Hukum Memilih Pemimpin Muslim

Februari 08, 2017
Jamuan (Al-Mā'idah):51 - Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin(mu); sebahagian mereka adalah pemimpin bagi sebahagian yang lain. Barangsiapa diantara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim.

Ramainya persoalan penistaan agama yang dilakukan oleh Ahok banyak orang yang tersadar dan tahu bahwa ada ayat yang secara jelas dan gamblang melarang orang yang beriman untuk menjadikan orang Nasrani dan Yahudi untuk menjadi pemimpin orang Islam.
Agama adalah salah satu hak asasi manusia yang paling dasar karena menyangkut masalah keyakinan. Sebagaimana orang muslim meyakini kebenaran Al-Qur'an yang melarang orang yang beriman untuk memilih pemimpin non muslim.
Dalam surat Al-Maidah ayat 51 secara jelas ayat tersebut ditujukan kepada orang yang beriman (Muslim) untuk memilih pemimpin muslim. Jadi bagi orang yang tidak beriman (non muslim) ayat tersebut bukan ditujukan kepada anda.
Terus bagaimana dengan orang Islam yang tidak meyakini ayat ini dengan tetap memilih pemimpin non muslim.
Perlu ditegaskan kembali ayat di atas ditujukan untuk orang yang beriman, jadi jika ada orang yang mengaku Islam tetapi tidak mempercayai kebenaran Al-Qur'an maka perlu dipertanyakan kembali apakah dia masih beriman apa tidak.
Hidup tenang dan nyaman adalah dambaan setiap orang. Meskipun bisa jadi semuanya penuh dengan kesederhanaan. Apalah artinya ketika orang memiliki banyak harta, namun hatinya tidak pernah tenang, selalu ketakutan, kebingungan, bahkan sering gregetan. Dia punya harta tapi tidak bisa menikmati hidupnya.
Karena itulah, negara yang aman, meskipun fasilitasnya terbatas, lebih menyanangkan dibandingkan negara penuh konflik meskipun ada banyak fasilitas kelihatan di depan mata.
Kita bisa simak penuturan sahabat Amr bin Ash radhiyallahu ‘anhu ketika menasehati putranya,
يا بني احفظ عني ما أوصيك به: إمام عدل خير من مطر وبل…
Wahai anakku, jaga baik-baik pesanku kepadamu, pemimpin yang adil lebih baik dari pada hujan dan gerimis… (al-Adab as-Syar’iyah, Ibnu Muflih, 1/176).
Hujan dan gerimis sangat dibutuhkan banyak orang. Terutama orang iklim gurun. Meskipun demikian, memiliki negara yang aman, dipimpin oleh pemimpin yang adil, lebih baik dari pada hujan. Karena ketenangan lebih dibutuhkan dari pada fasilitas.
Apa yang bisa anda bayangkan ketika anda menjadi orang yang sangat kaya raya, namun anda tinggal di suriah? Apa yang anda bayangkan ketika anda memiliki puluhan rumah, ratusan mobil, namun anda selalu was-was karena negara anda sangat rentan dengan chaos? Apalah artinya orang punya banyak fasilitas, infrastruktur lengkap, tapi negaranya selalu konflik.
Prestasi seorang pemimpin tidak hanya dilihat dari seberapa jauh dia menggalakkan pembangunan infrastruktur. Karena memang ini kewajiban mereka untuk mengalokasikan dana rakyat. Siapapun gubernur berkewajiban melakukannya. Namun yang kita pikirkan adalah apa artinya punya infrastruktur, tapi rakyat selalu tidak tenang, karena dibuat gregetan oleh arogansi gubernurnya…
Semua rakyat mendampakan ketenangan… kenyamanan… sehingga mereka bisa beraktivitas dengan senang. Anda punya harta, punya banyak fasilitas, tidak akan ada artinya ketika anda selalu merasa sakit hati dengan tingkah laku pemimpin anda.
Jadikan pengalaman sebagai pelajaran… Dulu dia bisa arogan, karena merasa punya kekuasaan… saat ini dia berusaha memelas, karena dia butuh belas kasihan rakyatnya. Dia butuh dukungan dari masyarakat.
Di Indonesia, siapapun pemimpinnya pasti akan selalu ada pembangunan… tapi tidak semua pemimpin bisa membuat negaranya menjadi semakin aman dan nyaman…
Semoga sejarah kelam tidak terulang kembali.

Artikel Terkait

Previous
Next Post »