Ibu Akan Selalu Menyertai Setiap Langkahmu

Desember 27, 2016 Add Comment
Alkisah, ada seorang ibu muda yang menapakkan kakinya di jalan kehidupan. “Jauhkah perjalanannya?” tanyanya. Dan si pemandu menjawab, “Ya, jalurnya berat. Dan kau akan menjadi tua sebelum mencapai akhir perjalanan. Tapi akhir perjalanan akan lebih baik dari awalnya.”
Ibu muda itu tampak berbahagia, tapi dia tidak begitu percaya kalau segala sesuatunya bisa lebih baik dari masa-masa yang sudah dilewatinya. Ibu itu pun bermain-main dengan anak-anaknya, mengumpulkan bunga-bunga bagi mereka di sepanjang perjalanan, memandikan mereka di sungai yang jernih. Mereka bermandikan sinar matahari yang hangat. Ibu muda itu bersuara kencang, “Tidak ada yang lebih indah dari ini.”
Ketika malam tiba, terjadi badai yang membuat jalanan menjadi gelap. Anak-anak bergetar ketakutan dan kedinginan. Sang ibu mendekap anak-anak dan menyelimuti mereka dengan mantelnya. Anak-anak itu berkata, “Ibu, kami tidak takut karena engkau ada di dekat kami. Karena ada ibu, kami tidak akan terluka.”
Esok paginya, ibu dan anak-anaknya mendaki sebuah bukit. Lama-kelamaan mereka menjadi lelah. Namun, sang ibu selalu berkata pada anak-anaknya, “Sabarlah sedikit lagi, kita pasti akan sampai.” Kata-kata itu cukup membuat anak-anak bersemangat kembali untuk melanjutkan pendakian mereka. Dan ketika akhirnya tiba di atas bukit, anak-anak itu berkata, “Ibu, kami tidak akan bisa sampai di sini tanpamu.”
Dan ketika berbaring di malam hari, sang ibu memandangi bintang-bintang dan mengucap syukur, “Hari ini lebih baik dari hari sebelumnya, karena anak-anak saya belajar bersikap tabah dalam menghadapi kesusahan. Kemarin, saya memberi mereka keberanian. Hari ini, saya memberi mereka kekuatan.”
Dan keesokan harinya, datang awan tebal yang menggelapkan bumi, awan peperangan, kebencian dan kejahatan. Membuat anak-anak itu tersandung dan terjatuh, tapi sang ibu berusaha menguatkan mereka, “Lihatlah ke arah cahaya kemuliaan itu.” Anak-anak itu pun menuruti. Di atas awan terlihat cahaya yang bersinar sangat terang, dan cahaya itulah yang membimbing mereka melewati kegelapan itu. Malam itu berkatalah sang ibu, “Inilah hari yang terbaik. Karena saya sudah menunjukkan Tuhan pada anak-anak saya.”
Hari pun berlalu dengan cepat, lalu berganti dengan minggu, bulan, dan tahun. Sang ibu pun mulai menua dan tubuhnya menjadi membungkuk. Sementara, anak-anaknya bertumbuh besar dan kuat, serta berjalan dengan langkah berani. Ketika jalan yang mereka lalui terasa berat, anak-anak itu akan mengangkat ibu mereka. Pada akhirnya sampailah mereka di sebuah bukit. Di atas sana, mereka bisa melihat sebuah jalan yang bercahaya dan gerbang emas dengan pintu terbuka lebar. Sang ibu berkata, “Ini sudah akhir perjalanan. Dan sekarang saya tahu, akhir perjalanan ini memang lebih baik daripada awalnya karena anak-anak saya bisa berjalan sendiri, dan begitupun cucu-cucu saya.”
Dan anak-anaknya berkata, “Ibu akan selalu menyertai kami, sekalipun Ibu sudah pergi melewati gerbang itu.” Dan anak-anak itu melihat ibu mereka berjalan sendiri, lalu gerbang itu tertutup di belakangnya. Anak-anak itu berkata lagi, “Kami memang tidak melihatnya lagi, tapi Ibu tetap ada bersama kami. Seorang ibu seperti Ibu kami lebih dari sekadar memori. Dia selalu hidup di hati kami.”
Sama seperti dalam kisah di atas, Ibu kita pun selalu bersama kita. Dia bagai suara desiran dedaunan saat kita berjalan menyusuri jalan. Ibu kita hadir di tengah canda tawa kita. Dia mengkristal di setiap airmata kita. Dialah tempat kita berasal, rumah kesayangan kita; dan dialah peta yang mengarahkan langkah yang kita ambil. Dialah cinta kita, dan tidak ada satu pun hal yang bisa memisahkan kita dengan ibu kita. Tidak juga waktu, atau tempat….ataupun kematian. Karena Ibu akan selalu bersama kita.

Kasih Ibu Sepanjang masa

Desember 26, 2016 Add Comment
Seorang anak bertengkar dengan ibunya & meninggalkan rumah. Saat berjalan ia baru menyadari bahwa ia sama sekali tidak membawa uang. Ia melewati sebuah kedai bakmi. Ia ingin sekali memesan semangkok bakmi karena lapar.
Pemilik bakmi melihat anak itu berdiri cukup lama di depan kedainya, lalu bertanya”Nak, apakah engkau ingin memesan bakmi?”
“Ya, tetapi aku tidak membawa uang,”jawab anak itu dengan malu-malu.”Tidak apa-apa, aku akan mentraktirmu,”jawab si pemilik kedai.
Anak itu segera makan. Kemudian air matanya mulai berlinang.”Ada apa Nak?”Tanya si pemilik kedai.”Tidak apa-apa, aku hanya terharu karena seorang yg baru kukenal memberi aku semangkuk bakmi tetapi ibuku sendiri setelah bertengkar denganku, mengusirku dari rumah. Kau seorang yang baru kukenal tetapi begitu peduli padaku.
Pemilik kedai itu berkata”Nak, mengapa kau berpikir begitu? Renungkan hal ini, aku hanya memberimu semangkuk bakmi & kau begitu terharu…. Ibumu telah memasak bakmi, nasi, dll sampai kamu dewasa, harusnya kamu berterima kasih kepadanya.
Anak itu kaget mendengar hal tersebut.”Mengapa aku tidak berpikir tentang hal itu?”
Untuk semangkuk bakmi dari orang yang baru kukenal aku begitu berterima kasih, tetapi terhadap ibuku yang memasak untukku selama bertahun-tahun,aku bahkan tidak peduli.
Anak itu segera menghabiskan bakminya lalu ia menguatkan dirinya untuk segera pulang. Begitu sampai di ambang pintu rumah, ia melihat ibunya dengan wajah letih & cemas. Ketika melihat anaknya, kalimat pertama yang keluar dari mulutnya adalah “Nak, kau sudah pulang, cepat masuk, aku telah menyiapkan makan malam.”
Mendengar hal itu, si anak tidak dapat menahan tangisnya & ia menangis di hadapan ibunya.
Kadang kita mungkin akan sangat berterima kasih kepada orang lain untuk suatu pertolongan kecil yg diberikannya pada kita. Namun kepada orang yang sangat dekat dengan kita (keluarga) khususnya orang tua kita, kita sering melupakannya begitu saja.

Petani Jagung

Desember 23, 2016 Add Comment
Ayah adalah tipe pebisnis yang membuatku tak habis pikir. Jika kebanyakan orang berbisnis tak ingin membagi resep rahasia, ataupun ilmu utamanya, Ayah justru sebaliknya. Ayah tak pernah pelit untuk berbagi ilmu, dari sekian pegawai yang dimilikinya, semuanya diajarinya untuk membuat sepatu. Tak ada satupun ilmu yang ia sembunyikan. Tak hanya itu, didorongnya mereka pula untuk lepas dan mandiri dari ayah.
Aku dan Mas Agus waktu itu sampai terheran-heran. Mendidik pegawainya untuk mandiri, bukankah justru akan melahirkan pesaing baru bagi usaha Ayah?
Ayah menjelaskan konsepnya dengan satu kisah sederhana. Kisah yang masih aku ingat sampai sekarang.
“Bapak pernah cerita ke kalian tentang kisah seorang petani jagung yang berhasil?”
Aku dan Mas Agus hanya menggeleng.
“Alkisah ada seorang petani jagung yang sangat sukses.” Ayah berhenti mengambil nafas sejenak. Aku dan Mas Agus pasang telinga, antusias mendengarkan.
Dengan nada layaknya seorang pendongeng ia melanjutkan, “Di negerinya, setiap tahun diadakan kontes jagung, untuk mencari petani mana yang menghasilkan jagung terbaik. Petani sukses tadi, dia sering memenangkan kontes jagung tersebut. Tak hanya sekali, namun berkali-kali dan boleh dikata, setiap kontes jagung diadakan petani inilah pemenangnya. Kalian tahu rahasianya?” Tanya Ayah ke arah kami.
“Pupuk rahasia?”, Mas Agus coba mejawab.
“Bukan, bukan itu rahasianya. Suatu waktu seorang wartawan bertanya pada petani sukses ini, apa formula rahasianya dia bisa memenangkan kontes jagung tersebut sampai berkali-kali. Si petani menjawab, 'tak ada formula rahasia, aku hanya membagikan benih-benih jagung terbaikku kepada petani tetangga-tetanggaku”
“Lho, benih  jagung terbaiknya kok malah diberikan ke tetangga? Tapi kok dia yang menang? Aneh!”, tanyaku.
“Itu dia kuncinya”, Ayah tersenyum. “Alin di sekolah sudah belajar IPA kan? Tentang tanaman yang punya serbuk sari dan putik?”
“Sudah” jawabku sambil mengangguk.
“Kita tahu bahwa angin menerbangkan serbuk sari dari bunga-bunga yang masak, lalu menebarkannya dari satu ladang ke ladang yang lain,” tangan ayah bergerak-gerak bak seorang pendongeng.
“Coba bayangkan Jika tanaman jagung tetangga buruk, maka serbuk sari yang ditebarkan ke ladang petani sukses ini pun juga buruk. Ini tentu menurunkan kualitas jagungnya.”
Kakakku manggut-manggut mulai paham.
Ayah melanjutkan “Sebaliknya jika tanaman jagung tetangga baik, maka serbuk sari yang dibawa angin dari ladang jagung mereka akan baik pula, disinilah bila kita ingin mendapatkan hasil jagung yang baik, kita harus menolong tetangga kita untuk mendapatkan jagung yang baik pula.
“Begitu pula dengan hidup kita Nak. Jika kita ingin meraih keberhasilan, maka kita harus menolong orang sekitar menjadi berhasil pula. Mereka yang ingin hidup dengan baik harus menolong orang disekitarnya untuk hidup dengan baik pula,“ Ayah menutup ceritanya dengan bijak.

Peluk Aku Sayang

Desember 21, 2016 Add Comment
Seorang suami yang sukses dalam usahanya mulai mendapatkan ujian. Dengan adanya kehadiran wanita lain dalam kehidupan rumah tangganya yang sudah berjalan 15 tahun. Bahkan wanita selingkuhan ini meminta untuk segera menceraikan istri pertamanya.
Istri beliau sebenarnya termasuk wanita solehah. Setiap pulang ke rumah ia selalu memberikan pelayanan yang terbaik, memijat, menyiapkan air hangat, menghidangkan makanan sampai melayani di dalam kamar.
Namun memang begitulah godaan. Sang suami seakan gelap mata. Hubungan yang awalnya cuman becanda kini menjadi ancaman bagi keretakan rumah tangganya. Anaknya sudah tiga, ada yang masih SMP kelas 1 dan kelas 3, juga kelas 6 SD. Ia hanya memberikan nafkah lahir, namun tidak dengan batin. Alasannya sibuk urusan kantor.
Sampai malam itu, sang suami memberanikan diri untuk memaksa sang istri menandatangani surat perceraian. Tak ada angin tak ada hujan, seakan di sambar petir. Sang istri pingsan. Saat terbangun ia menangis sejadi-jadinya sambil bertanya, "apa salahku mas?", "apa alasanmu menceraikan?". Malam itu menjadi malam tersuram dalam kehidupan rumah rangga mereka. Sang suamipun pergi ke sebuah hotel.
Esok harinya sang istri sms, "Mas, kalau itu memang pilihanmu tidak mengapa, namun aku memohon satu syarat, selama 3 minggu ini tolong kau rangkul tubuhku dari kamar ke luar rumah ya. Setelah itu aku akan menandatangani surat perceraian kita."
Setelah mendiskusikan sarat itu pada wanita simpanannya, akhirnya dimulailah hari pertama syarat itu. Awalnya sang suami kikuk karena sudah bertahun-tahun tidak pernah merangkul dan menggandeng sang istri, seperti waktu dulu awal menikah. Setiap turun dari tangga ketiga anak kompak bertepuk tangan memuji keharmonisan mamah papahnya. Bapaknya coba tersenyum walau ada luka yang tersimpan dalam hatinya.
Hari-hari berikutnya semakin terbiasa sang suami berjalan bergandengan tangan, sesekali merangkul sang istri. Tercium aroma khas sang istri, menumbuhkan kembali cinta yang selama ini tergerus oleh waktu dan godaan.
Sang suami pun mulai menikmati kebersamaan dengan anak. Awalnya pura-pura, namun akhirnya ia semakin menemukan jati dirinya sebagai seorang ayah dan suami bagi istrinya. Pernah sang istri berkata di kamar, "Pah, wajah mamah makin kurus ya?" Namun sang suami cuman tersenyum dan tidak menghiraukan.
Sampai hari itu tiba, saat syarat yang diminta selesai. Sang suami bertekad untuk mengurungkan niat perceraiannya. Ia berani mengatakan pada wanita simpanannya bahwa selama ini dia khilaf, ia ingin bertaubat dan memperbaiki hubungan dengan keluarganya.
Di perjalanan pulang menuju rumah, sang suami menyempatkan diri membelikan satu cincin indah juga seikat bunga buat sang istri yang selama ini tidak pernah diperhatikan.
Sampai di rumah ternyata ia tak mendapati siapapun. Hanya ada secarik kertas dari sang istri juga tanda tangan perceraian. Tertulis disana, "Suamiku, maafkan aku yang belum bisa jadi istri terbaik buatmu. Moga setelah ini kau bisa mendapatkan istri yang lebih baik dariku. Sudah beberapa bulan ini aku mengidap kanker. Dan dokter sudah menjudge hari ini tepat hari terakhirku hidup di dunia. Aku tak ingin anak kita tahu perceraian ini. Mohon jaga anak-anak kita ya. Setulus cinta dari istrimu".
Saat ditelpon sang anak ternyata sang ibu baru saja menghembuskan nafas terakhir di rumah sakit.
Iapun menyesal dan berjanji untuk memperbaiki diri dan menjaga sang anak. Terlambat ia menyadari betapa besar cinta sang istri padanya.

Filosofi Pohon Bambu

Desember 20, 2016 Add Comment
Tahukah anda bahwa pohon bambu tidak akan menunjukkan pertumbuhan berarti selama 5 tahun pertama.
Walaupun setiap hari disiram & dipupuk, tumbuhnya hanya beberapa puluh centimeter saja.
Namun setelah 5 tahun kemudian, pertumbuhan pohon bambu sangat dahsyat & ukuran nya tidak lagi dalam hitungan centimeter melainkan meter.
Lantas sebetulnya apa yang terjadi pada sebuah pohon bambu ???
Ternyata selama 5 tahun pertama, ia mengalami pertumbuhan dahsyat pada akar (BUKAN) pada batang, yang mana daripada itu, pohon bambu sedang mempersiapkan pondasi yang sangat kuat, agar ia bisa menopang ketinggian nya yang berpuluh puluh meter kelak dikemudian hari.
MORAL OF THE STORY
Jika kita mengalami suatu hambatan & kegagalan, bukan berarti kita tidak mengalami perkembangan, melainkan justru kita sedang mengalami pertumbuhan yang luar biasa didalam diri kita.
Ketika kita lelah & hampir menyerah dalam menghadapi kerasnya kehidupan, jangan pernah terbersit pupus harapan.
Ada pameo yang mengatakan “the hardest part of a rocket to reach orbit is to get through the earth’s gravity” (“bagian terberat agar sebuah roket mencapai orbit adalah saat melalui gravitasi bumi”).
Jika kita perhatikan, bagian peralatan pendukung terbesar yang dibawa oleh sebuah roket adalah jet pendorong untuk melewati atmosphere & gravitasi bumi.
Setelah roket melewati atmosphere, jet pendorong akan dilepas & roket akan terbang dengan bahan bakar minimum pada ruang angkasa tanpa bobot, melayang ringan, & tanpa usaha keras.
Demikian pula dengan manusia, bagian TERBERAT dari sebuah KESUKSESAN adalah disaat awal seseorang MEMULAI USAHA dari sebuah perjuangan, karena segala sesuatu terasa begitu BERAT & PENUH TEKANAN.
Namun bila ia dapat melewati batas tertentu, sesungguhnya seseorang dapat merasakan segala kemudahan & kebebasan dari tekanan & beban.
Namun sayangnya, banyak orang yang MENYERAH disaat tekanan & beban dirasakan terlalu berat, bagai sebuah roket yang gagal menembus atmosphere.
Buya Hamka berkata “kalau hidup sekedar hidup, babi di hutan juga hidup &  kalau kerja sekedar kerja, kera juga bekerja”.
Ketika pohon bambu ditiup angin kencang, ia akan merunduk, tetapi setelah angin berlalu, dia akan tegak kembali, laksana perjalanan hidup seorang manusia yang tak pernah lepas dari cobaan & rintangan.
Maka jadilah seperti pohon bambu !!!
Fleksibilitas pohon bambu mengajarkan kita sikap hidup yang berpijak pada keteguhan hati dalam menjalani hidup, walaupun badai & topan menerpa.
Tidak ada kata menyerah untuk terus tumbuh, tidak ada alasan untuk terpendam dalam keterbatasan, karena bagaimanapun pertumbuhan demi pertumbuhan harus diawali dari kemampuan untuk mempertahankan diri dalam kondisi yang paling sulit sekalipun.
Pastikan dalam hari hari kedepan, hidup kita akan *MENJULANG TINGGI & menjadi PEMBAWA BERKAT* bagi sesama, seperti halnya pohon bambu.

Dia tidak Romantis

Desember 19, 2016 Add Comment
Suamiku berprofesi sebagai insinyur mesin, Aku mencintainya karena sifatnya yang tegar, dan perasaan hangat dan nyaman saat Aku bersandar di bahunya yang bidang.
Tiga tahun berhubungan, dan sekarang sudah dua tahun kami menikah, aku harus mengakui, aku mulai lelah dengan semua ini. Alasan-alasanku mencintainya, sekarang telah berubah menjadi penyebab kelelahanku.
Aku perempuan yang sangat sentimental, dan sangat, sangat sensitif tentang hubungan cinta dan perasaanku, aku sangat mendambakan momen-momen romantis dalam hidupku. Suamiku, adalah orang yang sangat berlawanan sifatnya denganku, dan ketidakmampuannya membuat momen romantis dalam pernikahan kami telah menghancurkan perasaan cintaku kepadanya.
Suatu hari, akhirnya aku memutuskan untuk menyatakan keputusanku kepadanya. Aku ingin bercerai.
“Kenapa?” tanyanya, kaget.
“Aku lelah. Gak semua hal di dunia ini harus ada alasannya kan?!” Jawabku.
Suamiku hanya diam semalaman, sepertinya ia tenggelam dalam pikirannya, dan merokok sepanjang malam. Perasaan kecewaku hanya bertambah besar melihatnya seperti itu. Disana terlihat laki-laki yang bahkan tidak dapat mengekspresikan kekecewaannya, apa lagi yang aku harapkan dari dia? Akhirnya suamiku bertanya kepadaku.
“Apa yang bisa Aku lakukan untuk mengubah pikiranmu?”
Sepertinya yang orang-orang bilang itu benar, susah untuk mengubah kepribadian seseorang, dan kurasa, aku telah kehilangan kepercayaan dan cintaku kepadanya.
Aku melihat dalam ke matanya, dan perlahan ku jawab: “Aku punya pertanyaan, kalau Kamu bisa menjawabnya, dan meyakinkanku, Aku mungkin mengubah pikiranku. Seandainya ada bunga yang terletak di tepi jurang, dan mengambilnya bisa membahayakan nyawamu, maukah Kamu mengambilnya untukku?”
“Akan Aku jawab besok” Jawabnya, singkat.
Harapanku hancur mendengar jawabannya.
Keesokan harinya aku terbangun, dan dia sudah tidak ada. Kutemukan sepucuk surat dengan tulisan tangannya yang jelek, dibawah segelas susu di meja makan dekat pintu depan. Aku baca perlahan kata-katanya.
.....
“Sayangku, Aku tidak akan mengambil bunga itu untukmu, tetapi biarkan Aku menjelaskan alasanku..”
Baru kalimat pertama, tapi kekecewaanku semakin bertambah padanya. Kulanjutkan membaca.
“... Ketika kamu menggunakan komputer, kamu selalu bermasalah dengan program-programnya, kemudian Kamu menangis di depan monitor. Aku harus menjaga jariku, jadi aku bisa tetap membantumu memperbaiki programnya. Kamu selalu lupa membawa kunci pintu kalau keluar rumah, jadi Aku harus menjaga kakiku untuk berlari pulang agar Kamu bisa segera masuk ke dalam rumah. Kamu suka jalan-jalan, tapi Kamu selalu tersasar di tempat yang baru, jadi Aku harus menjaga mataku agar bisa memberitahu jalan yang benar. Kamu selalu keram setiap bulan saat “teman baikmu” datang, jadi Aku harus menjaga tanganku untuk mengelus perutmu dan meredakan rasa keram itu...”
“.....”
“... Kamu selalu suka untuk tetap di rumah, dan Aku khawatir Kamu tidak memiliki teman. Jadi Aku harus menjaga mulutku, agar bisa terus menceritakan cerita-cerita lucu untuk menghilangkan kebosananmu. Kau selalu suka menatap komputer, dan itu buruk untuk matamu. Jadi Aku harus smenjaga mataku, agar kalau kita tua nanti, aku bisa membantu memotong kukumu, dan membantumu menyibak ubanmu yang mengganggu, jadi Aku bisa memegang tanganmu, sambil memandang pantai berdua. Jadi kamu bisa menikmati sinar matahari, dan pasir yang indah... Jadi Aku bisa menceritakan kepadamu warna dari bunga-bunga, seperti rona wajahmu saat Kamu masih muda... Jadi, Sayangku, kecuali aku yakin ada orang lain yang mencintaimu lebih dari Aku... Aku tidak bisa memetik bunga itu, dan mati...”
Air mataku mengalir membasahi suratnya, dan merusak tinta di tulisannya sepanjang aku membaca...
“... Sekarang Kamu sudah selesai membaca jawabanku. Kalau kamu puas dengan jawabanku, tolong buka pintu depan, karena aku sedang berdiri menunggumu sambil membawa roti dan susu segar kesukaanmu...”
Aku bergegas menarik pintu, dan melihat wajahnya yang penasaran, memeluk erat botol susu dan roti dengan tangannya.
Sekarang aku sangat yakin, tidak ada orang yang bisa mencintaiku sebesar cintanya kepadaku, dan aku memilih untuk tetap bersamanya, meninggalkan bunga-bunga yang aku inginkan di belakang...
Begitulah hidup. Ketika seseorang dikelilingi oleh cinta, lama-lama perasaan bahagia itu pudar, dan dia tidak merasakan cinta sesungguhnya karena tertutup oleh kebosanan.
Cinta hadir dalam berbagai bentuk, bahkan dalam bentuk yang sangat kecil dan tidak terasa. Bisa jadi, cinta hadir dalam bentuk yang sangat membosankan. Bunga-bunga dan momen romantis hanya hal yang bisa dilihat dari kekuatan cinta. Namun dibalik itu semua, ada cinta yang sebenarnya..
Pandangi wajah pasanganmu jika Kau mulai merasa bosan. Pikirkan hal-hal yang membuatmu jatuh cinta kepadanya dulu..

Manusia dan Peradaban

Desember 19, 2016 Add Comment
Manusia yang beradab berarti manusia yang mempunyai akhlak, kesopanan dan budi pekerti. Ketiga elemen ini hadir, ketika seorang individu manusia baru lahir atau dengan kata lain bahwa ketiga elemen tersebut tidak terlahirkan bersama-sama dengan bayi manusia. Tetapi ketiga elemen ini merupakan bagian dari sistem nilai, norma dan aturan, atau dengan kata lain bagian dari suatu kebudayaan yang dipelajari oleh warga pemilik kebudayaan. Jadi, manusia yang beradab hampir sama sebangun dengan konsep manusia yang berbudaya.Masyarakat atau warga pemilik suatu kebudayaan sering dijelaskan sebagai kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut suatu sistem adat istiadat tertentu yang bersifat kontinu dan yang terikat oleh suatu rasa identitas bersama. Di sini elemen yang penting untuk membentuk suatu masyarakat adalah kumpulan individu, interaksi sosial, sistem norma yang berkelanjutan, serta adanya identitas sosial. Jadi, masyarakat beradab merupakan kumpulan manusia yang mempunyai tiga elemen di atas tersebut.Peradaban (civilization) didefinisikan Huntington sebagai berikut, ”...the highest social grouping of people and the broadest level of cultural identity people have short of that which distinguish humans from other species…”. Dalam penjelasan Huntington (1996) tentang hal ini dapat dilihat adanya empat penjabaran. Pertama, bahwa suatu peradaban berlawanan dengan istilah yang disebut sebagai ”barbarisme”. Biasanya suatu peradaban, berkaitan dengan ciri urban (kota), hidup menetap dan terpelajar. Kedua, peradaban merupakan sebuah entitas kultural, di mana di dalamnya tercakup nilai-nilai, norma-norma, pola-pola pikir, institusi-institusi yang menjadi bagian terpenting dan diwariskan dari generasi ke generasi. Ketiga, sebuah peradaban adalah suatu totalitas. Keempat, peradaban adalah fakta kesejarahan yang membentang dalam kurun waktu yang sangat panjang dan memiliki sifat yang dinamis. Kelima, karena peradaban bukan entitas politik, maka suatu peradaban tidak berpegang pada suatu tatanan, penegakan keadilan, kesejahteraan bersama, upaya perdamaian, mengadakan berbagai negosiasi atau menetapkan berbagai ”kebijakan” yang biasa dilakukan oleh suatu pemerintahan. Komposisi politis peradaban yang sangat bervariasi menyajikan pembedaan-pembedaan di dalam peradaban itu sendiri. Suatu peradaban bisa mencakup satu atau beberapa kesatuan politis. Kesatuan tersebut dapat berupa negara-kota, kekaisaran-kekaisaran, federasi-federasi, konfederasi-konfederasi, negara-negara atau negara-negara multinasional.Contoh peradaban Islam, peradaban ini mulai berkembang dari abad VII M menyebar secara cepat hingga Afrika Utara, semenanjung Iberia, Asia Tengah, Anak Benua, hingga Asia Tenggara. Sedangkan, peradaban Cina, telah berkembang sejak 1500SM dan juga diperkirakan beribu-ribu tahun sebelumnya. Selain itu, menurut Christopher Dawson, ”..agama-agama besar adalah bangunan-bangunan bagi peradaban-peradaban besar...” atau dengan kata lain agama dalam karakteristik utamanya mencirikan suatu peradaban. Weber dalam hal ini, menyatakan empat dari lima agama besar di dunia diasosiasikan dengan peradaban utama, seperti Kristen, Islam, Hindu dan Confusianisme.Jadi,bila mengaitkan kebutuhan manusia dan peradaban, maka setiap masyarakat dan kebudayaan di dunia memiliki kebutuhan hidup yang berbeda-beda sesuai dengan cara hidup, organisasi sosial mereka masing-masing, yang kemudian membentuk kebudayaan dan selanjutnya membentuk peradaban. Contoh dalam kebudayaan dan peradaban Barat, manusia yang dianggap beradab adalah manusia yang berpendidikan, memiliki sopan santun dan berbudaya. Tetapi sebaliknya, bangsa Eropa di masa lalu menjelaskan orang-orang di luar Eropa sebagai bangsa yang buas (barbar) yang tidak memiliki peradaban (uncivilized). Karena adanya tolok  ukurpenilaian yang sangat berbeda dengan tolok ukur penilaian bangsa lain di luar Eropa, seperti suku2 Indian dalam konteks kehidupan sehari-hari pada masa itu. Tingkah laku dan cara hidup orang Indian ini dianggap bertentangan dengan norma-norma kesopanan dan kehalusan budi di dalam peradaban Barat. Jadi, ketika koloni-koloni Barat dibangun di wilayah Amerika, suku2 Indian dipaksa untuk mengikuti norma-norma yang ada dalam peradaban bangsa Eropa tersebut, yang tujuannya agar mereka lebih beradab menurut kacamata masyarakat Barat.Dalam peradaban, hal penting lain yang perlu dikaji adanya tradisi tulis dbaca (lettered – melek huruf) dan hal berkaitan dengan aspek mitos, religi, bahasa, seni dan ilmu pengetahuan yang merupakan faktor-faktor penting pembentuk sebuah peradaban suatu masyarakat, selain daripada manusia mempunyai akhlak, sopan santun dan memiliki budi pekerti. Sebenarnya semua hal ini sejalan dengan uraian Koentjaraningrat (1981: 10) tentang peradaban (civilization) yang tertera sebagai berikut:”...istilah peradaban dapat kita sejajarkan dengan kata asing ’civilization’. Istilah itu biasanya dipakai untuk bagian-bagian dan unsur-unsur dari kebudayaan yang halus dan indah, seperti kesenian, ilmu pengetahuan, sopan santun dan sistem pergaulan yang kompleks...Sering juga istilah peradaban dipakai untuk menyebut suatu kebudayaan yang mempunyai sistem teknologi, seni bangunan, seni rupa, sistem kenegaraan dan ilmu pengetahuan yang maju dan kompleks...”Berdasarkan uraian di atas, peradaban oleh Koentjaraningrat dilihat bagian dari suatu kebudayaan yang memiliki beberapa unsur kebudayaan yang khas yang bersifat halus, indah, dan kompleks. Hal ini seperti dalam seni bangunan , sistem teknologi, ilmu pengetahuan yang sudah sangat maju dan sangat kompleks, misal peradaban Mesir kuno.Berbicara perubahan, dapat menyangkut tentang berbagai hal, baik perubahan fisik oleh proses alami dan proses perubahan yang ada dalam kehidupan manusia karena dinamika kehidupan itu sendiri. Perubahan yang menyangkut kehidupan manusia ini atau terkait dengan lingkungan kehidupannya yang berupa fisik, alam dan sosial disebut perubahan sosial. Perubahan sosial tidak dapat dipelajari terlepas dari lingkupnya, yaitu masyarakat. Tetapi suatu perubahan sosial, tidak selalu merupakan suatu perubahan kebudayaan, walaupun kedua jenis perubahan itu mungkin berjalan bersamaan. Perubahan sosial menurut Robert H Lauer L adalah perubahan penting daristruktur sosial yang berupa pola-pola perilaku dan interaksi sosial. Tercakup di dalamnya berbagai pernyataan tentang struktur seperti norma, nilai dan gejala budaya lainnya.Sedangkan perubahan kebudayaan merupakan perubahan yang terjadi pada sistem budaya, bahasa, kesenian dan cita rasa pada suatu masyarakat. Perubahan sistem budaya yang dimaksud adalah perubahan pada sejumlah nilai-nilai, norma-norma yang penting di suatu masyarakat. Proses perubahan kebudayaan ini biasanya memakan waktu cukup lama dan biasanya merupakan kelanjutan dari perubahan sosial.Kehidupan manusia adalah proses dari satu tahap hidup ke tahap hidup lainnya. Karena itu, perubahan sebagai proses dapat menunjukkan perubahan sosial dan perubahan kebudayaan atau keduanya pada satu runtunan proses tersebut.Perubahan sosial dan kebudayaan terjadi, dan salah satunya dalam bentuk proses modernisasi. Modernisasi merupakan usaha sesuai dengan zaman konstelasi hidup yang berlangsung sekarang, bahkan antisipasi terhadap perkembangan serta arus kemajuan yang terus berlangsung. Usaha tersebut bukan suatu kinerja yang spontan, tanpa kemampuan dan tidak bermutu, melainkan merupakan suatu penampilan yang penuh keyakinan dan percaya diri akan kemajuan dan pembaruan yang wajib dilakukan. Kemudian, dalam teori modernisasi, suatu negara terbelakang akan menempuh jalan sama dengan negara industri maju di Barat, sehingga kemudian akan menjadi negara berkembang melalui proses modernisasi. Proses transisi dari keadaan yang tradisional ke modernitas melalui beberapa proses, yaitu antara lain proses revolusi demografi, terbukanya sistem stratifikasi, ada peralihan dari struktur feodal ke birokrasi, menurunnya pengaruh agama, beralihnya fungsi pendidikan dari keluarga dan komunitas ke sistem pendidikan yang formal, munculnya kebudayaan massa dan munculnya perekonomian pasar serta industrialisasi.Berbicara perubahan, kita dapat berbicara tentang proses evolusi pula yang merupakan suatu proses perubahan dan perkembangan yang berjalan secara lambat dari sesuatu yang sederhana menuju ke arah yang lebih kompleks, memakan waktu yang panjang dan biasanya melalui berbagai tahapan diferensiasi yang sambung menyambung. Proses evolusi ini dapat bersifat linear, seperti suatu pergerakan dari suatu titik ke titik lainnya dalam satu garis saja. Jadi arah perkembangan mengikuti suatu pola yang pasti. Tetapi, proses ini dapat pula bersifat multilinear, yaitu suatu proses perubahan yang mengikuti suatu garis, yang kemudian pada suatu titik tertentu, garis tersebut pecah menjadi cabang-cabang dan kemudian begitu seterusnya. Contohnya proses evolusi manusia yang terjadi ribuan tahun yang lalu, dari makhluk primata menjadi manusia (homo sapiens).Selain itu, dalam proses perubahan sosial dan perubahan kebudayaan, adanya proses globalisasi yang dijelaskan sebagai arus informasi dan komunikasi tanpa batas terhadap kehidupan masyarakat di dunia. Arus informasi yang berkembang cepat menumbuhkan cakrawala pandangan manusia yang semakin terbuka menembus batas daratan, perairan dan udara di bumi ini Selain itu, globalisasi dapat dilihat sebagai proses peningkatan kesalingtergantungan masyarakat dunia yang ditandai oleh adanya kesenjangan besar antara kekayaan dan tingkat hidup masyarakat-masyarakat industri dan masyarakat-masyarakat di Dunia Ketiga. Proses globalisasi biasanya berlangsung pada tiga bidang kehidupan, yaitu perekonomian, politik dan budaya.

Tak Perlu Sebuah Penyesalan

Desember 19, 2016 Add Comment

Suatu ketika, ada seorang pemuda yang mendapat warisan dari orangtuanya. Karena tergolong keluarga sederhana, ia hanya mendapat sedikit uang dan beberapa buah buku. Sebelum meninggal, ayahnya berpesan, “Anakku, buku-buku ini adalah harta yang tak terhingga nilainya. Ayah berikan kepadamu, baca dan pelajarilah. Mudah-mudahan kelak  nasibmu bisa berubah lebih baik. Dan ini sedikit uang, pakailah untuk menyambung hidup dan bekerjalah dengan rajin untuk menghidupi dirimu sendiri.”
Tak berapa lama, uang yang ditinggalkan pun habis terpakai. Sejenak ia melongok buku-buku peninggalan ayahnya. Ia teringat pesan dari orangtuanya agar belajar dari buku tersebut. Karena malas, ia mengambil jalan pintas. Buku itu dijual kepada teman yang mau membeli karena kasihan. Sebagai gantinya, ia mendapatkan beras untuk makan sehari-hari.
Beberapa saat kemudian, si pemuda harus mulai bekerja kasar demi menyambung hidup. Yang membuatnya heran, teman yang dulu membeli bukunya, kini hidupnya kelihatan nyaman dan semakin maju. Karena penasaran ingin tahu, apa yang membuat teman tadi bisa berhasil hidupnya, dia mendatangi dan bertanya.
Meski sempat tidak mau membuka rahasia, setelah didesak dan kasihan melihat nasib si pemuda, akhirnya si teman terbuka. “Sebenarnya, aku sangat terbantu dengan buku yang kamu jual padaku. Dulu aku beli buku itu karena kasihan kepadamu. Kubiarkan saja berdebu di sudut kamar. Suatu hari, iseng karena ingin tahu, kubaca dan ternyata, wahh…isinya bagus sekali! Sebuah pelajaran hidup yang luar biasa.”
“Bukan itu saja,” sambung temannya. “Di dalam buku itu terselip pesan, agar si pembaca setelah menguasai isi buku tersebut mau praktik dengan sungguh-sungguh. Sungguh, aku beruntung aku mendapat buku itu darimu. Lihat, hidupku jadi berubah. Sebenarnya, dari mana buku-bukumu itu berasal?”
Mendengar cerita temannya itu, si pemuda sangat menyesal. Harta peninggalan ayahnya ternyata jauh lebih berharga dari yang ia kira. Karena malas membaca, kini ia hanya jadi pekerja kasar yang hidup ala kadarnya.
“Buku itu sebenarnya warisan dari orangtuaku,” jawab si pemuda. “Jujur, aku malas membacanya dan tidak tahu kalau ayahku menyimpan pesan yang sangat berharga. Sungguh, aku menyesal. Teman, boleh aku pinjam kembali buku-buku itu untuk memulai hidupku yang baru? Aku ingin bisa mengubah hidupku menjadi lebih baik.”
Demikianlah, banyak hal yang kadang tak kita mengerti dari pilihan-pilihan yang kita jalani. Sering mengundang penyesalan, seperti si pemuda tadi. Tapi bagi yang mau belajar, setiap kegagalan, setiap kesalahan pasti punya nilai pembelajaran. Maka, ada ungkapan “hal yang sudah berlalu tak perlu disesali”. Sudah sepatutnya kata-kata bijak tadi kita jadikan pegangan hidup. Jika hari ini kita gagal, kita siap bangkit lagi!
Mari, jangan sesali yang sudah berlalu, jangan pula takut pada masa depan. Kita belajar dari banyak kesalahan dan segala ketidaknyamanan, untuk mengambil pilihan yang ada pada hari ini sebagai dasar pijakan meraih keberhasilan yang lebih membanggakan. Tetap berjuang!

Ketamakan

Desember 19, 2016 Add Comment
Alkisah, di sebuah negeri, ada seorang saudagar kaya raya. Ia adalah pemilik restoran terkenal dan terbaik yang pernah ada pada masa tersebut. Selain rasanya khas, makanannya sangat lezat, dan pelayanannya pun sangat memuaskan siapa saja yang datang ke sana.
Berkat restoran itu pula, sang saudagar mendapat banyak rezeki. Meski usahanya menjadi berkembang ke berbagai bidang, namun restoran itulah yang menjadi urat nadi usaha yang sangat dijaganya. Karena itu, karena tak memiliki keturunan, di usianya yang sudah makin tua, ia ingin mewariskan usaha itu pada orang terpilih yang nanti akan dipercaya untuk menjalankan usahanya itu. Ia nanti akan menyerahkan usaha itu kepada orang yang terbaik, dengan syarat separuh hasil yang didapat, harus disumbangkan kepada kaum yang tak berpunya.
Beberapa saat sang saudagar memikirkan cara untuk memilih orang tersebut. Hingga, suatu kali, ia ngundang 80 orang yang dianggap terbaik di daerahnya. Kepada 80 orang tersebut, ia menyajikan hidangan terbaik untuk makan malam di restorannya.
Saat ke-80 orang tersebut berdatangan memenuhi undangannya, banyak wajah-wajah berharap, mereka yang akan terpilih mewarisi kekayaan sang saudagar. Begitu pun sang saudagar, ia berharap bisa memilih orang terbaik yang bisa mewarisi usahanya. Setelah berbasa-basi sejenak, ke-80 orang itu lantas dipersilakan duduk untuk menyantap hidangan makan malam.
Uniknya, ada 20 meja kotak yang disediakan, dengan sumpit yang sangat panjang di masing-masing meja. Karena itu, saat mulai dipersilakan makan, hampir semua orang yang sudah tak sabar merasakan kelezatan makanan dari restoran sangat terkenal itu pun kerepotan.
Sang saudagar lantas berkeliling ke semua meja makan. Ia melihat hingga meja ke-19 tak ada satu pun yang berhasil menyantap makanan yang dihidangkan. Sebab, mereka berlomba-lomba makan dengan sumpit sangat panjang tersebut. Hingga akhirnya, tepat di meja ke-20, saudagar pun tersenyum. Di meja tersebut, empat orang tampak menikmati hidangan dengan satu sama lain saling menyuapi. Memang, sumpit yang disediakan sangat panjang, sehingga mereka bisa menyuapi orang di dekatnya, dan sebaliknya. Maka, hingga acara hampir selesai, hanya mereka berempatlah yang kenyang. Sementara, yang lain tak bisa menikmati hidangan karena berusaha sendiri-sendiri untuk segera menyantap makanan lezat tersebut.
Kisah tersebut mengajarkan kepada kita, bahwa untuk bisa meraih sesuatu, kita seharusnya memulai dengan “melayani”. Kita tak boleh serakah, tamak, atau hanya mementingkan kepentingan diri sendiri. Seperti yang tergambar dalam kisah tersebut, hanya mereka yang mau “berkorban” dengan memberi makanan kepada yang lain, maka ia yang akan bisa ikut makan dengan kenyang. Sementara, orang lain sibuk mencari cara bagaimana bisa segera menyantap hidangan, justru kerepotan karena tak tahu “cara” yang tepat untuk memakan hidangan tersebut.
Sudah kita dapati, begitu banyak orang yang menjadi sumber berita karena kelakuannya. Mulai dari korupsi, hingga berbagai hal lain yang intinya, menjadikan harta sebagai hal yang utama.
Uang dan harta memang penting. Namun, ada banyak hal penting lain yang juga harus menjadi perhatian utama kita. Bagaimana kita bersikap, bagaimana kita membantu orang lain, bagaimana kita menemukan keseimbangan dalam hidup, sehingga kebahagiaan bisa kita peroleh. Harta adalah sarana. Kita adalah manusia. Karena itu, mari jadikan “sarana” tersebut sebagai bagian dari kehidupan kita, namun jangan sampai menjadikannya sebagai hal yang membelenggu kita.
Mari, jadikan hidup lebih berarti. Dengan mau peduli dan berbagi, harta dan uang kita akan jauh lebih memiliki arti.

Kebenaran Al-Quran tentang Sidik jari

Desember 18, 2016 Add Comment

[Kebenaran Al-Quran tentang Sidik Jari Terungkap]
Jika kita perhatikan dengan teliti, di ujung jemari tangan kita terdapat tiga jenis garis, yaitu garis melengkung, garis melingkar dan garis meliuk-liuk atau garis kompleks karena terdiri dari beragam bentuk garis.
Selain itu, ternyata masih banyak fakta-fakta tentang sidik jari lainnya,
1. Pembentukan sidik jari bukan dimulai ketika bayi sudah lahir Namun dimulai ketika janin dalam kandungan berusia empat bulan.
2. Sidik jari itu tetap dan tak mungkin berubah sepanjang hidup, kecuali terjadi luka gores atau sayatan yang parah.
3. Sidik jari antar tiap manusia tidak mungkin sama, meskipun itu saudara kembar.
4. Ada beberapa kemiripan bentuk namun tidak persis sama.
Terlepas dari semua itu, sejak diturunkan pada abad ke-7 Masehi, Al-quran sudah menjelaskan bahwa sidik jari merupakan bagian penting sebagai tanda pengenal seseorang.
Firman Allah Subhanahu Wa Ta'ala,
ﺃَﻳَﺤْﺴَﺐُ ﺍﻹﻧْﺴَﺎﻥُ ﺃَﻟَّﻦْ ﻧَﺠْﻤَﻊَ ﻋِﻈَﺎﻣَﻪُ ‏( ٣ ‏) ﺑَﻠَﻰ ﻗَﺎﺩِﺭِﻳﻦَ ﻋَﻠَﻰ ﺃَﻥْ ﻧُﺴَﻮِّﻱَ ﺑَﻨَﺎﻧَﻪُ
"Apakah manusia mengira bahwa Kami tidak akan mengumpulkan (kembali) tulang-belulangnya? Ya, bahkan Kami mampu menyusun (kembali) ujung jari-jarinya dengan sempurna." (QS. Al Qiyamah : 3 - 4)
Dalam surat Al-Qiyamah ayat 3-4 menjelaskan bagaimana mudahnya Allah subhanahu wa ta’ala menghidupkan kembali manusia setelah kematiannya. Ayat ini juga menekankan tentang sidik jari dan membuatnya menjadi sebuah kajian penting bagi Islam.
Fakta tentang sidik jari ini baru ditemukan di akhir abad ke-19. Sebelumnya, orang menghargai sidik jari sebagai lengkungan-lengkungan biasa tanpa makna khusus. Namun dalam Al Qur'an, Allah merujuk kepada sidik jari, yang sedikitpun tak menarik perhatian orang waktu itu, dan mengarahkan perhatian kita pada arti penting sidik jari, yang baru mampu dipahami di zaman sekarang.
Masya Allah, inilah bukti kebenaran Al Qur'an mencakup ilmu pengetahuan sepanjang masa. Dengan kata lain Al Qur'an adalah bukti tertulis otentik yang bisa dijadikan sebagai rujukan ilmiah dalam mengupas masalah teknologi di zaman sekarang.
[Kabarmakkah.com]

Nasehat dalam Berumah Tangga

Desember 18, 2016 Add Comment

Nasehat Untuk para Istri :
1. Tidak banyak menuntut kepada suaminya, tetapi lebih banyak menerima apapun segala kekurangan yang ada pada suaminya.
2. Tidak banyak mempermasalahkah kedudukan suaminya yang lebih tinggi, tapi ia lebih banyak berusaha menjadi istri yg selalu taat dan berbakti kepada suaminya.
3. Tidak banyak mempertanyakan tentang posisi dirinya dalam rumah  tetapi ia menyadari bahwa semuanya itu adalah sudah menjadi tanggung jawabnya yang telah ditetapkan-Nya.
4. Tidak banyak menuntut suaminya agar menjadi seseorang seperti apa yang ada dalam pikirannya. Akan tetapi ia lebih berusaha menjadikan suamimya sebagai orang yang pantas mendampingi hidupnya.
5. Dan Istri sholehah itu tidak banyak meminta sesuatu yang masih belum mampu dipenuhi suaminya, tetapi ia lebih banyak menerima dengan penuh keikhlasan setiap pemberian suaminya walau sekecil apapun.
6. Di saat suami mulai banyak bertingkah,bukannya marah dan ikut bertingkah, akan tetapi ia tak segan-segan berusaha untuk mengingatkan dan menyadarkan suaminya.
7. Di saat suami mulai tak jujur,bukan ia membalas untuk tidak jujur, akan tetapi ia lebih menjadikan dirinya untuk lebih bisa di percaya.
8. Dan disaat suami sedang ada suatu masalah,ia selalu ada dan mampu untuk menghibur serta membuat suaminya tersenyum.
Begitulah sebaik baiknya seorang istri bersikap,memang benar tak semudah mengucapkan..
9. Membutuhkan kekuatan dan ketabahan serta keikhlasan hati. Tapi jika hal itu bisa diraih, maka hanya satu balasan yang layak bakal di perolehnya kelak.Yaitu ridha suami, yang mana " Siapa saja wanita yang meninggal dunia dan Suaminya Ridha kepadanya, Maka ia masuk Surga." (HR. At Tirmidzi, Ibnu Majah, Hakim).
“Wahai semua wanita, sebaik-baik perhiasan dunia adalah wanita sholehah. Dan “Perkara yang pertama kali ditanyakan kepada seorang wanita pada hari kiamat nanti, adalah mengenai shalat lima waktu dan Ketaatannya terhadap Suami.”
(HR.Ibnu Hibban dari Abu Hurairah Radhiyallahu Anha)

WAHAI PARA SUAMI .....
1. Hargai isterimu sebagaimana engkau menghargai ibumu, sebab isterimu juga seorang ibu dari anak-anakmu.
2. Jika marah boleh tidak berbicara dengan isterimu, tapi jangan bertengkar dengannya (membentaknya, mengatainya, memukulnya).
3. Jantung rumah adalah seorang isteri. Jika hati isteri mu tidak bahagia, maka seisi rumah akan tampak seperti neraka (tidak ada canda tawa, manja, perhatian). Maka sayangi isterimu agar dia bahagia dan kau akan merasa seperti di surga.
4. Besar atau kecil gajimu, seorang isteri tetap ingin diperhatikan. Dengan begitu, maka isterimu akan selalu menyambutmu pulang dengan kasih sayang.
5. Dua orang yang tinggal satu atap (menikah) tidak perlu gengsi, bertingkah, siapa menang siapa kalah. Karena keduanya bukan untuk bertanding melainkan teman hidup selamanya.
6. Di luar banyak wanita idaman melebihi isterimu. Namun mereka mencintaimu atas dasar apa yang kamu punya sekarang, bukan apa adanya dirimu. Saat kamu menemukan masa sulit, maka wanita tersebut akan meninggalkanmu dan punya pria idaman lain di belakangmu.
7. Banyak isteri yang baik. Tapi di luar sana banyak pria yang ingin mempunyai isteri yang baik dan mereka tidak mendapatkannya. Mereka akan menawarkan perlindungan terhadap isterimu. Maka jangan biarkan isterimu meninggalkan rumah karena kesedihan, sebab ia akan sulit sekali untuk kembali.
8. Ajarkan anak laki-lakimu bagaimana berlaku terhadap ibunya, sehingga kelak mereka tahu bagaimana memperlakukan isterinya.......

Kisah Kebaikan Fatimah Azzahra

Desember 12, 2016 Add Comment

Kisah berikut semoga bisa menginpirasi kita untuk selalu berbuat baik, karena suatu kebaikan akan berbuah kebaikan juga. Sebagaimana firman Allah SWT dalam Surat Az-Zalzalah:7 yang artinya "Maka barangsiapa mengerjakan kebaikan seberat zarah, niscaya dia akan melihat (balasan) nya".


Pada suatu waktu, tiba-tiba seorang kakek muncul di hadapan Rasulullah SAW yang sedang berkumpul bersama para sahabatnya di dalam masjid selepas mengerjakan shalat berjamaah.

Kakek tersebut berkata : "Wahai, Rasulullah. Saya sangat lapar. Tolonglah saya. Dan saya juga tidak punya pakaian kecuali yang menempel di badan saya sekarang. Berilah saya".

Sebenarnya Rasulullah SAW sangat iba menyaksikan keadaan orang tua itu. Wajahnya kelihatan pucat, bibirnya membiru dan tangannya agak gemetar memegangi tongkatnya.

Cuma saat itu kebetulan Beliau sedang tidak mempunyai apa-apa. Sudah habis diberikannya kepada orang lain.

Rasulullah berkata : "Maaf, pak tua. Tidak ada yang dapat saya berikan saat ini. Tetapi jangan putus asa. Datanglah kepada anak saya, Fatimah, mungkin ada sesuatu yang bisa diberikannya sebagai sedekah."

Maka pergilah kakek itu kepada Fatimah. Di depan rumahnya kakek itu berseru, "Wahai putri Rasulullah. Aku lapar sekali. Dan tidak punya apa-apa. Aku datang kepada ayahmu, tetapi Beliau sedang tidak punya apa-apa. Aku disuruhnya untuk datang kepadamu. Mungkin engkau punya sesuatu sebagai sedekah untukku?"

Fatimah sangat kebingungan. Ia juga tidak memiliki barang yang cukup berharga untuk disedekahkan.

Selaku keluarga Rasulullah ia telah terbiasa menjalani hidup amat sederhana, jauh di bawah taraf kehidupan rakyat jelata.

Yang dianggapnya masih lumayan berharga cuma selembar kulit kambing yang biasa dipakai sebagai alas tidur Hasan dan Husain. Jadi, itulah yang diambil dan diserahkannya kepada si kakek.

Orang tua itu lebih kebingungan daripada yang memberikannya. Ia sedang lapar dan tidak punya apa-apa. Mengapa kepadanya diserahkan selembar kulit kambing? Buat apa?

"Wahai Putri Rasulullah. Apakah kulit kambing itu dapat mengenyangkan perutku dan dapat kupakai untuk menghangatkan badanku?" tanya orang tua itu.

Fatimah tidak bisa menjawab. Ia kembali masuk ke dalam rumahnya, mencari-cari benda lain yang pantas disedekahkan. Ia bertanya-tanya, mengapa ayahku mengirimkan orang ini kepadaku, padahal Ayah tahu aku tidak lebih kaya daripada beliau?

Sesudah termenung sejenak barulah ia teringat akan seuntai barang pemberian Fatimah binti Abdul Muthalib, bibinya. Barang itu amat indah, namun ia merasa kurang pantas memakainya karena ia dikenal sebagai putri dari pemimpin umat. Barang itu adalah sebuah kalung emas.

Buru-buru diambilnya benda itu dari dalam kotak simpanannya, lalu diserahkan kepada si kakek.

Orang itu terbelalak melihat benda yang kini digenggamnya. Begitu indah. Pasti amat mahal harganya. Dengan suka cita orang itu pergi menemui Rasulullah kembali di masjid.

Diperlihatkannya kepada beliau kalung emas pemberian Fatimah.

Rasulullah hanya berdoa, "Semoga Allah membalas keikhlasannya."

Salah satu sahabat nabi yang kaya raya, Abdurrahman bin Auf, berkata, "Wahai, bapak tua. Maukah kau jual kalung itu kepadaku?"

Kakek itu menoleh kepada Nabi, "Bolehkah saya jual, Ya Rasulullah?"

"Silakan, kalung itu milikmu," sahut Nabi.

Orang tua itu lantas berkata kepada sahabat Abdurrahman bin Auf, "Berikan kepadaku beberapa potong roti dan daging untuk mengganjal perutku, dan sekedar biaya kepulanganku ke kampung."

Abdurrahman bin Auf mengeluarkan duapuluh dinar dan seratus dirham, beberapa potong roti dan daging, pakaian, serta seekor unta untuk tunggangannya ke kampung.

Dengan gembira kakek itu berkata, "Terima kasih, wahai kekasih Allah. Saya telah mendapatkan lebih daripada yang saya perlukan. Bahkan saya telah merasa menjadi orang kaya."

Nabi menjawab, "Terima kasih kepada Allah dan Rasul-Nya harus diawali dengan berterimakasih kepada orang yang bersangkutan. Balaslah kebaikan Fatimah."

Orang tua itu kemudian mengangkat kedua tangannya ke atas, "Ya Allah, aku tak mampu membalas kebaikan Fatimah dengan yang sepadan. Karena itu aku mohon kepada-Mu, berilah Fatimah balasan dari hadirat-Mu, berupa sesuatu yang tidak terlintas di mata, tidak terbayang di telinga dan tidak terbetik di hati, yakni surga-Mu, Jannatun Na'im."

Rasulullah menyambut doa itu dengan amin seraya tersenyum ceria.

Beberapa hari kemudian, budak Abdurrahman bin Auf, bernama Saham datang menghadap Nabi sambil membawa kalung yang dibeli dari orang tua itu.

"Ya Rasulullah," ujar Saham. "Saya datang kemari diperintahkan Tuan Abdurrahman bin Auf untuk menyerahkan kalung ini untukmu, dan diri saya sebagai budak diserahkannya kepadamu."

Rasulullah tertawa. "Kuterima pemberian itu. Nah, sekarang lanjutkanlah perjalananmu ke rumah Fatimah, anakku. Kalung ini tolong serahkan kepadanya. Juga engkau kuberikan untuk Fatimah."

Saham lalu mendatangi Fatimah di rumahnya, dan menceritakan pesan Rasulullah untuknya.

Fatimah dengan lega menyimpan kalung itu di tempat semula, lantas berkata kepada Saham,  "Engkau sekarang telah menjadi hakku karena itu, engkau kubebaskan. Sejak hari ini engkau kembali menjadi orang merdeka."

Saham tertawa nyaring sampai Fatimah keheranan, "Mengapa engkau tertawa?"

Bekas budak itu menjawab, "Saya gembira menyaksikan riwayat sedekah dari satu tangan ke tangan berikutnya.

Kalung ini tetap kembali kepadamu, wahai putri junjungan, namun karena dilandasi keikhlasan, kalung ini telah membuat kaya orang miskin, telah menjamin surga untukmu, dan kini telah membebaskan aku menjadi manusia merdeka."

*****
Saudaraku mari kita panjakan sholawat dan salam kepada Junjungan kita baginda Rasulullah Muhammad SAW beserta seluruh keluarga, sahabat dan seluruh pengikutnya.

Allahumma shalli 'ala sayyidinaa Muhammad wa' 'ala aali sayyidinaa Muhammad.

Istrimu adalah Pilihanmu Hidupmu

Desember 10, 2016 Add Comment

Dalam masyarakat umum ada anggapan “Orang selalu berkata ada bekas/mantan Istri atau bekas/mantan Suami, tetapi tidak ada bekas anak dan bekas orang tua.”

Mungkin salah satu cerita bijak berikut ini dapat merubah pandangan tersebut dan dapat membuat seseorang ingin memiliki suami atau istrinya sampai akhir hayat dan berpikir 1000 kali untuk menyakiti hatinya dan menduakan cintanya dengan yang lain.

Suatu hari di sebuah kelas, Seorang dosen mengadakan kuisioner atau permainan kecil kepada mahasiswanya yang kebetulan banyak yang sudah berkeluarga.

Sang dosen menunjuk seorang mahasiswa dan meminta maju ke papan tulis.

Dosen berkata : “Tulislah sepuluh nama orang yang paling dekat dengan anda.”

Lalu mahasiswa tersebut menulis sepuluh nama sesuai permintaan dari dosennya, terdapat nama tetangga, orang tua, teman kerja, istri, anak, saudara dan sebagainya.

Kemudian sang dosen berkata : “Sekarang pilihlah tujuh diantaranya yang sekiranya anda ingin hidup terus bersamanya”.

Lalu mahasiswa tersebut mencoret tiga nama.

Kemudian Dosen berkata : “Coret dua nama lagi”.

Dan kini tinggallah lima nama.

Dosen : “Coret lagi dua nama lagi”

Maka tersisalah tiga nama yaitu : Orang tua, Istri dan Anaknya.

Suasana kelas mendadak menjadi hening. Mereka mengira permainan ini sudah selesai dan tak ada lagi yg harus dipilih.

Tiba-tiba Dosen berkata :”Silahkan coret satu nama lagi !”.

Mahasiswa itu pun perlahan mengambil pilihan yg amat sulit lalu mencoret nama orang tuanya secara perlahan.

Dosen :”Silahkan coret satu nama lagi !”.
 
Hati sang mahasiswa menjadi bingung. Kemudian mengangkat kapur dan lambat laun mencoret nama anaknya dan mahasiswa itupun menangis.

Suasana kelas sangat hening yang terdengar hanya isak tangis dari mahasiswa itu, kemudia setelah suasana tenang sang Dosen bertanya pada Mahasiswa itu. 

“Kau tidak memilih Orang tua yang membesarkanmu ? Tidak juga memilih Anak yang berasal dari darah dagingmu? Sedangkan Istri itu bisa dicari lagi.”

Semua orang di dalam kelas terpana menunggu jawaban dari Mahasiswa itu.

Lalu sang Mahasiswa itu berkata, “Seiring berjalannya waktu berlalu, Orang tua saya akan pergi dan meninggalkan saya, sedang Anak saya jika sudah dewasa akan menikah lalu pergi meninggalkan saya juga. Sedangkan yang benar-benar menemani saya dalam hidup ini hanyalah ISTRI saya. Orang tua dan anak bukan saya yang memilih, tapi Tuhan yang menganugerahkan, sedang ISTRI, sayalah yang memilih dan dengan izinNya. Istri adalah bagian dari diriku, karena dia adalah tulang rusukku…

Suasana kelas menjadi haru biru mmendengarkan penjelasan dari mahasiswa tersebut, tanpa disadari semua yang ada di ruangan tersebut berkaca-kaca menahan air mata termasuk sang dosen.

Cerita diatas bukan bermaksud menyampingkan rasa sayang kepada anak dan orang tua tidak penting tetapi untuk merubah pandangan bahwasanya kita harus selalu menghargai pasangan, saling menyayangi, menerima apapun kelebihan dan kekurangan pasangan dan jangan rusak ikatan pernikahan hanya karena tergoda oleh orang ketiga dan menuruti hawa nafsu duniawi saja. Suami/istrimu adalah pilihanmu, ayah dan ibu dari anak-anakmu.

Semoga dapat menginspirasi kita semua agar dapat menjaga keutuhan dan keharmonisan rumah tangga.

Kisah Pemuda dan Buruh Cuci

Desember 10, 2016 Add Comment

Alkisah, ada seorang pemuda yang mencintai seorang wanita yang cantik dan kaya raya, pemuda tersebut memberanikan diri untuk datang melamar wanita yang cantik dan kaya Itu. Tanpa disangka wanita tersebut menerima pinangan dari sang pemuda. Akhirnya terjadilah suatu kesepakatan antara sang pemuda dan wanita tersebut untuk melanjutkan lamaran tersebut ke pelaminan.

Sang pemuda bercerita tentang pekerjaan dan latar belakang keluarganya. Namun tatkala si wanita mengetahui profesi ibunda sang pemuda, maka wanita tersebut memberi syarat, agar pada waktu resepsi pernikahan, ibu sang pemuda tidak boleh datang ke acara resepsi pernikahan itu.

Setelah berfikir, demi untuk mewujudkan pernikahan dengan wanita yang dicintainya, sang pemuda dengan terpaksa menyetujui syarat yang diajukan oleh wanita tersebut.

Namun sang pemuda masih ragu dan bimbang dengan keputusannya itu. Kemudian sang pemuda menjumpai salah seorang guru spiritualnya untuk meminta saran dan pendapat tentang permasalahan tersebut.

Sang guru bertanya : "Apa pekerjaan ibumu?"

Sang pemuda menjawab : "Saya ditinggal mati ayah saya, saat saya masih berumur baru satu tahun, akhirnya untuk membesarkan saya, dengan susah payah ibu saya bekerja sebagai tukang cuci pakaian dan dari jerih payahnya itu dia berhasil mengantarkan saya sampai menjadi seorang sarjana".

Setelah mendengar cerita sang pemuda, sang guru tidak langsung memberikan solusi atas permasalah sang pemuda, sang guru berkata : "Begini, hari ini kau pulanglah ke rumah dan kau cucilah kedua tangan ibumu, besok kau kembali lagi kesini, baru aku akan memberi saran dan pendapatku".

Dengan rasa penasaran atas perintah sang guru, pulanglah sang pemuda ke rumahnya, kemudian dia mendekati ibunya yang sedang mencuci baju dan sang pemuda berkata : "Ibu, bolehkah aku mencuci kedua tanganmu".

Sang ibu keheranan dengan permintaan sang anak, tanpa berkata sang ibu menyodorkan kedua tangannya kepada sang anak, kemudian pemuda tersebut membasuh kedua tangan ibunya, saat itulah dia melihat begitu kasarnya tangan ibunya, ada bekas-bekas luka dan kulit yang terkelupas, ia melihat pemandangan itu sambil mencucurkan air mata.

Dan akhirnya sang pemuda tidak tahan untuk menunggu hari esok, sang pemuda  mendatangi lagi sang guru dan sang pemuda berkata :  "AKU TIDAK AKAN MENGORBANKAN BUNDAKU UNTUK SIAPAPUN".

Akhirnya sang pemuda membatalkan rencana pernikahan dengan wanita cantik dan kaya yang malu dengan keadaan ibu sang pemuda.


Tanpa disadari banyak di antara kita yang sering melupakan budi baik orang tua kita demi untuk mendapatkan kenikmatan yang semu. Padahal ridho orang tua adalah ridho Allah.

Maka saatnya kita mencuci kedua tangan ibu dan bapak kita yang selalu membelai kita dan membersihkan kita, membesarkan kita dari bayi sampai dewasa. Karena suatu saat belaian itu akan pergi dan kau akan kehilangan tiket masuk surgamu.

Semoga kisah di atas bisa menginspirasi kita semua untuk lebih menyayangi dan mencintai orang tua kita.

Subhanallah...

Orang yang Bermaksiat Kala Sepi

Desember 10, 2016 Add Comment


Ada seseorang yang ketika di hadapan orang banyak terlihat alim dan shalih. Namun kala sendirian, saat sepi, ia menjadi orang yang menerjang larangan Allah.

Inilah yang dapat dilihat dari para penggiat dunia maya. Ketika di keramaian atau dari komentar ia di dunia maya, ia bisa berlaku sebagai seorang alim dan shalih. Namun bukan berarti ketika dalam kesepian, ia seperti itu pula. Ketika sendirian browsing internet, ia sering bermaksiat. Pandangan dan pendengarannya tidak bisa ia jaga.

Keadaan semacam itu telah disinggung oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam jauh-jauh hari. Dalam hadits dalam salah satu kitab sunan disebutkan,

عَنْ ثَوْبَانَ عَنِ النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- أَنَّهُ قَالَ : « لأَعْلَمَنَّ أَقْوَامًا مِنْ أُمَّتِى يَأْتُونَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِحَسَنَاتٍ أَمْثَالِ جِبَالِ تِهَامَةَ بِيضًا فَيَجْعَلُهَا اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ هَبَاءً مَنْثُورًا ». قَالَ ثَوْبَانُ : يَا رَسُولَ اللَّهِ صِفْهُمْ لَنَا جَلِّهِمْ لَنَا أَنْ لاَ نَكُونَ مِنْهُمْ وَنَحْنُ لاَ نَعْلَمُ. قَالَ : « أَمَا إِنَّهُمْ إِخْوَانُكُمْ وَمِنْ جِلْدَتِكُمْ وَيَأْخُذُونَ مِنَ اللَّيْلِ كَمَا تَأْخُذُونَ وَلَكِنَّهُمْ أَقْوَامٌ إِذَا خَلَوْا بِمَحَارِمِ اللَّهِ انْتَهَكُوهَا »

Dari Tsauban, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, ia berkata, “Sungguh aku mengetahui suatu kaum dari umatku datang pada hari kiamat dengan banyak kebaikan semisal Gunung Tihamah. Namun Allah menjadikan kebaikan tersebut menjadi debu yang bertebaran.” Tsauban berkata, “Wahai Rasulullah, coba sebutkan sifat-sifat mereka pada kami supaya kami tidak menjadi seperti mereka sedangkan kami tidak mengetahuinya.”

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Adapun mereka adalah saudara kalian. Kulit mereka sama dengan kulit kalian. Mereka menghidupkan malam (dengan ibadah) seperti kalian. Akan tetapi mereka adalah kaum yang jika bersepian mereka merobek tirai untuk bisa bermaksiat pada Allah.” (HR. Ibnu Majah no. 4245. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa sanad hadits ini hasan). Ibnu Majah membawakan hadits di atas dalam Bab “Mengingat Dosa”.

Hadits di atas semakna dengan ayat,

يَسْتَخْفُونَ مِنَ النَّاسِ وَلَا يَسْتَخْفُونَ مِنَ اللَّهِ وَهُوَ مَعَهُمْ إِذْ يُبَيِّتُونَ مَا لَا يَرْضَى مِنَ الْقَوْلِ وَكَانَ اللَّهُ بِمَا يَعْمَلُونَ مُحِيطًا

“Mereka bersembunyi dari manusia, tetapi mereka tidak bersembunyi dari Allah, padahal Allah beserta mereka, ketika pada suatu malam mereka menetapkan keputusan rahasia yang Allah tidak ridhai. Dan adalah Allah Maha Meliputi (ilmu-Nya) terhadap apa yang mereka kerjakan.” (QS. An-Nisa’: 108). Walaupun dalam ayat tidak disebutkan tentang hancurnya amalan.

Ada beberapa makna dari hadits Tsauban yang kami sebutkan di atas:
Pertama:

Hadits tersebut menunjukkan keadaan orang munafik, walaupun kemunafikan yang ia perbuat adalah kemunafikan dari sisi amal, bukan i’tiqad (keyakinan). Sedangkan hadits Abu Hurairah berikut dimaksudkan pada kaum muslimin.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, beliau mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

كُلُّ أُمَّتِى مُعَافًى إِلاَّ الْمُجَاهِرِينَ ، وَإِنَّ مِنَ الْمَجَانَةِ أَنْ يَعْمَلَ الرَّجُلُ بِاللَّيْلِ عَمَلاً ، ثُمَّ يُصْبِحَ وَقَدْ سَتَرَهُ اللَّهُ ، فَيَقُولَ يَا فُلاَنُ عَمِلْتُ الْبَارِحَةَ كَذَا وَكَذَا ، وَقَدْ بَاتَ يَسْتُرُهُ رَبُّهُ وَيُصْبِحُ يَكْشِفُ سِتْرَ اللَّهِ عَنْهُ

“Setiap umatku dimaafkan kecuali orang yang terang-terangan dalam bermaksiat. Yaitu seseorang yang telah berbuat dosa di malam hari lantas di pagi harinya ia berkata bahwa ia telah berbuat dosa ini dan itu padahal Allah telah menutupi dosanya. Pada malam harinya, Allah telah menutupi aibnya, namun di pagi harinya ia membuka sendiri aib yang telah Allah tutupi.” (HR. Bukhari no. 6069 dan Muslim no. 2990)

Ibnu Hajar Al-Haitami mengatakan dalam Az-Zawajir ‘an Iqtiraf Al-Kabair (2: 764) mengenai dosa besar no. 356, “Termasuk dosa besar adalah dosa yang dilakukan oleh orang yang menampakkan keshalihan, lantas ia menerjang larangan Allah. Walau dosa yang diterjang adalah dosa kecil dan dilakukan di kesepian. Ada hadits dari Ibnu Majah dengan sanad berisi perawi tsiqah (kredibel) dari Tsauban radhiyallahu ‘anhu, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda, “Sungguh aku mengetahui suatu kaum dari umatku datang pada hari kiamat dengan banyak kebaikan …” Karena kebiasaan orang shalih adalah menampakkan lahiriyah. Kalau maksiat dilakukan oleh orang shalih walaupun sembunyi-sembunyi, tentu mudharatnya besar dan akan mengelabui kaum muslimin. Maksiat yang orang shalih terjang tersebut adalah tanda hilangnya ketakwaan dan rasa takutnya pada Allah.”
Kedua:

Yang dimaksud dalam hadits Tsauban dengan bersendirian dalam maksiat pada Allah tidak berarti maksiat tersebut dilakukan di rumah seorang diri, tanpa ada yang melihat. Bahkan boleh jadi maksiat tersebut dilakukan dengan jama’ahnya atau orang yang setipe dengannya.

Syaikh Al-Albani menyatakan bahwa yang dimaksud dalam hadits bukanlah melakukan maksiat sembunyi-sembunyi. Namun ketika ada kesempatan baginya untuk bermaksiat, ia menerjangnya. (Silsilah Al-Huda wa An-Nuur no. 226)
Ketiga:

Makna hadits Tsauban adalah bagi orang yang menghalalkan dosa atau menganggap remeh dosa tersebut.

Syaikh Muhammad Al-Mukhtar Asy-Syinqithi berkata, ada orang yang melakukan maksiat sembunyi-sembunyi namun penuh penyesalan. Orang tersebut bukanlah orang yang merobek tabir untuk menerjang yang haram. Karena asalnya orang semacam itu mengagungkan syari’at Allah. Namun ia terkalahkan dengan syahwatnya. Adapun yang bermaksiat lainnya, ia melakukan maksiat dalam keadaan berani (menganggap remeh dosa, pen.). Itulah yang membuat amalannya terhapus. (Syarh Zaad Al-Mustaqni’, no pelajaran 332)

Semoga kita dapat menjauhi dosa dan maksiat di kala sepi dan kala terang-terangan. Jadikan, nasihat ini terutama untuk setiap diri kita pribadi.

Sumber : https://rumaysho.com/11477-orang-yang-bermaksiat-kala-sepi.html

Kisah Dosen dan Sebuah Topless

Desember 10, 2016 Add Comment
Suatu hari seorang guru besar di depan audiensnya memulai materi kuliah dengan menaruh sebuah topless yang bening dan besar di atas meja di depan kelas.
Lalu sang guru mulai mengisinya dengan bola tenis hingga tidak muat lagi.
Sang guru bertanya: "Apakah sudah penuh?"
Semua audiens menjawab: "Sudah penuh pak".
Lalu sang guru mengeluarkan kelereng dari kotaknya dan mulai memasukkannya ke dalam topless tadi. Kelereng mengisi sela-sela di antara bola tenis hingga tidak muat lagi.
Sang guru bertanya: "Apakah sudah penuh?"
Semua audiens menjawab: "Sudah penuh pak".
Setelah itu sang guru mengeluarkan pasir pantai dan mulai memasukkannya ke dalam topless yang sama. Pasir pun mengisi sela-sela di antara bola dan kelereng hingga tidak bisa muat lagi.
Sang guru bertanya :"Apakah masih ada barang yang bisa dimasukan ke dalam topless tersebut".
Semua audiens saling pandang dan audiens sepakat kalau topless sudah penuh dan tidak mungkin ada yang bisa dimasukkan lagi ke dalam topless tersebut.
Sang guru dengan tersenyum mengambil secangkir kopi yang ada di meja. Kemudian sang guru menuangkan secangkir air kopi tersebut ke dalam topless yang sudah penuh dengan bola, kelereng dan pasir itu.
Semua audiens hanya bisa terdiam sambil geleng-geleng kepala dan takjub melihat kejadian di depan kelas dan kelihatan audiens heran dan tidak menyangka topless yang kelihatan sudah penuh di isi bola tenis kemudian masih bisa di isi kelereng kemudian masih bisa di isi pasir dan terakhir di isi oleh secangkir kopi.
Sang Guru yang melihat audiens keheranan kemudian menjelaskan dengan bijak bahwa:
"Dalam hidup kita mempunyai kapasitas atau daya isi, Hidup kita semua kapasitasnya terbatas seperti topless. Masing-masing dari kita berbeda ukuran toplessnya ada yang besar, kecil atau sedang".
Bola tenis diibaratkan adalah hal-hal besar dalam hidup kita, seperti tanggung jawab terhadap Tuhan, bakti kita kepada orang tua, kewajiban kita kepada istri/suami, anak-anak, serta makan, tempat tinggal dan kesehatan.
Kelereng diibaratkan adalah hal-hal yang penting, seperti pekerjaan, kendaraan, sekolah anak, gelar sarjana, dan lain sebagainya.
Pasir diibaratkan adalah yang lain-lain dalam hidup kita, seperti olahraga, menyanyi, rekreasi, hiburan, Facebook, BBM, WA, hobby, nonton film, model baju, model kendaraan dan lain sebagainya.
Jika kita isi topless dengan mendahulukan pasir hingga penuh, maka kelereng dan bola tennis tidak akan bisa masuk. Berarti, hidup kita hanya berisikan hal-hal yang kecil. Hidup kita habis dengan rekreasi dan hobby, sementara Tuhan dan keluarga terabaikan.
Jika kita isi topless dengan mendahulukan bola tennis, lalu kelereng dan seterusnya seperti tadi, maka hidup kita akan lengkap, berisikan mulai dari hal-hal yang besar dan penting hingga hal-hal yang kecil menjadi pelengkap dalam hidup.
Karenanya, kita harus mampu mengelola hidup secara cerdas dan bijaksana. Tahu menempatkan mana yang menjadi prioritas dan mana yang hanya menjadi pelengkap hidup.
Jika tidak, maka hidup bukan saja tidak lengkap, bahkan bisa-bisa hidup kita tidak berarti sama sekali".
Lalu sang guru bertanya: "Adakah di antara kalian ada yang ingin bertanya?"
Semua audiens terdiam, karena mereka sangat mengerti apa inti dan pesan dalam pelajaran yang baru diberikan oleh sang guru tadi.
Namun, tiba-tiba seorang audiens menyeletuk bertanya: "Apa arti dari secangkir air kopi yang sang guru tuangkan tadi .....?"
Sang guru besar tersenyum dan menjawab sebagai penutup: "Sepenuh dan sesibuk apapun hidup kita, jangan lupa masih bisa disempurnakan dengan bersilaturahim sambil "minum kopi" ..... dengan saudara, tetangga, teman, sahabat yang hebat. Jangan lupakan sahabat lama. Saling bertegur sapa, saling tersenyum bila berpapasan ..... betapa indahnya hidup ini...
Semoga bermanfaat dan mengispirasi kita semua.
Wassalam.

Ujian Kesetiaan Seorang Lelaki

Desember 10, 2016 Add Comment
Pesan untuk seorang  lelaki yang sudah beristri, bacalah kisah berikut semoga dapat mengispirasi.


Namaku Sahrul (bukan nama sebenarnya). Aku sudah menikah dan memiliki seorang istri yang insya Allah sholehah. Kami termasuk menikah muda saat menikah usiaku 21 tahun dan istriku 20 tahun. Alhamdulilah, saat ini kami sudah mempunyai empat anak. Usia mereka yang pertama 12, yang kedua 8 tahun, yang ketiga 4 tahun dan yang paling kecil 1 tahun. 

Saat baru menikah, kondisiku masih kuliah, dan untuk menafkahi keluarga aku menjadi seorang supir taxi. Istriku selalu setia mendampingiku walau hidup kami pas-pasan, ia menerima aku apa adanya, ia tidak pernah mengeluh dengan kondisi ekonomi keluarga kami. 

Tak lama berselang istriku hamil dan lahirlah anak kami yang pertama. Kondisi ekonomi keluarga kami masih juga kembang kempis. Karena menjadi sopir taxi penghasilan tidak menentu akhirnya akupun pindah kerja menjadi seorang tukang tagih kartu kredit. Keliling naik motor panas dan hujan aku jalani semuanya demi anak dan istriku tercinta.

Selang berapa tahun lahir anak kami yang kedua dan ketiga, kemudian aku mencoba melamar pekerjaan di sebuah perusahaan perbankan ternama di Jakarta. Alhamdulillah aku diterima bekerja di bank tersebut. Berkat doa dari anak-anak dan istriku, jabatanku mulai naik perlahan. 

Anak-anak suka bilang kepadaku, bosan yah naik motor melulu, ayah beli mobil dong. Alhamdulilah akhirnya bisa ke beli sebuah mobil. Anak-anakku tidak kepanasan dan kehujanan kalau pergi-pergi, Istriku juga bisa setir mobil jadi bisa antar jemput anak-anak sekolah.

Disaat kita diatas mulai godaan datang. Wanita wanita mulai menggoda dari segala penjuru.Namun aku selalu berusaha ingat Allah, wajah istriku dan anak-anakku.

Suatu waktu ada seorang klienku seorang wanita sebut saja namanya andien, orangnya bisa dibilang cantik banget menurut standarku. Sebagai lelaki normal wajar kalau aku mengagumi kecantikannya. Dan nampaknya dia juga menaruh harapan kepadaku. 

Karena intensitas kita yang sering bertemu, Andien mulai tidak canggung kepadaku. Sebenarnya aku sudah berusaha menjaga jarak, tetapi dia begitu agresif untuk mendekatiku, mungkin wajarlah wajahku juga ga jelek-jelek amat tidak kalah sama artis sinetron. Andien sering menelpon sekedar say hello apa nanya keadaanku sedang ngapain, macam anak abg labil yang sedang kasmaran. Andien sering mengajak makan siang di kantin bank, tetapi aku selalu menolak karena aku selalu membawa bekal makanan yang di masakan oleh istriku. Karena dia adalah termasuk klien bank tempat bekerja, aku berusaha untuk selalu ramah kepadanya. 

Tetapi sifat ramah yang aku tunjukan ke dia di salah artikan oleh Andien. Dia beranggapan kalau aku memberi harapan pada dia. Mungkin karena aku tidak pernah menyampaikan perasaanku akhirnya dia berani datang ke kantor dan masuk ke ruanganku. Di situ dia panjang lebar mengungkapkan perasaan dan isi hatinya. Aku kaget dengan keberaniannya, tetapi dengan halus ku ceritakan bahwa aku sudah berkeluarga dan aku sangat mencintai istri dan anak-anakku. Aku tidak mungkin mengkhianati mereka. Andien seakan tidak percaya dengan pernyataanku dan dia juga menyatakan siap untuk menjadi istri keduaku. Aku jelaskan kembali bahwa aku tidak mungkin menduakan cintaku untuk orang lain. Andien pergi dari ruanganku sambil mengumpat dan memaki-maki, semua karyawan yang ada melihat keheranan.

Begitulah sekilas kisah hidupku, aku selalu menanamkan dalam pikiranku : "Disaat aku ada uang, wanita-wanita itu datang menggodaku. Apa lagi yang mereka cari kalau bukan suka pada uangku. Dulu saat aku miskin dan hidup pas-pasan mana ada wanita yang mau mendekati...HANYA ISTRIKU YANG SETIA MENDAMPINGI".

Hari liburanku selalu aku isi bersama istri dan anak-anakku. Itulah kebahagiaan yang tak mungkin dapat kutukar dengan apapun. 

Alhamdulilah jika kita tegas untuk menolak, wanita-wanita penggoda akan malu sendiri. Jangan lupa untuk selalu mohon kekuatan pada Allah Ta'ala agar terhindar dari para perusak rumah tangga.

Untuk sahabat-sahabatku yang berstatus suami. Jika kita sedang ada diatas, ingatlah selalu siapa yang setia bersama kita disaat susah, berjuang menghadapi kerasnya hidup.

Jangan sakiti hati istrimu, dia adalah tulang rusukmu, dia titipan Allah Ta'ala dan anugrah terindah dalam hidupmu.

Wanita-wanita penggoda datang belakangan setelah kita mempunyai harta.....ADA GULA ADA SEMUT...

Kesetiaan suami diuji saat dia punya apa-apa...

Kesetiaan istri diuji saat suami tak punya apa-apa.

Subhanallah...

Cerpen Ibu, Anak dan Buah Apel

Desember 10, 2016 Add Comment


Seorang anak kecil memegang dua buah apel di kedua tangannya. Ibunya datang mendekat, sambil tersenyum kemudian bertanya "Sayang.., boleh Mama minta apelmu, satu saja?"

Si anak memandang ibunya beberapa detik, kemudian dengan cepat menggigit kedua apelnya, bergantian…

Si ibu pun berusaha menyembunyikan kekecewaannya, senyumnya telanjur luntur dari wajahnya...

Sampai kemudian si anak menyodorkan salah satu apel, yang telah digigitnya tadi kepada ibunya.

Dengan sukacita dan senyum ceria, dia lalu berkata :

 "Ini untuk Ibu, yang ini rasanya LEBIH MANIS!"

Hening seketika. Ternyata si anak hanya ingin memberikan yang terbaik buat ibunya....makanya anak tersebut ingin memastikannya dulu.

Tidak ada kata-kata yang terucap dari bibir ibunya, kecuali senyum dan bola matanya yang berkaca-kaca....Tak terasa mengalir air matanya.

Siapapun Anda, seberapapun banyaknya pengalaman dan pengetahuan Anda, jangan tergesa-gesa menilai seseorang, siapapun dia. Orang dewasa atau anak kecil.

Bersabarlah.
Janganlah kamu menghakimi, supaya kamu pun tidak dihakimi oleh orang lain.

Berilah kesempatan kepada setiap orang untuk memberikan penjelasan, dengan caranya sendiri. Tetaplah menjadi orang yang sabar dan bijaksana.


Konsep Masyarakat Madani dalam Islam

Desember 09, 2016 Add Comment
Masyarakat Madani atau masyarakat beradab adalah suatu kelompok individu dalam satu wilayah tertentu yang mendapatkan keadilan dan keseimbangan dalam hal kesejahteraan kehidupan sesuai dengan fitrah manusia sebagai hamba Allah SWT yang mempunyai kewajiban dan amanah dari Allah SWT untuk menegakan keadilan dengan hukum yang berlaku di negara nya. Selain itu adanya perbedaan suku, ras, keturunan, etnis dan lain-lain, tidak menjadikan perbedaan menjadi masalah dalam kehidupan bermasyarakat.
Masyarakat madani pada hakikatnya adalah reformasi terhadap segala praktik yang merendahkan nilai-nilai manusia. Masyarakat madani yang dideklarasikan oleh nabi Muhammad adalah merupakan reformasi terhadap masyarakat Jahilliyah. Seperti yang diketahui bahwa masyarakat jahilliyah adalah masyarakat yang mempraktikkan ketidakadilan dan pengingkaran terhadap harkat dan martabat kemanusiaan. Praktik penindasan dilakukan secara sistematis terhadap orang miskin dan merupakan suatu hal yang biasa dilakukan.
Merujuk pada prinsip-prinsip masyarakat Madani atau masyarakat beradab dan sejahtera yang dibangun oleh Rasulullah Muhammad SAW, maka perlu adanya unsur-unsur sikap Keadilan, Supremasi hukum, Persaamaan(Egalitarianisme), Pluralisme(Kemajemukan), dan Pengawasan sosial. 
Berikut adalah beberapa riwayat yang mendukung prinsip-prinsip masyarakat madani yang terkandung dalam AL-Qur’an dan Al- hadist,

1.Keadilan
Dalam islam sudah diterangkan dalam al-Qur’an dan Al- hadistnya tentang aspek kehidupan dalam bermasyarakat,seperti pada QS.AL-Takaatsur ayat 1-8 dan QS.AL-Humazah ayat 1-9 yang menjelaskan tentang para pengumpat dan pencela yg mengumpulkan harta benda dan menghitung hitungnya ,ia mengira bahwa hartanya akan mengekalkannya.
2.Supremasi Hukum
QS.An-nisaa ayat 58 dan QS.AL-Maai’dah ayat 8 yang menerangkan tentang hukum Islam,pentingnya berlaku adil terhadap siapapun tanpa pandang bulu, bahkan terhadap orang yang membenci kita sekalipun, kita harus berlaku adil, karena sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa-apa yang kita kerjakan.

3.Egalitarianisme(persamaan)
Al-Qur’an dan Al- hadistnya QS.AL-Hujuraat ayat 13 yang menerangkan bahwa sesungguhnya manusia diciptakan dari jenisnya laki-laki dan perempuan,bersuku-suku,berbangsa-bangsa agar kalian saling mengenal satu sama lain.
Tentunya perbedaan itu harusnya menjadi warna tersendiri ,sehingga bisa terjadi suatu Egalitarianisme bukan sebaliknya.
4.Pluralisme(kemajemukan)
Kesadaran Pluralisme itu harusnya diwujudkan untuk bersikap toleran dan saling menghormati diantara sesama anggota yang berbeda baik berbeda dalam hal etnis,suku bangsa,maupun agama.Sikap toleran dan saling menghormati itu dinyatakan seperti dalam AL Qur’an,antara lain QS.Yunus ayat 99,QS.AL-An’aam ayat108.
5.Pengawasan sosial
Keterbukaan itu sebagai konsekuensi logis dari pandangan positif dan optimis terhadap manusia,bahwa manusia pada dasarnya adalah baik,oleh karena manusia secara fitrah baik dan suci,maka kejahatan yang dilakukan bukan karena sifat dalam dirinya,akan tetapi lebih disebabkan oleh faktor-faktor luar yang mempengaruhinya.Seperti kandungan pada QS.AL-A’raaf ayat 172,QS.Ar-ruum ayat 30,QS.Al’ashr ayat 1-3

Memahami Makna Budaya Akademik Dalam Islam

Desember 09, 2016 Add Comment

Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan.
Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.
Bacalah dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah.
Yang mengajarkan (manusia) dengan perantaraan qalam.
Dia mengajarkan manusia terhadap hal-hal yang tidak diketahuinya. (QS. Al-‘Alaq)

Para ulama sepakat mengatakan bahwa surat al-‘Alaq ayat 1-5 di atas adalah ayat al-Qur’an yang pertama kali diturunkan Allah kepada Rasulullah SAW. Iqra’ yang berarti “bacalah” (perintah membaca) sebagai kata pertama dalam rentetan ayat ini menggambarkan betapa Islam memberikan perhatian yang luar biasa terhadap ilmu pengetahuan, dan membaca merupakan cara terpenting dalam memperoleh ilmu pengetahuan. Pertanyaannya kemudian adalah “apa yang harus dibaca?” 

Para ulama mengatakan bahwa yang harus dibaca adalah segala sesuatu yang bisa atau memungkinkan untuk dibaca. Segala yang terdapat di alam ini adalah tanda-tanda kebesaran Allah yang lazim disebut ayat-ayat Allah. 

Oleh karena itu yang harus dibaca adalah ayat-ayat Allah. Ayat-ayat Allah dapat dibagi pada dua kategori, pertama ayat qauliyah yang berarti al-Quran dan kedua ayat kauniyah yang berarti alam semesta. 

Kejelasan tentang apa yang mesti dibaca melahirkan pertanyaan selanjutnya, “bagaimana cara membacanya?”. Tegas Allah mengatakan bahwa pembacaan terhadap hal-hal di atas harus dilakukan dengan orientasi ketuhanan (bi ism rabbik) artinya semuanya dilakukan dalam bingkai untuk mendekatkan diri pada Allah. 

Hal ini berhubungan erat dengan tujuan diciptakannya manusia oleh Allah yaitu untuk menyembah-Nya (beribadah) sebagaimana yang tercantum dalam QS. Al-Zariyat 56. 

Perintah untuk membaca pada ayat yang pertama tersebut diiringi oleh hampir 800 ayat selanjutnya (khususnya yang berhubungan dengan ilmu pengetahuan) menjadi pondasi ilmiah bagi kaum muslimin sehingga lahirlah budaya akademik/keilmuan yang berjasa dalam perkembangan ilmu pengetahuan dunia. Al-Kindi, al-Farabi, ibn Sina, ibn Bajah, ibn Thufail, ibn Rusyd, al-Ghazali, al-Thusi, al-Khawarizmi, al-Razi, al-Jabr, ibn Khaldun, dan banyak lainnya, merupakan tokoh-tokoh yang lahir dari tradisi ini, dan dengan observasi serta eksperimentasi yang dilakukan terhadap alam semesta semakin memperkokoh prinsip tauhid sebagai salah satu motor penggerak kemajuan.

Ulama dan ilmuan muslim masa lalu tidaklah mengenal istilah dikhotomi ilmu pengetahuan, ilmu agama vis a vis ilmu umum. Bagi mereka ilmu-ilmu tersebut pada prinsipnya sama dan bertujuan untuk mendekatkan diri pada Sang Pencipta. 

Oleh karena itu mereka selalu terpacu untuk menguasai kedua bidang tersebut. Tokoh-tokoh yang disebutkan di atas, di samping dikenal sebagai ahli-ahli agama (baca;Islam) yang otoritatif, juga dikenang antara lain karena kekuatan observasi dan kecenderungan eksperimental seperti yang terlihat dalam kajian-kajian ilmu alam dan kedokteran. 

Pencapaian yang diraih kaum muslimin masa lalu jauh lebih dulu dari yang dicapai Barat. Kemajuan yang dicapai Barat dewasa ini harus diakui tidak akan terealisasi tanpa kontribusi kaum muslimin. 

Banyak sekali ilmuan-ilmuan muslim yang dikenal di Barat, al-Farabi dikenal dengan al-Farabes, ibn Sina dikenal dengan avenciena, ibn Bajah dikenal dengan avempace, ibn Rusyd dikenal dengan averoes, dll. 

Sekarang dikhotomi ilmu pengetahuan telah diberlakukan. Para ulama bisasaja sangat ahli dalam ilmu-ilmu keislaman akan tetapi terkebelakang dalam hal sains dan tekhnologi. Akibatnya kajian-kajian agama yang disajikan para ulama tidak lagi menarik karena metodologi yang diketengahkan sudah ketinggalan zaman, minim sentuhan sains dan tekhnologi. 

Begitu juga sebaliknya, para ahli sains dan tekhnologi (saintis) larut dalam temuan-temuan mereka namun kering dari nilai-nilai spritual. Akibatnya temuan-temuan tersebut menjadi bebas nilai sehingga alih-alih membawa kemaslahatan, sebaliknya justru melahirkan kerusakan di atas bumi.