Loading...
Tampilkan postingan dengan label Realigi. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Realigi. Tampilkan semua postingan

Cerita Supir Angkot dan Anak SMP

Februari 20, 2017 Add Comment
Masa sekolah adalah masa dimana anak akan belajar berbagai hal, pada saat sekolah SMP banyak anak pengen mencoba hal yang baru karena pada saat itu anak berada pada masa transisi dari anak-anak menuju masa dewasa. Jadi banyak hal yang akan terjadi dalam masa transisi ini. Dengan membaca kisah ini semoga bisa diambil pelajaran bagi kita semua bagaimana seorang anak SMP tetap teguh dengan pendiriannya.




anak ini....
kalo diinget inget kasian juga, karena ditanya mulu sama si abang angkot -_-
.
ceritanya...
ada sekelompok pelajar (kayanya SMP kelas 1) yg lagi nungguin angkot tujuan pulangnya, ada Dia (si anak laki2) dan 3 orang lainnya perempuan
.
anak itu mengulurkan jempolnya kepada angkot yg akan ditumpanginya (yg kebetulan ana tumpangi juga) dan say good bye kpd teman2nya karena beda arah tujuan
.
percakapan dimulai:
sopir : "lah, pacar nya kok ga diajak de?"
pelajar: "lah itumah temen saya bang"
sopir: "haha ... cewenya kali"
pelajar: "gak bang, dia mah pacar temen saya"
sopir: "emang situ ga punya cewe?"
pelajar: "engga lah bang, masih kecil"
sopir: "lah emang kenapa klo masih kecil? gak apa apa kan?, anak saya juga gitu, asal baik2 aja pacarannya" dengan bangganya :v
-saya tertawa kecil- (untung ga keliatan, karena pke masker)
pelajar: "gak lah bang, ga boleh, dosa"
sopir: "lah , ga dong, kan main main aja"
pelajar: "ga lah bang, ntar diomelin saya" si anak laki2 tetap nolak
sopir: "yaa ntar kalo kamu pacaran, kmu kerumahnya, samperin, bilang aje ke mamahnya mau belajar"
-belajar dosa bang?-
pelajar: saking keselnya ditanya.in terus.. ia terdiam
sopir: "udah... ga apa apa de..... iya gak bu?" tanya si sopir kpd salah satu penumpang yg duduk disampingnya
-dan si ibu pun meng'IYA'kannya
pelajar: "saya masih kecil bang, pacaran itu dosa, ntar kalo udah gede juga ada jodohnya"
semua: terdiam
-saya .... tertawa dalam hati, sambil ngomong: huahahaahaha GOOD ANSWER !! MANTAP DEEEKK !!-
saya dukung kamu deee :v
.
.
.
masyaAllah
mudah2an adek ini tetep jomblo sampai pd waktunya...
.
ortu sekarang begitu... mengharapkan dan mendukung anaknya untuk berpacaran....
tak tahu zina itu berawal dr pacaran? naudzubillahimindzalik,
seyogyanya ortu itu mengajak anaknya kpd kebaikan, beribadah, dan memurnikan ketaatannya kepada Allah, bukan mengajak kpd kemaksiatan #plaaaakkk #tepokJidat
.
ga perlu takut ga dapet jodoh de, harusnya kamu bangga karena kamu terhindar dr maksiat....
"janganlah kamu mengikuti kebanyakan manusia dimuka bumi ini, sungguh mereka akan menyesatkan mu ke jalan yg buruk"
jangan mengikuti kebanyakan mereka yang sangat bangga punya pacar, padahal belom tentu jadi pasangan hidupnya... (itu semua tipu daya, bukan mengejar kebahagian di waktu muda, tapi mengejar neraka di waktu muda) naudzubillahimindzalik
.
bersabar aja.... insyaAllah.. Allah akan memberikan yg TERBAIK kpd kalian
Bismillah !!!
.
#maap dek, ambil poto diem2, abis sendalnya keren :vvv
Copas
- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنَّ مِنْ أَزْوَاجِكُمْ وَأَوْلادِكُمْ عَدُوّاً لَكُمْ فَاحْذَرُوهُمْ
“Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya di antara isteri-isterimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu, maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka…” (QS At Taghaabun: 14)
Makna “menjadi musuh bagimu” adalah melalaikan kamu dari melakukan amal shaleh dan bisa menjerumuskanmu ke dalam perbuatan maksiat kepada Allah Ta’ala. (Lihat Tafsir Ibnu Katsir, 4/482)
Kita dapati kebanyakan orang salah menempatkan arti cinta dan kasih sayang kepada istri dan anak-anak, dengan menuruti semua keinginan mereka meskipun dalam hal-hal yang bertentangan dengan syariat Islam, yang pada gilirannya justru akan mencelakakan dan merusak kebahagiaan hidup mereka sendiri.
Sewaktu menafsirkan ayat di atas, Syaikh ‘Abdurrahman As Sa’di berkata, “…Karena jiwa manusia memiliki fitrah untuk cinta kepada istri dan anak-anak, maka (dalam ayat ini) Allah Ta’ala memperingatkan hamba-hamba-Nya agar (jangan sampai) kecintaan ini menjadikan mereka menuruti semua keinginan istri dan anak-anak mereka dalam hal-hal yang dilarang dalam syariat. Allah memotivasi hamba-hamba-Nya untuk (selalu) melaksanakan perintah-perintah-Nya dan mendahulukan keridhaan-Nya…” (Taisiirul Kariimir Rahmaan, hal. 637)
Oleh karena itulah, seorang suami dan bapak yang benar-benar menginginkan kebaikan dalam keluarganya hendaknya menyadari kedudukannya sebagai pemimpin dalam rumah tangganya, sehingga dia tidak membiarkan terjadinya penyimpangan syariat dalam keluarganya, karena semua itu akan diminta pertanggungg jawabannya pada hari kiamat kelak. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“ألا كلكم راع وكلكم مسئول عن رعيته، … والرجل راع على أهل بيته وهو مسئول عنهم”
“Ketahuilah, kalian semua adalah pemimpin dan kalian semua akan dimintai pertanggungjawaban tentang apa yang dipimpinnya. Seorang suami adalah pemimpin (keluarganya) dan dia akan dimintai pertanggungjawaban tentang (perbuatan) mereka.” (HSR. Al-Bukhari no. 2278 dan Muslim no. 1829)
Ancaman keras bagi orang yang membiarkan perbuatan maksiat dalam keluarganya
Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Abdullah bin Umar radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“ثلاثة لا ينظر الله عز وجل إليهم يوم القيامة: العاق لوالديه, والمرأة المترجلة, والديوث…”
“Ada tiga golongan manusia yang tidak akan dilihat oleh Allah (dengan pandangan kasih sayang) pada hari kiamat nanti, yaitu: orang yang durhaka kepada kedua orang tuanya, perempuan yang menyerupai laki-laki, dan ad-dayyuts…” (HR. An-Nasa-i, no. 2562, Ahmad, 2/134 dan lain-lain. Dishahihkan oleh Adz-Dzahabi dalam Kitabul Kaba-ir, hal. 55 dan dihasankan oleh syaikh al-Albani dalam Silsilatul Ahaaditsish Shahihah, no. 284. Lihat Tafsir Ibnu Katsir, 1/498 mengenai makna hadits ini)
Makna ad-dayyuts adalah seorang suami atau bapak yang membiarkan terjadinya perbuatan buruk dalam keluarganya (Lihat Fathul Baari, 10/406. Makna ini disebutkan dalam riwayat lain dari hadits di atas dalam Musnad Imam Ahmad, 2/69. Akan tetapi sanadnya lemah karena adanya seorang perawi yang majhul/tidak dikenal. Lihat Silsilatul Ahaaditsish Shahihah, 2/284).
Lawannya adalah al-gayur, yaitu orang yang memiliki kecemburuan besar terhadap keluarganya sehingga dia tidak membiarkan mereka berbuat maksiat. (Lihat Tuhfatul Ahwadzi, 9/357)
Ancaman keras dalam hadits ini menunjukkan bahwa perbuatan ini termasuk dosa besar yang sangat dimurkai oleh Allah Ta’ala, karena termasuk ciri-ciri dosa besar adalah jika perbuatan tersebut diancam akan mendapatkan balasan di akhirat nanti, baik berupa siksaan, kemurkaan Allah ataupun ancaman keras lainnya. (Lihat Kitabul Kaba-ir, hal. 4)
Oleh karena itulah, Imam Adz-Dzahabi mencantumkan perbuatan ini dalam kitab beliau “Al-Kaba-ir” (hal. 55), dan beliau berkata setelah membawakan hadits di atas: “Dalam hadits ini (terdapat dalil yang menunjukkan) bahwa tiga perbuatan tersebut termasuk dosa-dosa besar.” (Dinukil oleh Al-Munawi dalam Faidhul Qadiir, 3/327. Ucapan ini tidak kami dapati dalam dua cetakan kitab Al-Kaba-ir yang ada pada kami)
Dampak negatif perbuatan ini
Ancaman keras terhadap perbuatan ini yang disebutkan dalam hadits di atas adalah sangat wajar jika kita mengamati dampak buruk yang ditimbulkan oleh perbuatan ini. Karena perbuatan ini di samping akan berakibat merusak agama seseorang, juga akan merusak agama dan akhlak anggota kelurganya. Adapun kerusakan bagi agama seseorang, karena perbuatan ini akan menghilangkan atau minimal melemahkan sifat ghirah (kecemburuan karena kebaikan dalam agama), yang merupakan pendorong kebaikan dalam diri seorang hamba.
Imam Ibnul Qayyim ketika menjelaskan dampak buruk perbuatan maksiat, di antaranya perbuatan ad-diyatsah/ad-dayytus (membiarkan perbuatan buruk dalam keluarga) yang timbul karena lemah atau hilangnya sifat ghirah dalam hati pelakunya, beliau berkata, “…Oleh karena itulah, ad-dayyuts adalah makhluk Allah yang paling buruk dan diharamkan baginya masuk surga, demikian juga orang yang membolehkan dan menganggap baik perbuatan zhalim dan melampaui batas bagi orang lain. Maka perhatikanlah akibat yang ditimbulkan karena lemahnya sifat ghirah (dalam diri seseorang). Ini semua menunjukkan bahwa asal (pokok) agama (seseorang) adalah sifat ghiroh. Barangsiapa yang tidak memiliki sifat ghirah maka berarti dia tidak memiliki agama (iman). Karena sifat inilah yang akan menghidupkan hati (manusia) yang kemudian menghidupkan (kebaikan pada) anggota badannya, sehingga anggota badannya akan menolak (semua) perbuatan buruk dan keji (dari diri orang tersebut). Sebaliknya, hilangnya sifat ghirah akan mematikan hati (manusia) yang kemudian akan mematikan (kebaikan pada) anggota badannya, sehingga sama sekali tidak ada penolak keburukan pada dirinya…” (Kitab Ad-Da-u wad Dawaa’, hal. 84)
Adapun keburukan terhadap agama istri dan anak-anaknya, dengan membiarkan atau menuruti keinginan mereka dalam hal-hal yang bertentangan dengan syariat, ini berarti menjerumuskan mereka ke dalam jurang kehancuran. anak-anak, jika tidak diarahkan kepada kebaikan dan dibiarkan larut dalam maksiat, maka tentu mereka akan terbiasa dan menganggap remeh maksiat tersebut sampai mereka dewasa.
Seorang penyair berkata:
Anak kecil itu akan tumbuh dewasa di atas apa yang terbiasa (didapatkannya) dari orang tuanya
Sesungguhnya di atas akarnyalah pohon itu akan tumbuh (Adabud Dunya wad Diin, hal. 334)
Senada dengan syair di atas ada pepatah arab yang mengatakan:
“Barangsiapa yang ketika muda terbiasa melakukan sesuatu maka ketika tuapun dia akan terus melakukannya.” (Dinukil dan dibenarkan oleh syaikh Muhammad bin Shaleh Al ‘Utsaimin dalam Majmu’atul as-Ilah Tahummul Usratal Muslimah, hal. 43)
Nasehat untuk para kepala keluarga
Seorang suami dan bapak yang benar-benar mencintai dan menyayangi istri dan anak-anaknya, hendaknya menyadari bahwa cinta dan kasih sayang sejati terhadap mereka tidak hanya diwujudkan dengan mencukupi kebutuhan duniawi dan fasilitas hidup mereka. Akan tetapi, yang lebih penting dari semua itu adalah pemenuhan kebutuhan rohani mereka terhadap pengajaran dan bimbingan agama yang bersumber dari petunjuk Al Qur’an dan Sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Inilah bukti cinta dan kasih sayang yang sebenarnya, karena diwujudkan dengan sesuatu yang bermanfaat dan kekal di dunia dan di akhirat nanti.
Karena pentingnya hal ini, Allah Ta’ala mengingatkan secara khusus kewajiban para kepala keluarga ini dalam firman-Nya,
{يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَاراً وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ}
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu.” (QS At Tahriim: 6)
‘Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu ketika menafsirkan ayat di atas berkata, “(Maknanya): Ajarkanlah kebaikan untuk dirimu dan keluargamu.” (Diriwayatkan oleh al-Hakim dalam Al-Mustadrak, 2/535. Dishahihkan oleh Al Hakim sendiri dan disepakati oleh Adz-Dzahabi)
Syaikh Abdurrahman As-Sa’di berkata, “Memelihara diri (dari api neraka) adalah dengan mewajibkan bagi diri sendiri untuk melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya, serta bertobat dari semua perbuatan yang menyebabkan kemurkaan dan siksa-Nya. Adapun memelihara istri dan anak-anak (dari api neraka) adalah dengan mendidik dan mengajarkan kepada mereka (syariat Islam), serta memaksa mereka untuk (melaksanakan) perintah Allah. Maka seorang hamba tidak akan selamat (dari siksaan neraka) kecuali jika dia (benar-benar) melaksanakan perintah Allah (dalam ayat ini) pada dirinya sendiri dan pada orang-orang yang berada di bawah kekuasaan dan tanggung jawabnya.” (Taisiirul Kariimir Rahmaan, hal. 640)
Kemudian, hendaknya seorang kepala keluarga menyadari bahwa dengan melaksanakan perintah Allah Ta’ala ini, berarti dia telah mengusahakan kebaikan besar dalam rumah tangganya, yang dengan ini akan banyak masalah dalam keluarganya yang teratasi, baik masalah di antara dia dengan istrinya, dengan anak-anaknya atau pun di antara sesama keluarganya. Bukankah penyebab terjadinya bencana secara umum, termasuk bencana dalam rumah tangga, adalah perbuatan maksiat manusia[?] Allah Ta’ala berfirman,
{وَمَا أَصَابَكُمْ مِنْ مُصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ وَيَعْفُو عَنْ كَثِيرٍ}
“Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan (dosa)mu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu)” (QS Asy Syuura: 30)
Akhirnya, kami menutup tulisan ini dengan berdoa kepada Allah agar Dia senantiasa melimpahkan taufik-Nya kepada kita semua dalam menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya pada diri kita sendiri maupun keluarga kita.
Ya Rabb kami, anugerahkanlah kepada kami isteri-isteri dan keturunan kami sebagai penyejuk (pandangan) mata (kami), dan jadikanlah kami pemimpin bagi orang-orang yang bertakwa
وصلى الله وسلم وبارك على نبينا محمد وآله وصحبه أجمعين، وآخر دعوانا أن الحمد لله رب العالمين
Kota Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, 3 Rabi’ul awal 1430 H
***
Penulis:  Ustadz Abdullah bin Taslim Al-Buthoni, Lc.

Hukum Memilih Pemimpin Muslim

Februari 08, 2017 Add Comment
Jamuan (Al-Mā'idah):51 - Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin(mu); sebahagian mereka adalah pemimpin bagi sebahagian yang lain. Barangsiapa diantara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim.

Ramainya persoalan penistaan agama yang dilakukan oleh Ahok banyak orang yang tersadar dan tahu bahwa ada ayat yang secara jelas dan gamblang melarang orang yang beriman untuk menjadikan orang Nasrani dan Yahudi untuk menjadi pemimpin orang Islam.
Agama adalah salah satu hak asasi manusia yang paling dasar karena menyangkut masalah keyakinan. Sebagaimana orang muslim meyakini kebenaran Al-Qur'an yang melarang orang yang beriman untuk memilih pemimpin non muslim.
Dalam surat Al-Maidah ayat 51 secara jelas ayat tersebut ditujukan kepada orang yang beriman (Muslim) untuk memilih pemimpin muslim. Jadi bagi orang yang tidak beriman (non muslim) ayat tersebut bukan ditujukan kepada anda.
Terus bagaimana dengan orang Islam yang tidak meyakini ayat ini dengan tetap memilih pemimpin non muslim.
Perlu ditegaskan kembali ayat di atas ditujukan untuk orang yang beriman, jadi jika ada orang yang mengaku Islam tetapi tidak mempercayai kebenaran Al-Qur'an maka perlu dipertanyakan kembali apakah dia masih beriman apa tidak.
Hidup tenang dan nyaman adalah dambaan setiap orang. Meskipun bisa jadi semuanya penuh dengan kesederhanaan. Apalah artinya ketika orang memiliki banyak harta, namun hatinya tidak pernah tenang, selalu ketakutan, kebingungan, bahkan sering gregetan. Dia punya harta tapi tidak bisa menikmati hidupnya.
Karena itulah, negara yang aman, meskipun fasilitasnya terbatas, lebih menyanangkan dibandingkan negara penuh konflik meskipun ada banyak fasilitas kelihatan di depan mata.
Kita bisa simak penuturan sahabat Amr bin Ash radhiyallahu ‘anhu ketika menasehati putranya,
يا بني احفظ عني ما أوصيك به: إمام عدل خير من مطر وبل…
Wahai anakku, jaga baik-baik pesanku kepadamu, pemimpin yang adil lebih baik dari pada hujan dan gerimis… (al-Adab as-Syar’iyah, Ibnu Muflih, 1/176).
Hujan dan gerimis sangat dibutuhkan banyak orang. Terutama orang iklim gurun. Meskipun demikian, memiliki negara yang aman, dipimpin oleh pemimpin yang adil, lebih baik dari pada hujan. Karena ketenangan lebih dibutuhkan dari pada fasilitas.
Apa yang bisa anda bayangkan ketika anda menjadi orang yang sangat kaya raya, namun anda tinggal di suriah? Apa yang anda bayangkan ketika anda memiliki puluhan rumah, ratusan mobil, namun anda selalu was-was karena negara anda sangat rentan dengan chaos? Apalah artinya orang punya banyak fasilitas, infrastruktur lengkap, tapi negaranya selalu konflik.
Prestasi seorang pemimpin tidak hanya dilihat dari seberapa jauh dia menggalakkan pembangunan infrastruktur. Karena memang ini kewajiban mereka untuk mengalokasikan dana rakyat. Siapapun gubernur berkewajiban melakukannya. Namun yang kita pikirkan adalah apa artinya punya infrastruktur, tapi rakyat selalu tidak tenang, karena dibuat gregetan oleh arogansi gubernurnya…
Semua rakyat mendampakan ketenangan… kenyamanan… sehingga mereka bisa beraktivitas dengan senang. Anda punya harta, punya banyak fasilitas, tidak akan ada artinya ketika anda selalu merasa sakit hati dengan tingkah laku pemimpin anda.
Jadikan pengalaman sebagai pelajaran… Dulu dia bisa arogan, karena merasa punya kekuasaan… saat ini dia berusaha memelas, karena dia butuh belas kasihan rakyatnya. Dia butuh dukungan dari masyarakat.
Di Indonesia, siapapun pemimpinnya pasti akan selalu ada pembangunan… tapi tidak semua pemimpin bisa membuat negaranya menjadi semakin aman dan nyaman…
Semoga sejarah kelam tidak terulang kembali.

Apa Rahasia Bersin dan Menguap

Januari 18, 2017 Add Comment
Islam adalah agama yang telah menjelaskan adab berbagai hal sampai-sampai dalam hal yang kecil dan sederhana, semisal dalam hal bersin dan menguap. Ada adab yang Islam ajarkan dalam dua aktivitas tersebut. Adab yang Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam ajarkan ini telah dibuktikan ampuhnya oleh para dokter. Sungguh ini adalah mukjizat yang luar biasa.
Mengenai menguap terdapat hadits dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda,
إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْعُطَاسَ وَيَكْرَهُ التَّثَاؤُبَ فَإِذَا عَطَسَ فَحَمِدَ اللَّهَ فَحَقٌّ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ سَمِعَهُ أَنْ يُشَمِّتَهُ وَأَمَّا التَّثَاؤُبُ فَإِنَّمَا هُوَ مِنْ الشَّيْطَانِ فَلْيَرُدَّهُ مَا اسْتَطَاعَ فَإِذَا قَالَ هَا ضَحِكَ مِنْهُ الشَّيْطَانُ
“Sesungguhnya Allah menyukai bersin dan membenci menguap. Karenanya apabila salah seorang dari kalian bersin lalu dia memuji Allah, maka kewajiban atas setiap muslim yang mendengarnya untuk mentasymitnya (mengucapkan yarhamukallah). Adapun menguap, maka dia tidaklah datang kecuali dari setan. Karenanya hendaklah menahan menguap semampunya. Jika dia sampai mengucapkan ‘haaah’, maka setan akan menertawainya.” (HR. Bukhari no. 6223 dan Muslim no. 2994)
Dari Abu Sa’id Al-Khudri radhiallahu anhu, dia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِذَا تَثَاوَبَ أَحَدُكُمْ فَلْيُمْسِكْ بِيَدِهِ عَلَى فِيهِ فَإِنَّ الشَّيْطَانَ يَدْخُلُ
“Bila salah seorang dari kalian menguap maka hendaklah dia menahan mulutnya dengan tangannya karena sesungguhnya setan akan masuk.” (HR. Muslim no. 2995)
Imam Ibnu Hajar berkata, “Imam Al-Khathabi mengatakan bahwa makna cinta dan benci pada hadits di atas dikembalikan kepada sebab yang termaktub dalam hadits itu. Yaitu bahwa bersin terjadi karena badan yang kering dan pori-pori kulit terbuka, dan tidak tercapainya rasa kenyang. Ini berbeda dengan orang yang menguap. Menguap terjadi karena badan yang kekenyangan, dan badan terasa berat untuk beraktivitas, hal ini karena banyaknya makan . Bersin bisa menggerakkan orang untuk bisa beribadah, sedangkan menguap menjadikan orang itu malas (Fathul Baari, 10/607)
Adapun mengenai bersin, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjelaskan bagaimana seseorang yang mendengar orang yang bersin dan memuji Allah agar membalas pujian tersebut. Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,  beliau bersabda,
إِذَا عَطَسَ أَحَدُكُمْ فَلْيَقُلْ الْحَمْدُ لِلَّهِ وَلْيَقُلْ لَهُ أَخُوهُ أَوْ صَاحِبُهُ يَرْحَمُكَ اللَّهُ فَإِذَا قَالَ لَهُ يَرْحَمُكَ اللَّهُ فَلْيَقُلْ يَهْدِيكُمُ اللَّهُ وَيُصْلِحُ بَالَكُمْ
“Ababila salah seorang dari kalian bersin, hendaknya dia mengucapkan, “alhamdulillah” sedangkan saudaranya atau temannya hendaklah mengucapkan, “yarhamukallah (Semoga Allah merahmatimu). Jika saudaranya berkata ‘yarhamukallah’ maka hendaknya dia berkata, “yahdikumullah wa yushlih baalakum (Semoga Allah memberimu petunjuk dan memperbaiki hatimu).” (HR. Bukhari no. 6224 dan Muslim no. 5033)
Dari Abu Musa Al-Asy’ari radhiallahu anhu, beliau berkata bahwa beliau mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِذَا عَطَسَ أَحَدُكُمْ فَحَمِدَ اللَّهَ فَشَمِّتُوهُ فَإِنْ لَمْ يَحْمَدْ اللَّهَ فَلَا تُشَمِّتُوهُ
“Bila salah seorang dari kalian bersin lalu memuji Allah maka tasymitlah dia. Tapi bila dia tidak memuji Allah, maka jangan kamu tasymit dia.” (HR. Muslim no. 2992). Tasymit adalah mengucapkan ‘yarhamukallah’.
Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, dia berkata:
أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ إِذَا عَطَسَ غَطَّى وَجْهَهُ بِيَدِهِ أَوْ بِثَوْبِهِ وَغَضَّ بِهَا صَوْتَهُ
“Apabila Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersin, beliau menutup wajahnya dengan tangan atau kainnya sambil merendahkan suaranya.” (HR. Abu Daud no. 5029, At-Tirmizi no. 2745, dan dinyatakan shahih oleh Al-Albani dalam Shahih Al-Jami’ no. 4755)
Para dokter di zaman sekarang mengatakan, “Menguap adalah gejala yang menunjukkan bahwa otak dan tubuh orang tersebut membutuhkan oksigen dan nutrisi; dan karena organ pernafasan kurang dalam menyuplai oksigen kepada otak dan tubuh. Dan hal ini terjadi ketika kita sedang kantuk atau pusing, lesu, dan orang yang sedang menghadapi kematian. Dan menguap adalah aktivitas menghirup udara dalam-dalam melalui mulut dan bukan mulut dengan cara biasa menarik nafas dalam-dalam. Karena mulut bukanlah organ yang disiapkan untuk menyaring udara seperti hidung. Apabila mulut tetap dalam keadaan terbuka ketika menguap, maka masuk juga berbagai jenis mikroba dan debu, atau kutu bersamaan dengan masuknya udara ke dalam tubuh. Oleh karena itu, datang petunjuk nabawi yang mulia agar kita melawan “menguap” ini sekuat kemampuan kita, atau pun menutup mulut saat menguap dengan tangan kanan atau pun dengan punggung tangan kiri.
Bersin adalah lawan dari menguap yaitu keluarnya udara dengan keras, kuat disertai hentakan melalui dua lubang: hidung dan mulut. Maka akan terkuras dari badan bersamaan dengan bersin ini sejumlah hal seperti debu, haba’ (sesuatu yang sangat kecil, di udara, yang hanya terlihat ketika ada sinar matahari), atau kutu, atau mikroba yang terkadang masuk ke dalam organ pernafasan. Oleh karena itu, secara tabiat, bersin datang dari Yang Maha Rahman (Pengasih), sebab padanya terdapat manfaat yang besar bagi tubuh. Dan menguap datang dari syaithan sebab ia mendatangkan bahaya bagi tubuh. Dan atas setiap orang hendaklah memuji Allah Yang Maha Suci Lagi Maha Tinggi ketika dia bersin, dan agar meminta perlindungan kepada Allah dari syaitan yang terkutuk ketika sedang menguap (Lihat Al-Haqa’iq Al-Thabiyah fii Al-Islam: hal 155, dinukil dari web www.alsofwah.or.id)
Subhanallah … Sungguh luar biasa mukjizat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang memerintahkan kita berbagai adab ketika bersin dan menguap. Amalkanlah adab bersin dan menguap seperti yang diperintahkan dalam berbagai hadits di atas sehingga kita pun bisa raih barokahnya.
Wallahu waliyyut taufiq.

Ciri-ciri Suami Mudah Rezeki

Januari 10, 2017 Add Comment
Kewajiban mencari rezeki ada di pundak suami. Suamilah yang harus memenuhi nafkah istri, anak-anak dan keluarganya sesuai dengan kemampuannya. Suami adalah pemimpin dalam keluarga, teladan istri dan anak-anaknya. Suami yang baik akan mendidik istrinya menjadi wanita salehah dan mendidik anak-anaknya menjadi anak yang saleh. Lalu bagaimana ciri-ciri suami yang mudah rezeki itu?
Ciri-ciri suami yang mudah rezeki
Suami yang taat pada Allah dan RasulNya. Taat jika didefenisikan adalah mau menerima, mau mengikuti dan mau melaksanakan. Suami yang taat akan menjalankan agama dengan sebenar-benarnya, melakukan apa yang diperintahkan Allah dan menjauhi laranganNya. Suami seperti ini akan terhindar dari murka Allah SWT dan tidak lupa mensyukuri nikmat dan rezeki yang diterimanya, sehingga nikmat/rezeki itu selalu bertambah dan berkembang sehingga tercapai kehidupan yang bahagia di dunia dan di akhirat. Firman Allah SWT, " Dan barangsiapa yang taat kepada Allah dan rasulNya dan takut kepada Allah dan bertakwa kepadaNya, maka mereka adala orang-orang yang mendapat kemenangan (Q.S. An Nuur : 52)
Menjalankan kewajibannya dan giat mencari nafkah bagi keluarganya. Suami yang mencari nafkah menyadari tanggung jawabnya untuk memenuhi kebutuhan istri dan anak-anaknya. Suami yang mencari rezeki yang baik dan halal akan dimudahkan dan ditambah jumlahnya oleh Allah karena melalui tangannya rezeki istri dna anak-anaknya dititipkan. " Dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada istrinya dengan cara yang ma'ruf. (Q.S. Al Baqarah : 233). Cara yang ma'ruf itu bagaimana? Yaitu yang sewajarnya, tidak berlebih-lebihan dan juga tidak pelit, disesuaikan dengan kemampuannya.
Mempergauli isterinya dengan baik. Rasulullah SAW bersabda " Orang Mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya. Dan sebaik-baik kalian adalah yang paling baik terhadap isterinya." (H.R.Tirmidzi). Di hadits lain juga disebutkan, "Bertakwalah kepada Allah dalam memperlakukan para wanita, karena kalian telah mengambil mereka (sebagai isteri) dengan perjanjian Allah dan menghalalkan hubungan suami isteri dengan kalimat Allah (H.R, Muslim dari Jabir). Mempergauli isteri dengan baik artinya tidak menyakiti, tidak kasar dan zalim pada isterinya, tidak menangguhkan hak isteri padahal mampu serta menampakkan wajah manis dan ceria di depan isteri. "Dan bergaullah dengan mereka secara baik." (Q.S. An Nisa : 19). Mengenai surah ini Ibnu Katsir rahimahumullah berkata, " Berkatalah yang baik kepada isteri kalian, perbaguslah amalan dan tingkah laku kalian kepada isteri. Berbuat baiklah sebagaimana kalian suka jika isteri kalian bertingkah laku demikian. Suami yang mempergauli isterinya dengan baik akan berpengaruh pada kebahagiaan isterinya, Isteri yang bahagia itu menarik hal-hal yang postif dalam rumah tangga, termasuk rezeki.
Setia pada isterinya. Jika syahadat adalah janji setia pada Allah, Tuhan semesta alam, maka pernikahan adalah janji setia seorang suami bukan hanya kepada isterinya, belahan jiwa dan penyempurna dirinya tapi juga pada Allah."Bertakwalah kepada Allah pada (penunaian hak-hak) para wanita karena kalian sesungguhnya telah mengambil mereka dengan amanah Allah SWT . Dan kalian menghalalkan kemaluan mereka dengan kalimat Allah. Kewajiban isteri bagi kalian adalah tidak boleh permadani kalian ditempati oleh seorang pun yang kalian tidak sukai. Jika mereka melakukan yang demikian, pukullah dengan pukulan yang tidak menyakiti. Kewajiban kalian pada isteri kalian adalah memberi mereka nafkah dan pakaian dengan cara yang ma'ruf (H.R. Muslim). Suami yang setia akan mendapatkan balasan kesetiaan dan ketaatan dari isterinya pula, menghasilkan rumah tangga yang sakinah dan berezeki baik. Bukankah ketenangan adalah rezeki yang paling utama dari Allah? Suami isteri yang saling menjaga kesetiaan akan memberikan ketenangan di hati masing-masing. Suami tenang mencari rezeki di luar rumah dan isteri dengan tenang menunggu suaminya pulang dan ikhlas dengan pemberian suaminya.
Memiliki rasa cemburu yang wajar terhadap isterinya. Suami harus memiliki rasa cemburu pada isteri tapi rasa cemburunya harus yang wajar dan terpuji. Cemburu yang terpuji adalah cemburu yang tidak melampaui batas, sedangkan cemburu yang tercela adalah yang melampaui batas dan mendorong pelakunya untuk memfitnah /menuduh isterinya melakukan perbuatan tercela. Suami yang memiliki rasa cemburu yang besar dan tidak mempercayai isterinya tidak bisa mencari rezeki dengan tenang, tidak bisa fokus beribadah karena pikirannya selalu tertuju pada isterinya. Akhirnya bisa terjerumus dalam dosa karena dibakar cemburu. "Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, seseungguhnya sebagian dari prasangka itu adalah dosa." (Q.S. Al Hujurat : 12). Dosa adalah penghalang rezeki yang paling utama.
Mampu memberikan pengertian dan bimbingan agama kepada isterinya dan menyuruhnya untuk selalu taat pada Allah dan Rasulnya. Kewajiban suami selain memberi nafkah pada juga wajib mendidik isterinya agar senantiasa taat pada Allah. "Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu, penjaganya adalah malaikat-malaikat yang kasar yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkanNya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan. (Q.S. At Tahrim : 6). Suami yang mendidik isterinya dengan baik akan menjadikan isteri salehah. Isteri yang salehah akan mendidik anak-anak yang salehah juga. Bersama-sama mereka yang selalu mendoakan kelancaran usaha, peruntungan dan rezeki suami dan orangtuanya.
Tidak membuka aib (kejelekan) isterinya pada siapapun. Ini adalah bagian cara suami menjaga kehormatan dirinya lewat menjaga kehormatan isterinya. Dari Abdurrahman bin Said ia berkata aku mendengar Abu Said Al Khudri berkata, aku mendengar Rasulullah bersabda, "Sesungguhnya orang yang paling buruk kedudukannya di sisi Allah SWT pada hari kiamat adalah suami yang menunaikan hajatnya kepada isterinya dan isteri yang menunaikan hajatnya pada suaminya, kemudian suami tersebut menceritakan rahasia isterinya". (H.R. Muslim). Suami wajib menjaga isterinya dengan baik, termasuk dari segala sesuatu yang menodai kehormatannya, menjaga harga dirinya dan menjunjung tinggi kehormatan keluarganya. Suami adalah pakaian bagi isterinya demikian pula sebaliknya, harusnya saling menutup aib masing-masing. Sebagaimana firman Allah SWT, "Mereka adalah pakaian bagimu dan kamu adalah pakaian bagi mereka." ( Baqarah : 187).  Bagaimana Allah mau melimpahkan rezeki jika seorang suami buruk kedudukannya di sisiNya?
Membuat isterinya merasa tenang hidup bersamanya. Suami bisa memaklumi dan mengerti kondisi istrinya dengan baik serta menerima kekurangan dan keterbatasan isterinya, sehingga isterinya merasa tenang hidup bersamanya. Wanita adalah mahluk emosional, bertindak secara emosional. Jadi seorang suami yang baik harus mengerti sisi emosional isterinya dengan baik. Dari Abu Hurairah, Rasulullah SAW bersabda, "Seorang mukmin tidak boleh membenci seorang mukminah. Jika ada satu perangai yang tidak disukainya, maka ada perangai lain yang disukainya "(H.R. Muslim). Isteri yang tenang jiwanya dan didukung oleh cinta dan kasih sayang suaminya akan menjadi harta dan rezeki yang paling berharga buat suaminya.
Mendidik isteri yang melakukan kesalahan dan tidak taat dengan cara yang ma'ruf. Perlakukan isteri yang melakukan kesalahan dan tidak taat pada Allah dan RasulNya serta perintah suaminya yang tidak bertentangan dengan agama. dengan cara yang baik. Cara yang tidak melukai dan menyakiti fisiknya. Pukulan yang ditujukan bukan untuk menyakiti tapi untuk mendidik. Dari Jabir bin Abdillah Rasulullah SAW bersabda, .......Takutlah kamu sekalian pada Allah SWT dalam hal kaum perempuan, karena mereka adalah amanat Allah SWT yang kamu sekalian ambil, kamu sekalian mendapatkan kehalalan farji mereka dengan kalimat Allah. Kamu sekalian harus menjaga mereka untuk kehormatan kamu sekalian dari seseorang yang kamu sekalian  tidak sukai. Jika mereka melakukan hal itu, maka pukullah mereka dengan pukulan yang tidak melukai. Menyakiti hati isteri bukan hanya fisik tapi juga jiwanya akan membuatnya menderita dan tidak bahagia. Isteri yang teraniaya itu doanya dikabulkan Allah. Bukan tidak mungkin ia mendoakan suaminya susah rezeki bukan?
Itulah 9 ciri-ciri suami yang mudah rezekinya.
Saya tutup tulisan ini dengan firman Allah " Apa saja yang Allah anugerahkan kepada manusia berupa rahmat, maka tidak ada satupun yang dapat menahannya, dan apa saja yang dapat ditahan oleh Allah maka tidak seorang pun yang sanggup melepaskannya sesudah itu. Dan Dialah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana." (Q.S.Fathir :2).
Suami yang memiliki ciri-ciri di atas yang akan membentuk keluarga yang sakinah (mendapat ketenangan), mawaddah (penuh cinta dan kasih sayang), wa rahmah (penuh dengan belas kasih). Tambahan rezeki yang diperoleh oleh keluarga sakinah mawaddah wa rahmah adalah bonus dari Allah SWT. Bahkan rumah tangga yang bahagia itupun sudah rezeki yang luar biasa dari Allah yang tidak semua keluarga mendapatkannya. Wallahu alam.

Orang yang Bermaksiat Kala Sepi

Desember 10, 2016 Add Comment


Ada seseorang yang ketika di hadapan orang banyak terlihat alim dan shalih. Namun kala sendirian, saat sepi, ia menjadi orang yang menerjang larangan Allah.

Inilah yang dapat dilihat dari para penggiat dunia maya. Ketika di keramaian atau dari komentar ia di dunia maya, ia bisa berlaku sebagai seorang alim dan shalih. Namun bukan berarti ketika dalam kesepian, ia seperti itu pula. Ketika sendirian browsing internet, ia sering bermaksiat. Pandangan dan pendengarannya tidak bisa ia jaga.

Keadaan semacam itu telah disinggung oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam jauh-jauh hari. Dalam hadits dalam salah satu kitab sunan disebutkan,

عَنْ ثَوْبَانَ عَنِ النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- أَنَّهُ قَالَ : « لأَعْلَمَنَّ أَقْوَامًا مِنْ أُمَّتِى يَأْتُونَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِحَسَنَاتٍ أَمْثَالِ جِبَالِ تِهَامَةَ بِيضًا فَيَجْعَلُهَا اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ هَبَاءً مَنْثُورًا ». قَالَ ثَوْبَانُ : يَا رَسُولَ اللَّهِ صِفْهُمْ لَنَا جَلِّهِمْ لَنَا أَنْ لاَ نَكُونَ مِنْهُمْ وَنَحْنُ لاَ نَعْلَمُ. قَالَ : « أَمَا إِنَّهُمْ إِخْوَانُكُمْ وَمِنْ جِلْدَتِكُمْ وَيَأْخُذُونَ مِنَ اللَّيْلِ كَمَا تَأْخُذُونَ وَلَكِنَّهُمْ أَقْوَامٌ إِذَا خَلَوْا بِمَحَارِمِ اللَّهِ انْتَهَكُوهَا »

Dari Tsauban, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, ia berkata, “Sungguh aku mengetahui suatu kaum dari umatku datang pada hari kiamat dengan banyak kebaikan semisal Gunung Tihamah. Namun Allah menjadikan kebaikan tersebut menjadi debu yang bertebaran.” Tsauban berkata, “Wahai Rasulullah, coba sebutkan sifat-sifat mereka pada kami supaya kami tidak menjadi seperti mereka sedangkan kami tidak mengetahuinya.”

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Adapun mereka adalah saudara kalian. Kulit mereka sama dengan kulit kalian. Mereka menghidupkan malam (dengan ibadah) seperti kalian. Akan tetapi mereka adalah kaum yang jika bersepian mereka merobek tirai untuk bisa bermaksiat pada Allah.” (HR. Ibnu Majah no. 4245. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa sanad hadits ini hasan). Ibnu Majah membawakan hadits di atas dalam Bab “Mengingat Dosa”.

Hadits di atas semakna dengan ayat,

يَسْتَخْفُونَ مِنَ النَّاسِ وَلَا يَسْتَخْفُونَ مِنَ اللَّهِ وَهُوَ مَعَهُمْ إِذْ يُبَيِّتُونَ مَا لَا يَرْضَى مِنَ الْقَوْلِ وَكَانَ اللَّهُ بِمَا يَعْمَلُونَ مُحِيطًا

“Mereka bersembunyi dari manusia, tetapi mereka tidak bersembunyi dari Allah, padahal Allah beserta mereka, ketika pada suatu malam mereka menetapkan keputusan rahasia yang Allah tidak ridhai. Dan adalah Allah Maha Meliputi (ilmu-Nya) terhadap apa yang mereka kerjakan.” (QS. An-Nisa’: 108). Walaupun dalam ayat tidak disebutkan tentang hancurnya amalan.

Ada beberapa makna dari hadits Tsauban yang kami sebutkan di atas:
Pertama:

Hadits tersebut menunjukkan keadaan orang munafik, walaupun kemunafikan yang ia perbuat adalah kemunafikan dari sisi amal, bukan i’tiqad (keyakinan). Sedangkan hadits Abu Hurairah berikut dimaksudkan pada kaum muslimin.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, beliau mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

كُلُّ أُمَّتِى مُعَافًى إِلاَّ الْمُجَاهِرِينَ ، وَإِنَّ مِنَ الْمَجَانَةِ أَنْ يَعْمَلَ الرَّجُلُ بِاللَّيْلِ عَمَلاً ، ثُمَّ يُصْبِحَ وَقَدْ سَتَرَهُ اللَّهُ ، فَيَقُولَ يَا فُلاَنُ عَمِلْتُ الْبَارِحَةَ كَذَا وَكَذَا ، وَقَدْ بَاتَ يَسْتُرُهُ رَبُّهُ وَيُصْبِحُ يَكْشِفُ سِتْرَ اللَّهِ عَنْهُ

“Setiap umatku dimaafkan kecuali orang yang terang-terangan dalam bermaksiat. Yaitu seseorang yang telah berbuat dosa di malam hari lantas di pagi harinya ia berkata bahwa ia telah berbuat dosa ini dan itu padahal Allah telah menutupi dosanya. Pada malam harinya, Allah telah menutupi aibnya, namun di pagi harinya ia membuka sendiri aib yang telah Allah tutupi.” (HR. Bukhari no. 6069 dan Muslim no. 2990)

Ibnu Hajar Al-Haitami mengatakan dalam Az-Zawajir ‘an Iqtiraf Al-Kabair (2: 764) mengenai dosa besar no. 356, “Termasuk dosa besar adalah dosa yang dilakukan oleh orang yang menampakkan keshalihan, lantas ia menerjang larangan Allah. Walau dosa yang diterjang adalah dosa kecil dan dilakukan di kesepian. Ada hadits dari Ibnu Majah dengan sanad berisi perawi tsiqah (kredibel) dari Tsauban radhiyallahu ‘anhu, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda, “Sungguh aku mengetahui suatu kaum dari umatku datang pada hari kiamat dengan banyak kebaikan …” Karena kebiasaan orang shalih adalah menampakkan lahiriyah. Kalau maksiat dilakukan oleh orang shalih walaupun sembunyi-sembunyi, tentu mudharatnya besar dan akan mengelabui kaum muslimin. Maksiat yang orang shalih terjang tersebut adalah tanda hilangnya ketakwaan dan rasa takutnya pada Allah.”
Kedua:

Yang dimaksud dalam hadits Tsauban dengan bersendirian dalam maksiat pada Allah tidak berarti maksiat tersebut dilakukan di rumah seorang diri, tanpa ada yang melihat. Bahkan boleh jadi maksiat tersebut dilakukan dengan jama’ahnya atau orang yang setipe dengannya.

Syaikh Al-Albani menyatakan bahwa yang dimaksud dalam hadits bukanlah melakukan maksiat sembunyi-sembunyi. Namun ketika ada kesempatan baginya untuk bermaksiat, ia menerjangnya. (Silsilah Al-Huda wa An-Nuur no. 226)
Ketiga:

Makna hadits Tsauban adalah bagi orang yang menghalalkan dosa atau menganggap remeh dosa tersebut.

Syaikh Muhammad Al-Mukhtar Asy-Syinqithi berkata, ada orang yang melakukan maksiat sembunyi-sembunyi namun penuh penyesalan. Orang tersebut bukanlah orang yang merobek tabir untuk menerjang yang haram. Karena asalnya orang semacam itu mengagungkan syari’at Allah. Namun ia terkalahkan dengan syahwatnya. Adapun yang bermaksiat lainnya, ia melakukan maksiat dalam keadaan berani (menganggap remeh dosa, pen.). Itulah yang membuat amalannya terhapus. (Syarh Zaad Al-Mustaqni’, no pelajaran 332)

Semoga kita dapat menjauhi dosa dan maksiat di kala sepi dan kala terang-terangan. Jadikan, nasihat ini terutama untuk setiap diri kita pribadi.

Sumber : https://rumaysho.com/11477-orang-yang-bermaksiat-kala-sepi.html

Konsep Masyarakat Madani dalam Islam

Desember 09, 2016 Add Comment
Masyarakat Madani atau masyarakat beradab adalah suatu kelompok individu dalam satu wilayah tertentu yang mendapatkan keadilan dan keseimbangan dalam hal kesejahteraan kehidupan sesuai dengan fitrah manusia sebagai hamba Allah SWT yang mempunyai kewajiban dan amanah dari Allah SWT untuk menegakan keadilan dengan hukum yang berlaku di negara nya. Selain itu adanya perbedaan suku, ras, keturunan, etnis dan lain-lain, tidak menjadikan perbedaan menjadi masalah dalam kehidupan bermasyarakat.
Masyarakat madani pada hakikatnya adalah reformasi terhadap segala praktik yang merendahkan nilai-nilai manusia. Masyarakat madani yang dideklarasikan oleh nabi Muhammad adalah merupakan reformasi terhadap masyarakat Jahilliyah. Seperti yang diketahui bahwa masyarakat jahilliyah adalah masyarakat yang mempraktikkan ketidakadilan dan pengingkaran terhadap harkat dan martabat kemanusiaan. Praktik penindasan dilakukan secara sistematis terhadap orang miskin dan merupakan suatu hal yang biasa dilakukan.
Merujuk pada prinsip-prinsip masyarakat Madani atau masyarakat beradab dan sejahtera yang dibangun oleh Rasulullah Muhammad SAW, maka perlu adanya unsur-unsur sikap Keadilan, Supremasi hukum, Persaamaan(Egalitarianisme), Pluralisme(Kemajemukan), dan Pengawasan sosial. 
Berikut adalah beberapa riwayat yang mendukung prinsip-prinsip masyarakat madani yang terkandung dalam AL-Qur’an dan Al- hadist,

1.Keadilan
Dalam islam sudah diterangkan dalam al-Qur’an dan Al- hadistnya tentang aspek kehidupan dalam bermasyarakat,seperti pada QS.AL-Takaatsur ayat 1-8 dan QS.AL-Humazah ayat 1-9 yang menjelaskan tentang para pengumpat dan pencela yg mengumpulkan harta benda dan menghitung hitungnya ,ia mengira bahwa hartanya akan mengekalkannya.
2.Supremasi Hukum
QS.An-nisaa ayat 58 dan QS.AL-Maai’dah ayat 8 yang menerangkan tentang hukum Islam,pentingnya berlaku adil terhadap siapapun tanpa pandang bulu, bahkan terhadap orang yang membenci kita sekalipun, kita harus berlaku adil, karena sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa-apa yang kita kerjakan.

3.Egalitarianisme(persamaan)
Al-Qur’an dan Al- hadistnya QS.AL-Hujuraat ayat 13 yang menerangkan bahwa sesungguhnya manusia diciptakan dari jenisnya laki-laki dan perempuan,bersuku-suku,berbangsa-bangsa agar kalian saling mengenal satu sama lain.
Tentunya perbedaan itu harusnya menjadi warna tersendiri ,sehingga bisa terjadi suatu Egalitarianisme bukan sebaliknya.
4.Pluralisme(kemajemukan)
Kesadaran Pluralisme itu harusnya diwujudkan untuk bersikap toleran dan saling menghormati diantara sesama anggota yang berbeda baik berbeda dalam hal etnis,suku bangsa,maupun agama.Sikap toleran dan saling menghormati itu dinyatakan seperti dalam AL Qur’an,antara lain QS.Yunus ayat 99,QS.AL-An’aam ayat108.
5.Pengawasan sosial
Keterbukaan itu sebagai konsekuensi logis dari pandangan positif dan optimis terhadap manusia,bahwa manusia pada dasarnya adalah baik,oleh karena manusia secara fitrah baik dan suci,maka kejahatan yang dilakukan bukan karena sifat dalam dirinya,akan tetapi lebih disebabkan oleh faktor-faktor luar yang mempengaruhinya.Seperti kandungan pada QS.AL-A’raaf ayat 172,QS.Ar-ruum ayat 30,QS.Al’ashr ayat 1-3

Iman, Ilmu, Seni, dan Amal

Desember 09, 2016 Add Comment

Keimanan merupakan hal yang paling esensial bagi seorang mukmin, karena itu tanpa iman seseorang tidak dapat dikatakan mukmin. Keimanan dalam Islam terdistribusi dalam enam hal yang lazim disebut dengan rukun iman (arkan al-iman) yaitu iman pada Allah, malaikat, kitab, rasul, hari akhir (hari kiamat), dan qadar baik/buruk. Sebagian ulama mengatakan bahwa keenam hal ini cukup diyakini dalam hati. Sementara yang lain berpendapat bahwa iman tidak cukup hanya dengan keyakinan dalam hati saja, tetapi harus diucapkan dengan lisan (lidah), dan diimplementasikan dalam perbuatan (tashdiq bi al-qalb taqrir bi al-lisan wa al-amal bi al-arkan).

Perintah untuk beriman (aminu) dalam al-Qur’an sering diikuti dengan kata berbuat baik (amilu al-shalihat). Hal ini memberikan penekanan pada umat Islam bahwa seorang muslim tidak cukup hanya beriman tetapi harus mengimplementasikan nilai-nilai keimanan tersebut dalam kehidupan sosial. Dalam konteks ini terlihat jelas korelasi antara iman dan amal.
Buah dari keimanan seseorang pada hal-hal di atas membuatnya memiliki ciri-ciri yang membedakannya dengan komunitas yang tidak beriman (unbeliever). 

Di antara ciri-ciri orang yang beriman yang dijelaskan dalam al-Qur’an adalah; bergetarnya hati ketika disebutkan nama Allah dan hanya kepada Allahlah ia bertawakal, yaitu menyerahkan segala keputusan atau hasil usaha kepada Allah setelah berusaha dengan maksimal (QS. Al-Anfal 2). 

Selanjutnya terdapat pula ayat yang mengatakan bahwa orang yang beriman akan memakan makanan-makanan yang baik (al-thayyibat) dan senantiasa bersyukur atas segala nikmat (QS. Al-Baqarah 172), menepati janji (QS. Al-Maidah 1), dll. Ciri-ciri ini melekat pada siapa saja yang mengaku beriman, sehingga seorang yang mengaku beriman tetapi tidak memenuhi ciri-ciri tersebut maka keimanannya akan disangsikan (diragukan atau tidak sempurna).

Salah satu konsekuensi dari keimanan kepada kitab Allah adalah memahami pesan dan nilai yang terdapat di dalamnya. Dalam al-Qur’an banyak sekali ayat-ayat yang menyuruh kaum muslimin untuk mempergunakan akal untuk mencari ilmu pengetahuan. Malah Allah memberikan keistimewaan bagi mereka dengan memposisikannya lebih tinggi dari yang lainnya (QS. Al-Mujadalah 11). 

Sangat mudah menemukan ayat-ayat tentang perintah mencari ilmu, afala ta’qilun, afala tazakkarun, afala tubshirun, ulu al-bab, ulu al-nuha, dll, sebaliknya belum ditemukan satu ayatpun yang mengingkarinya. Kenyataan ini menjadikan Islam sebagai agama yang rasional, progresif, dan cinta kemajuan. 

Rasionalitas dalam Islam memperoleh posisi yang istimewa. Rasulullah bersabda, “al-din huwa al-aql, la dina liman la ‘aqla lah”, agama itu rasional, maka belumlah seorang itu dipandang beragama (belum sempurna) ketika belum mempergunakan rasionya.

Namun demikian pencapaian manusia terhadap ilmu pengetahuan harus tetap di bawah pengawasan dan kendali agama (baca;Islam). Islam menegaskan bahwa ilmu pengetahuan harus digali dan dipergunakan sepenuhnya dalam kerangka ibadah pada Allah. Man izdada ilman lam yazdad huda lam yazdad ila Allah illa bu’da, barangsiapa yang bertambah ilmunya namun tidak bertambah keimanannya, maka sesungguhnya ia akan semakin jauh dari Tuhannya. Islam mengutuk keras para pencari ilmu yang mempergunakan ilmunya untuk mencelakakan diri sendiri ataupun masyarakat. 

Theodore John Kaczynski dapat dijadikan contoh dalam hal ini. Si jenius ahli matematika lulusan Harvard University dan Michigan University ini dijuluki unabom. Dengan bom yang diciptakannya ia telah membunuh dan melukai banyak orang selama 17 tahun. Jelas Islam tidak menginginkan lahirnya Kaczynski-Kaczynski lain yang dengan penemuannya justru melakukan hal-hal yang bertentangan dengan ajaran agama.

Berbicara tentang seni, para ahli sepakat mengatakan bahwa seni sangat erat hubungannya dengan keindahan. Islam tidak anti seni begitu juga dengan keindahan. Inna Allah jamil wa yuhibbu al-jamal, Allah itu indah dan mencintai keindahan. Namun keindahan dalam perspektif manusia tetap harus berada dalam koridor agama. Sesuatu yang dianggap indah oleh manusia harus selaras dengan keindahan yang ditetapkan agama.

Penerapan Hukum dalam Islam

Desember 09, 2016 Add Comment


“Barangsiapa yang tidak berhukum dengan apa yang telah diturunkan Allah (al-Qur’an), maka mereka termasuk ke dalam golongan orang-orang kafir (al-Ma’idah 47).”

Para ahli memberikan beberapa definisi tentang hukum, salah satunya adalah seperangkat aturan atau undang-undang yang mesti diterapkan dalam kehidupan secara pribadi ataupun bermasyarakat. Penerapan hukum tersebut bertujuan memberikan rasa aman bagi setiap individu dalam proses interaksinya dengan individu lain ketika berada di tengah-tengah masyarakat. Agar tujuan itu tercapai maka dibutuhkan seperangkat hukum yang betul-betul teruji dan dibuat oleh yang benar-benar ahli di bidangnya. Ahli hukum disebut dengan hakim. Dalam perspektif hukum Islam, Allah adalah hakim yang paling sempurna dan paling adil (QS. al-Tin 8). Hukum yang dibuat Allah terdistribusi pada ayat-ayat Allah (tanda-tanda kebesaran Allah). Ayat-ayat tersebut terbagi dua, ayat qauliyah yaitu firman Allah yang terdapat dalam al-Qur’an, dan ayat kauniyah yaitu alam ciptaan Allah. 

Para ulama sepakat mengatakan bahwa al-Qur’an merupakan sumber utama (mashdar al-uzma) dalam penerapakan hukum Islam. Dari penelaahan mendalam yang mereka lakukan ditemukan bahwa terdapat 5 jenis hukum dalam Islam. Pertama wajib yaitu sebuah perbuatan yang apabila dikerjakan maka pelakunya memperoleh pahala namun apabila ditinggalkan akan mendapatkan dosa. Kedua sunnah yaitu sebuah perbuatan yang apabila dikerjakan maka pelakunya memperoleh pahala namun apabila ditinggalkan tidak mengakibatkan dosa. Ketiga mubah yaitu sebuah perbuatan yang apabila dikerjakan maka pelakunya tidak memperoleh pahala, bagitu juga apabila ditinggalkan tidak memperoleh dosa. Keempat makruh yaitu sebuah perbuatan yang apabila dikerjakan tidak mengakibatkan dosa namun merupakan sesuatu yang dibenci Allah, apabila ditinggalkan akan memperoleh pahala. Kelima haram yaitu perbuatan yang apabila dikerjakan maka pelakunya akan memperoleh dosa namun apabila ditinggalkan akan memperoleh pahala.


Berbicara tentang posisi kerasulan Muhammad SAW dalam perspektif hukum Islam, para ulama sepakat mengatakan bahwa apapun yang dikatakan, dilakukan, ditetapkan oleh Rasulullah juga merupakan sumber hukum. Perkataan, perbuatan, dan ketetapan Rasulullah tersebut disebut dengan sunnah Rasulullah (baca;sunnah). Rasulullah sering disebut sebagai al-Qur’an berjalan dalam arti seluruh tindak tanduknya merupakan penerjemahan dari nilai-nilai al-Qur’an. Posisi sunnah berada di bawah al-Qur’an. Apabila ketentuan-ketentuan dalam al-Qur’an memuat hal-hal yang abstrak dan umum (garis besar), maka sunnah berfungsi sebagai penjelas (tabyin) bagi hal-hal tersebut. Sebagai contoh dalam al-Qur’an terdapat kewajiban sholat, namun cara melaksanakan tidak dijelaskan dengan rinci. Untuk itu dibutuhkan sunnah guna menjelaskannya. Dengan demikian antara al-Qur’an dengan sunnah merupakan dua hal yang tidak boleh dikesampingkan oleh umat Islam. Mengherankan memang apabila ada segelintir umat Islam yang hanya mau mempergunakan al-Qur’an saja sebagai sumber hukum dengan menegasikan (meniadakan) sunnah yang notabene merupakan penjelasan yang tidak bisa dipisahkan dari al-Qur’an. Kelompok ini sering diidentifikasi sebagai inkar al-sunnah (Pengingkar sunnah).


Bagi umat Islam keharusan untuk menjadikan al-Qur’an dan sunnah sebagai sumber hukum merupakan hal mutlak dilakukan. Pembuat hukum dalam al-Qur’an adalah Allah, Zat Yang Maha atas segala-galanya, sehingga tidak ada sedikitpun peluang atau ruang untuk keliru/salah. Sementara sunnah merupakan tindakan, perbuatan, ketetapan dari Rasulullah, pribadi agung yang merupakan penerjemahan dari al-Qur’an dalam segala tindak-tanduknya. Rasulullah memberikan jaminan keselamatan (lan tadhillu abada) bagi orang-orang yang menjadikan al-Qur’an dan sunnah sebagai sumber hukum dalam menjalani kehidupan baik secara individu ataupun bermasyarakat.

Konsep Hukum dalam Islam

Desember 09, 2016 Add Comment

Menumbuhkan Kesadaran untuk Taat terhadap Hukum Allah SWT
Para ulama mendefinisikan hukum syari’at/hukum Islam adalah seperangkat aturan yang berasal dari pembuat syari’at (Allah SWT)  yang berhubungan dengan perbuatan manusia, yang menuntut agar dilakukan suatu perintah atau ditinggalkan suatu larangan atau yang memberikan pilihan antara mengerjakan atau meninggalkan.
Secara garis besar hukum Islam terbagi menjadi lima macam: Pertama, Wajib; yaitu suatu perbuatan apabila dikerjakan oleh seseorang, maka orang yang mengerjakannya akan mendapat pahala dan apabila perbuatan itu ditinggalkan maka akan mendapat siksa. Kedua, Sunnah (mandub), yaitu perbuatan apabila dikerjakan maka orang yang mengerjakan akan mendapat pahala dan apabila ditinggalkan maka orang yang meninggalkan tersebut tidak mendapat siksa.
Hukum yang ketiga adalah haram, yaitu segala perbuatan yang apabila perbuatan itu ditinggalkan akan mendapat pahala sementara apabila dikerjakan maka orang tersebut akan mendapat siksa. Yang keempat adalah makruh, yaitu satu perbuatan disebut makruh apabila perbuatan tersebut ditinggalkan maka orang yang meninggalkan mendapat pahala dan apabila dikerjakan maka orang tersebut tidak mendapat siksa. Yang kelima adalah mubah yaitu suatu perbuatan yang apabila dikerjakan orang yang mengerjakan tidak mendapat pahala dan apabila ditinggalkan tidak berdosa.
Sementara prinsip-prinsip hukum dalam Islam oleh para ulama dijelaskan sebanyak tujuh prinsip. Ketujuh prinsip tersebut adalah Prinsip Tauhid, Prinsip Keadilan, Prinsip Amar Makruf Nahi Munkar, Prinsip al-Hurriyah (Kebebasan dan Kemerdekaan), Prinsip Musawah (Persamaan/Egaliter), Prinsip ta’awun (Tolong-menolong), Prinsip Tasamuh (Toleransi).

Fungsi Profetik Agama (Kerasulan Nabi Muhammad SAW) dalam Hukum Islam
Petunjuk Allah SWT dalam al-Qur’an hanya dapat dilaksanakan dengan syarat mengikuti ajaran Rasulullah SAW. Inilah yang kemudian disebut dengan sunnah Nabi SAW atau hadits. Secara sederhana diartikan dengan segala perkataan, perbuatan dan ketetapan Nabi SAW.
Urgensi sunnah Nabi SAW dalam hukum Islam ditegaskan dengan beberapa argumen, di antaranya adalah:
1.Iman. Salah satu konsekuensi beriman kepada Allah SWT adalah menerima segala sesuatu yang bersumber dari para utusan-Nya (khususnya Nabi Muhammad SAW).
2.Al-Qur’an. Di dalam al-Qur’an banyak ayat yang menjelaskan kewajiban taat kepada Rasulullah SAW.
3.Di antara argumen tentang posisi sunnah sebagai sumber hukum dalam Islam dijelaskan sendiri oleh Nabi Muhammad SAW dalam beberapa haditsnya.
4.Di antara argumen tentang posisi sunnah sebagai sumber hukum Islam adalah berdasarkan konsensus umat Islam.
5.Al-Qur’an yang bersisi petunjuk dari Allah secara umum masih bersifat global, sehingga perlu ada penjelasan. Sekiranya tidak ada Hadits Nabi SAW maka ajaran al-Qur’an tidak dapat dilaksanakan secara baik.
Posisi sunnah Nabi SAW terhadap al-Qur’an sangat penting di antaranya adalah untuk menguatkan hukum yang terdapat dalam al-Qur’an, menjelaskan apa yang masih global dalam al-Qur’an, bahkan menetapkan hukum secara mandiri yang tidak terkait langsung dengan al-Qur’an.

Konsep Keyakinan

Desember 09, 2016 Add Comment

Tuhan dan Ketuhanan Yang Maha Esa
Iman merupakan asas yang menentukan ragam kepribadian manusia. Selama ini orang memahami bahwa iman artinya kepercayaan atau sikap batin, yaitu mempercayai adanya Allah, Malaikat, Rasul, Kitab, Hari Akhir (kiamat), Takdir baik dan buruk. Pengertian tersebut jika digandengkan dengan hadis Nabi yaitu aqdun bil qalbi wa ikraarun bil lisaani wa amalun bil arkani maka pengertiannya akan lebih operasional. Jika didefinisikan bahwa iman adalah kepribadian yang mencerminkan suatu keterpaduan antara kalbu, ucapan dan perilaku menurut ketentuan Allah, yang disampaikan oleh Malaikat kepada Nabi Muhammad. Ketentuan Allah tersebut dibukukan dalam bentuk Kitab yaitu kumpulan wahyu, yang dikonkretkan dalam Al-quran guna mencapai tujuan yang hakiki yaitu bahagia dalam hidup, baik jangka pendek maupun jangka panjang. Isi kitab tersebut adalah ketentuan tentang nilai-nilai kehidupan yang baik dan yang buruk berdasarkan parameter dari Allah.
Ada tiga aspek iman yaitu pengetahuan, kemauan dan kemampuan. Orang yang beriman kepada Allah adalah yang memiliki pengetahuan, kemauan dan kemampuan untuk hidup dengan ajaran Al-quran seperti yang dicontohkan oleh Rasulullah. Oleh karena itu, prasyarat untuk mencapai iman adalah memahami kandungan Al-quran. Dengan demikian strategi untuk menumbuhkembangkan keimanan kepada Allah adalah menumbuhkembangkan kegiatan, belajar dan mengajar Al-quran secara akademik. Tujuan belajar dan mengajar adalah bukan sekedar mampu membunyikan hurufnya, melainkan sampai memahami makna yang terkandung di dalamnya.
Kuat lemahnya iman seseorang sangat tergantung pada penguasaannya terhadap Al-quran. Kekeliruan dan kedangkalan dalam memahami makna Al-quran merupakan faktor yang membuat dangkal atau keliru dalam beriman. Untuk itu belajar dan mengajar Al-quran harus dilakukan secara terjadwal dan berkelanjutan. Belajar Al-quran tidak hanya di waktu kecil, namun harus berkelanjutan sampai ajal tiba.
Konsep tentang Ketuhanan Yang Maha Esa, menurut pemikiran manusia, berbeda dengan konsep Ketuhanan Yang Maha Esa menurut ajaran Islam. Konsep Ketuhanan menurut pemikiran manusia baik deisme, panteisme, maupun eklektisme, tidak memberikan tempat bagi ajaran Allah dalam kehidupan, dalam arti ajaran Allah tidak fungsional. Paham panteisme meyakini Tuhan berperan, namun yang berperan adalah Zat-Nya, bukan ajaran-Nya. Sedangkan konsep ketuhanan dalam Islam justru intinya adalah konsep ketuhanan secara fungsional. Maksudnya, fokus dari konsep ketuhanan dalam Islam adalah bagaimana memerankan ajaran Allah dalam memanfaatkan ciptaan-Nya.
Segala yang ada di alam semesta ini diciptakan oleh Yang Maha Pencipta (Khalik). Manusia yang diberi akal, ketika memperhatikan gejala dan fenomena alam akan mengambil kesimpulan bahwa alam yang menakjubkan ini tentulah diciptakan oleh Yang Maha Agung. Akal yang logis juga memahami bahwa yang dicipta tidak sama dengan Pencipta.
Makhluk, kecuali ada yang nyata dapat  diketahui  dengan pancaindra, ada pula yang immateri dan tidak dapat dijangkau oleh indera manusia. Keyakinan akan adanya makhluk ghaib itu, akan dapat menyampaikan kepada keimanan, juga terhadap Yang  Maha Ghaib, yaitu Khalik Pencipta alam semesta ini.

Konsep Multikulturalisme dan Pluralisme

Desember 09, 2016 Add Comment

Dengan mengacu pada konsep Multikulturalisme dan Pluralisme, coba uraikan apakah bangsa Indonesia  dapat mencapai kehidupan Multikultural yang harmonis?

Masyarakat Multikultur menurut J.Rex adalah masyarakat yang membedakan antara kehidupan publik dan kehidupan pribadi. Kehidupan publik, yang meliputi area politik, ekonomi, pendidikan dan hukum, berlandaskan pada prinsip-prinsip budaya yang universal. Sedangkan dalam kehidupan pribadi yang meliputi kepercayaan atau agama, pendidikan moral dan sosialisasi primer, keberagaman nilai-nilai budaya dari berbagai kelompok etnis ditujukan untuk terus hidup dan berkembang. Sedangkan pengertian masyarakat Plural adalah masyarakat yang terdiri dari dua atau lebih elemen atau tatanan sosial yang hidup berdampingan, namun tanpa membaur dalam satu unit politik.
Indonesia adalah Negara yang terdiri dari berbagai macam ragam unsur budaya, terdiri dari berbagai macam etnis dan suku yang menggunakan banyak bahasa, terdiri dari banyak keyakinan dan agama, masing-masing membaur di kehidupan dalam keberagaman dengan prinsip Bhineka Tunggal Ika yang artinya berbeda-beda tetapi satu jua, dengan prinsip Bhineka Tunggal Ika itu menjadi landasan hidup masyarakat Indonesia dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, bahwa masyarakat Indonesia terdiri dari berbagai unsur yang berbeda tidak dapat dipungkiri tapi itu bisa dijadikan modal untuk memajukan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Masih seringnya terjadi konflik yang mengatas namakan perbedaan, hal itu terjadi karena masing-masing pihak lebih mengutamakan kepentingan golongan di atas kepentingan bangsa dan Negara.
Bangsa Indonesia bisa mencapai kehidupan Multikultural yang harmonis jika masyarakat dan warga Negara Indonesia bisa saling menghargai adanya perbedaan, memberikan rasa toleransi dalam kehidupan berbangsa dan bermasyarakat, menjadikan perbedaan unsur untuk memajukan kehidupan berbangsa dan bernegara, diperlukan peran serta dari setiap warga Negara dan lapisan masyarakat untuk menjaga kehidupan yang multikultural dan pemerintah diharapkan mampu menjadi pengayom dan pelindung bagi masyarakat, pemerintah juga dituntut tegas dan tidak mentolerir perilaku atau tindakan yang dapat mengancam kesatuan dan persatuan bangsa dan Negara.
Masyarakat multikultural harus selalu mencari cara untuk menyatukan tuntutan-tuntutan terhadap kesatuan dan keberagaman, mencapai kesatuan politik tetapi tanpa adanya penyeragaman budaya, menjadi inklusif tanpa melakukan asimilasi, mencari unsur-unsur rasa memiliki bersama dengan menghargai perbedaan kultural yang mereka miliki dan mensyukuri identitas budaya yang beragam tanpa melemahkan identitas bersama sebagai warganegara.

Referensi :
Buku Materi Pokok Ilmu Sosial dan Budaya Dasar

Berbuat Baik Kepada Orang yang Lemah

Desember 09, 2016 Add Comment

Entah bagaimana logikanya... Seorang ibu-ibu kaya berbelanja, langkah kakinya terhenti di depan seorang penjual sayur mayur nan sederhana.

"Berapa harga satu ikat kangkung?.."
abang penjual kangkung menjawab:
"Seribu Rupiah.. saja Bu...!"
Si ibu kaya itu lalu berkata:
"3 ikat = Dua Ribu Rupiah Ya...?".
"Wah, nggak dapat Bu...". Jawab penjual kangkung.
"Ya udah, kalau gitu saya nggak jadi beli".
Dengan wajah memelas, akhirnya si penjual kangkung itu berkata:
"Ya sudahlah bu... Ambillah..!".
Si perempuan kaya itu membeli dengan perasaan menang. Ia sangat bahagia.

Di lain waktu, ibu kaya itu makan di sebuah restoran mewah bersama keluarganya. Setelah selesai makan ia minta kwitansi pembayaran. Di sana tertulis 415 ribu.
Ibu itu mengeluarkan lembaran 100 ribu sebanyak 5 lembar, kemudian memberikannya kepada pelayan restoran yang membawa kwitansi, lalu ia berpesan:

"Kembaliannya ambil saja.. anggap sebagai uang tips!".
Hal seperti ini sering terjadi dalam masyarakat. Banyak manusia yang merasa hebat ketika bisa menekan orang lemah, tapi melunak dan segan kepada orang yang memang sudah berpenghasilan besar juga.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Carilah keridhaanku dengan berbuat baik kepada orang-orang lemah di antara kalian, karena kalian diberi rezeki dan ditolong juga disebabkan orang-orang lemah kalian.” [HR. Abu dawud dan An-Nasai dalam Ash-Shahihah].

Padahal, apa salahnya jika ibu itu tidak pakai acara menawar, bahkan kalau bisa melebihkan pembayarannya, agar lebih berkah rizki dan juga hidupnya. Yuk kita mulai introspeksi diri juga dan mulai mempraktekkanya.

Sumber: Dari berbagai sumber

Tradisi Ilmiah dalam Islam

Agustus 30, 2015 Add Comment
Saat ini Ilmu pengetahuan semakin berkembang dengan pesat, perkembangan meliputi  berbagai segi kenyataan dalam alam semesta ini. Segi-segi ini dibatasi agar dihasilkan rumusan-rumusan yang pasti. Ilmu memberikan kepastian dengan membatasi lingkup pandangannya, dan kepastian ilmu-ilmu dari keterbatasannya. Ilmu bukan sekadar pengetahuan, tetapi merangkum sekumpulan pengetahuan berdasarkan teori-teori yang disepakati dan dapat secara sistematik diuji dengan seperangkat metode yang diakui dalam bidang ilmu tertentu.
Ilmu merupakan kata yang berasal dari bahasa Arab علم, masdar dari عَـلِمَ – يَـعْـلَمُ yang berarti tahu atau mengetahui. Menurut konsep (Barat) Ilmu (knowledge) adalah pengetahuan manusia mengenai segala sesuatu yang dapat di indera oleh potensi manusia (penglihatan, pendengaran, pengetian, perasaan, dan keyakinan melalui akal atau proses berfikir (logika). Pengetahuan yang telah dirumuskan secara sistematis merupakan formula yang disebut sebagai ilmu pengetahuan (science). Dalam Al-Quran keduanya disebut sebagai “ilmu”. 
Al-Qur’an adalah sumber Ilmu Pengetahuan sekaligus sumber ajaran Agama, yang mendorong manusia untuk “berpikir” dalam hal ini bisa diartikan ”berfilsafat”.
Ilmu menempati kedudukan yang sangat penting dalam ajaran islam, hal ini terlihat dari banyaknya ayat Al-Qur’an yang memandang orang berilmu dalam posisi yang tinggi dan mulya disamping hadist-hadist nabi yang banyak memberi dorongan bagi umatnya untuk terus menuntut ilmu.
Dalam Al-Qur’an surat Al-Mujadilah ayat 11 : 
“ Hai orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu: berlapang-lapanglah dalam majlis, maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan berdirilah kamu, maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu, dan orang-orang yang di beri ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan”.

Didalam Al-Qur’an , kata ilmu dan kata-kata jadianya di gunakan lebih dari 800 kali , ini bermakna bahwa ajaran Islam sebagaimana tercermin dari Al-Qur’an sangat kental dengan nuansa yang berkaitan dengan ilmu, sehingga dapat menjadi ciri penting dari agama Islam.
Dalam Ayat Al-Quran QS. Al-Alaq, (96):1-5, artinya :
1. Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan.
2. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.
3. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah.
4. Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam.
5. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.
Dalam ayat-ayat yang pertama kali turun surat Al-Alaq ayat 1-5 tergambar dengan jelas betapa kitab suci Al-Quran memberi perhatian yang sangat serius kepada perkembangan ilmu pengetahuan. Ilmu tidak hanya terbatas pada pengetahuan (knowledge) dan ilmu (science) saja, melainkan ilmu oleh Allah dirumuskan dalam “lauhil mahfudz” yang disampaikan kepada kita melalui Al-Quran dan As-Sunnah.
Dalam Al-Quran surat Al-Buruuj (85):21-22;
“Bahkan yang didustakan mereka itu ialah Al-Quran yang mulia.”(21) yang (tersimpan) dalam Lauhil Mahfudz.”(22).
Ayat di atas mengisyaratkan, bahwa ilmu Allah itu melingkupi ilmu  manusia tentang alam semesta dan manusia sendiri. Dari penjelasan ini dapat dipahami bahwa Al-Quran itu merupakan sumber pengetahuan dan ilmu pengetahuan manusia.
Manusia diciptakan oleh Allah SWT dengan memikul amanah sebagai khalifah Allah di bumi yang pada dasarnya ditugaskan untuk mengurus, memelihara, mengembangkan, mengambil  manfaat bagi kesejahteraan umat manusia.
Disebutkan dalam Al-Quran Q.S. Al-Ahzab(33): 73
“Sehingga Allah mengazab orang-orang munafik laki-laki dan perempuan dan orang-orang musyrikin laki-laki dan perempuan; Dan sehinggga Allah menerima taubat orang-orang mukmin laki-laki dan perempuan. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”
Dalam Ayat Al-Quran QS. Al-Mulk, (67):1-5
1. Maha Suci Allah di tangan-Nyalah segala kerajaan, dan dia Maha Kuasa atas segala sesuatu.
2. Yang menjadikan mati dan hidup, supaya dia menguji kamu, siapa diantara kamu yang lebih baik amalnya, dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.
3. Yang telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis, kamu sekalian tidak melihat pada ciptaan Tuhan yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang.
4. Kemudian pandanglah sekali lagi niscaya penglihatanmu akan kembali kepadamu dengan tidak menemukan sesuatu cacat dan penglihatanmu itupun dalam keadaan payah.
5. Sesungguhnya kami telah menghiasi langit yang indah dengan bintang-bintang dan kami jadikan bintang-bintang itu alat pelempar syetan, dan kami sediakan bagi mereka siksa neraka yang menyala-nyala.
Tentang hal itu mereka mempunyai perkiraan dan persangkaan, karena mengambil kejahatan mereka dari fenomena-fenomena alamiah yang tumbuh dari panas dan cahaya. Sebagian ulama berpendapat bahwa yang dimaksud ialah bintang-bintang yang dijadikan Allah sebagai hiasan langit dunia tidak akan berpindah dari tempatnya dan tidak dipergunakan untuk melempar. Akan tetapi dari bintang itu keluarlah cahaya yang membunuh jin atau melumpuhkannya.

Perkembangan imu pengetahuan yang luar biasa yang dicapai para ilmuwan biologi, embriologi, genetika, biologi sel, biografi kedokteran, reaksi genetika, dan terakhir klonning hewan sebagai rintisan klonning manusia telah melampaui seluruh ramalan masa depan manusia dan membuat banyak orang terkagum-kagum. Perkembangan dan pemanfaatan sains membuktikan bahwa alam semesta tidaklah tercipta secara kebetulan, karena bila didalamnya terdapat peraturan yang sangat teliti dan hukum yang sangat rapi untuk mengendalikan dan menjalankan alam semesta adanya peraturan dan hukum alam yang sangat akurat ini, tentu saja mengharuskan adanya sang pencipta dan pengatur yang maha berkuasa dan maha bijaksana.


Perkembangan sains yang dicapai para ilmuwan, serta pemanfaatannya yang sangat mengagumkan berkat perkembangan teknologi yang pesat baik yang diterapkan pada manusia, hewan maupun benda mati dan sebenarnya adalah sekelumit rahasia dan hukum alam yang mengendalikan dan mengatur seluruh benda yang ada yang dilekatkan Allah SWT pada benda secara sedemikian rupa, sehingga dapat sesuai dengan kondisi-kondisi yang ditetapkan bagimu.


Kemajuan ilmu tersebut merupakan hasil eksperimen ilmiah dan sains itu sendiri bersifat universal dalam arti tidak secara khusus didasarkan pada pandangan hidup tertentu akan tetapi pengguanaan dan pengambilannya tetap didasarkan pada pandangan hidup tertentu.
Oleh sebab itu walaupun penemuan ilmiah bersifat universal dalam arti tidak secara khusus asalkan pada pandangan hidup tertentu.


Perkembangan ilmiah dalam dunia islam saat ini bisa dikatakan sudah sangat berkembang, dengan selalu berpedoman dengan dalil-dalil Al-Q uran dan Al-hadits insa Allah perkembangan ilmiah akan semakin pesat. Penerapan ilmu ilmiah dalam islam harus diterapkan dalam kehidupan sehari-hari bagi kita khususnya masyarakat islam agar tercapai keselarasan antar manusia, alam dan sang pencipta.

WaAllahu a'lam bisshowab

Fenomena Dekadensi Moral di Era Globalisasi

Agustus 30, 2015 Add Comment
Modernisasi dapat didefinisikan sebagai suatu proses transformasi atau suatu perubahan ke arah yang lebih maju atau meningkat di berbagai aspek dalam kehidupan masyarakat. Sedangkan, globalisasi yang berasal dari kata global atau globe artinya bola dunia atau mendunia. Jadi, globalisasi berarti suatu proses masuk ke lingkungan dunia. Modernisasi dan globalisasi dapat memperngaruhi sikap masyarakat dalam bentuk positif maupun negatif.

Perkembangan teknologi informasi menyebabkan modernisasi dan globalisasi dapat masuk ke dalam sendi-sendi kehidupan masyarakat, proses infiltrasi tersebut melalui berbagai media, terutama media elektronik seperti internet dan televisi. Dengan fasilitas ini  semua orang dapat dengan bebas dan mudah untuk mengakses informasi dari berbagai belahan dunia. Pengetahuan dan kesadaran seseorang sangat menentukan sikapnya untuk menyaring informasi yang didapat. 

Apakah nantinya berdampak positif atau negatif terhadap dirinya, lingkungan, dan masyarakat. Untuk itu, diperlukan pemahaman agama yang baik sebagai dasar untuk menyaring informasi. Kurangnya filter dan selektivitas terhadap budaya asing yang masuk ke Indonesia, budaya tersebut dapat saja masuk pada masyarakat yang labil terhadap perubahan terutama remaja dan terjadilah penurunan etika dan moral pada masyarakat Indonesia. Pentingnya memfilter informasi digambarkan sebagaimana firman Allah SWT dalam Al-Qur’an surat Al-Hujurat ayat 6 yang artinya : 
“Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada kaum tanpa mengetahui keadaan yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatan itu“.

Akhir-akhir ini sering kita lihat pemberitaan di televisi atau kita baca dalam surat kabar tentang tawuran antar pelajar, penyebaran narkotika, pemakaian obat-obat terlarang, minuman keras, penjabretan yang dilakukan oleh anak-anak remaja, meningkatnya kasus-kasus kehamilan dikalangan remaja putri, kasus aborsi dikalangan remaja, kasus prostitusi yang melibatkan anak dibawah umur, sex bebas dan lain sebagainya. Hal-hal  tersebut merupakan masalah yang timbul akibat kemerosotan akhlak atau dekadensi moral di era globalisasi dan modernisasi. Masalah sosial tersebut harus mendapat perhatian dari kita bersama dan perlu ditanggulangi bersama, oleh karena itu persoalan remaja seyogyanya mendapatkan perhatian yang serius dan terfokus untuk mengarahkan remaja ke arah yang lebih positif,  yang titik beratnya untuk terciptanya suatu sistem dalam menanggulangi kemerosotan akhlak dan moral dikalangan remaja.

Jika dilihat pada kenyataannya, efek dari modernisasi dan globalisasi lebih banyak mengarah ke negatif. Kita dapat kehilangan budaya negara kita sendiri dan terbawa oleh budaya barat, jika masyarakat Indonesia sendiri tidak mempelajari  pengetahuan tentang kebudayaan Indonesia dan tidak menjaga kebudayaan tersebut. Ada baiknya budaya barat yang kita serap disaring terlebih dahulu. Karena tidak semua budaya barat adalah baik. Jika kita terus menerima dan menyerap budaya asing yang tidak sesuai dengan karakter bangsa Indonesia, dapat terjadi penyimpangan etika dan moral bangsa Indonesia sendiri. Melalui penyimpangan etika dan moral tersebut, dapat tercipta pola kehidupan dan pergaulan yang menyimpang. Tidak hanya akibat negatif yang dihasilkan modernisasi dan globalisasi. Proses ini juga menghasilkan akibat positif, yaitu terciptanya masyarakat yang lebih intelek dan melek terhadap perubahan dan perkembangan dunia.

Kemorosotan akhlak disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain:

-. Salah pergaulan, apabila kita salah memilih pergaulan kita juga bisa ikut-ikutan untuk melakukan hal yang tidak baik. Untuk meghindari salah pergaulan, kita harus pandai memilah dan memilih teman dekat. Karena pergaulan akan sangat berpengaruh terhadap etika, moral, dan akhlak. Rasulullah SAW bersabda :  

"Kawan pendamping yang sholeh ibarat penjual minyak wangi. Bila dia tidak memberimu minyak wangi, kamu akan mencium keharumannya. Sedangkan kawan pendamping yang buruk ibarat tukang pandai besi. Bila kamu tidak terjilat apinya, kamu akan terkena asapnya ( HR. Bukhari )".

Orang tua yang kurang perhatian, apabila orang tua kurang memperhatikan anaknya, bisa-bisa anaknya merasa tidak nyaman berada di rumah dan selalu keluar rumah. Hal ini bisa menyebabkan remaja terkena pergaulan bebas. Peran orang tua sangat penting dalam pembentukan karakter seseorang, terutama dalam mengenalkan pendidikan agama sejak dini. Perhatian dari orang tua juga sangat penting. Karena pada banyak kasus, kurangnya perhatian orang tua dapat menyebabkan dampak buruk pada sikap anak. Dalam surat At-Tahrim ayat 6 Allah SWT berfirman yang artinya :  

"Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu".

Dan dalam sebuah hadist Abu Hurairah menceritakan bahwa Rasulullah SAW bersabda : "Tidak ada seorang anak pun yang dilahirkan, melainkan dalam keadaan fitrah, maka ibu bapaknya yang menjadikannya Yahudi, atau Nasrani dan atau majusi. Sama halnya sebagai seekor hewan ternak, maka ia akan melahirkan ternak pula dengan sempurna, tiada kamu dapati kekurangannya".

-. Ingin mengikuti trend, bisa saja awalmya para remaja merokok adalah ingin terlihat keren, padahal hal itu sama sekali tidak benar. Lalu kalau sudah mencoba merokok dia juga akan mencoba hal-hal yang lainnya seperti narkoba dan seks bebas. Kebanyakan para remaja mengidolakan para artis yang kebanyakan kehidupan para artis jauh dari nilai-nilai agama, padahal sudah ada idola yang bisa dijadikan panutan hidup yaitu baginda Rasulullah Muhammad SAW, dalam Al-Qur’an surat Al-Ahzab ayat 21 Allah SWT berfirman yang artinya :

Sesungguhnya telah ada dalam diri Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu, yaitu bagi orang-orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah”.

-. Himpitan ekonomi yang membuat para remaja stress dan butuh tempat pelarian. Hal ini disebabkan masyarakat kita banyak yang melihat sesuatu dari kekayaan yang dimiliki oleh seseorang, gaya hidup materialis banyak menyebabkan remaja yang rela melacurkan diri untuk mendapatkan materi. Kecintaan terhadap materi sudah digambarkan dalam Al-Qur’an surat Ali-Imran ayat 14 Allah SWT berfirman yang artinya :

“Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini yaitu : wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenisnya emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga)”

-. Kurangnya pendidikan Agama dan moral. Pendidikan Agama dan moral perlu dilakukan sejak dini, sehingga anak-anak sudah mengerti tentang baik dan buruk dan akan diterapkan dikehidupan mereka saat masuk remaja dan dewasa, perlunya pendidikan agama dan moral sejak dini seperti tergambar dalam firman Allah SWT dalam Al-Qur’an surat Al-Luqman ayat 13 yang artinya :

“Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, diwaktu ia memberi pelajaran kepadanya : “ Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempesekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar”

Faktor-faktor di atas sebagian besar dipengaruhi oleh perkembangan teknologi. Dengan berkembang pesatnya teknologi pada zaman sekarang ini, arus informasi menjadi lebih transparan. Kemampuan masyarakat yang tidak dapat menyaring informasi ini dapat mengganggu akhlak. Pesatnya perkembangan teknologi dapat membuat masyarakat melupakan tujuan utama manusia diciptakan, yaitu untuk beribadah. Memperluas wawasan dan pengetahuan dan meningkatkan iman dan takwa dengan cara bersyukur, bersabar, dan beramal sholeh dengan berpedoman kepada Al-Qur’an dan Al-Hadist akan sangat berguna untuk menyaring pengaruh buruk dari lingkungan dalam era modernisasi dan globalisasi. Dalam konteks bernegara umat Islam punya peranan dalam membangun bangsa yang beradab dan bermartabat.  Baca peran umat Islam dalam mewujudkan masyarakat beradab


WaAllahu a'lam bisshowab




Note : Jika anda suka dengan artikel ini atau merasa artikel ini bermanfaat tolong bantu share di G+, Facebook, Twitter dan lainnya.