sistem komunikasi autoritarian dan sistem komunikasi komunis. Perbedaan terpulang bahwa pada dasarnya opini public dalam system komunikasi berbasis agama dimungkinkan muncul dari penggunaan kebebasan yang kebebasannya itu dipertanggungjawabkan kepada Allah. Persamaan terletak pada adanya ragam kebebasan yang menggiring dan mendasari munculnya opini public.

Kehidupan media massa dalam sistem komunikasi berbasis agama utamanya saat kawasan itu berkonflik dengan dunia barat dapat dilihat dari jenis isi pesan yang ada pada media massa. Pertama, distribusi informasi ke arah dalam yang dilakukan media massa pada inti tujuannya adalah untuk memberi informasi kepada warga negaranya sendiri. Kedua, arah distribusi informasi ke luar selain dipakai untuk melakukan counter propaganda ke negara-negara barat juga dimaksudkan untuk memberi informasi kepada pihak lain dengan menghadirkan isi informasi menurut versi mereka. Ketiga, distribusi informasi produk dari sistem komunikasi di negara-negara Timur Tengah digunakan untuk mempengaruhi negara atau pihak lain yang sebenarnya bersikap netral dalam kasus atau konflik yang terjadi.



Kekuatan dan Kelemahan Sistem Komunikasi Berbasis Ajaran Agama

Kekuatan dan kelemahan suatu system komunikasi berbasis agama terletak pada nilai-nilainya yan ideal, yang dalam pelaksanaannya tidaklah semudah seperti yang ada dalam kandungan isi ideology itu. Kekuatan paling nyata terlihat dari hal-hal baik yang nyaris tanpa cela, sedangkan kelemahan utama terletak pada segala kesulitan untuk merealisasikannya.

Segala bentuk pemaksaan sebenarnya bertentangan dengan hakiki kebebasan. Jika agama lebih mendasarkan pada unsure kerelaan dan keyakinan maka keterpaksaan harus benar-benar tidak ada sehingga purifikasi system komunikasi berbasis agama merupakan suatu pilihan yang dapat dipertanggungjawabkan.

Kelemahan paling mendasar dalam system komunikasi berbasis agama adalah bila terjadi claim kebenaran atau malah claim sebagai yang paling benar atas interpretasi atau tafsir ajaran agama. Sebagai sesuatu yang bersifat serba baik, system komunikasi berbasis agama adalah suatu system ideal bagi sejumlah Negara yang merindukan suasana agamis dalam kehidupan social dan politiknya. Dasar inilah yang kerap menjadikan sejumlah kelompok agama kemudian tidak mengikuti aliran alamiah ajaran agama melainkan justru memaksakan tafsir kelompoknya.

Kelemahan lain dari system komunikasi berbasis agama adalah dalam hal sustainibilitas. Gerakan agar kepentingan kelompok tidak dirugikan di satu sisi dan gerakan agar kekuasannya tidak terganggu di sisi lain akan membuat keberlangsungan system komunikasi berbasis agama senantiasa rentan pada hal-hal yang ada di dalam dan di luar system itu  sendiri.

Kekuatan system komunikasi berbasis agama dapat dilihat dari kemampuan agama mengatasi persoalan kemajemukan masyarakat. Orientasi masing-masing kelompok dapat dipersatukan oleh sensivitas mereka pada agama meskipun hal ini pula yang paling memungkinkan beragam bentuk penggunaan kepentingan yang lain dengan klasifikasi balutan agama.





Sumber referensi : Prajarto, Nunung (2016). Perbandingan Sistem Komunikasi (SKOM4434). Tangerang Selatan: Universitas Terbuka

Artikel Terkait

Previous
Next Post »