Mengapa Kita Harus Membenci

Februari 13, 2017
Pada suatu hari, dengan bersungut-sungut Adi bercerita kepada ayahnya. “Ayah, temanku sungguh keterlaluan. Dia mempermalukanku di depan teman-teman. Aku sungguh marah dan benci. Temanku itu benar-benar menjengkelkan.”
Setelah mengetahui cerita lengkapnya, sang Ayah menasihati, “Sudahlah Di, ajak temanmu itu bicara baik-baik, agar tidak terjadi salah paham lagi. Jangan membenci tapi cobalah mengerti dan memaafkan dia.”
“Tidak bisa dong, Yah. Dia begitu jahat. Keenakan dia, kalau aku lantas memaafkan dia.” Dengan sengit Adi menyanggah nasihat ayahnya.
“Ya sudah, sekarang tidur deh. Besok ada yang harus kita kerjakan.”
Pagi hari, ayah sudah menyiapkan sekantong penuh batu. “Adi. Anggap batu-batu ini sebagai temanmu. Pusatkan kebencianmu pada kepalan tanganmu. Tinju sekeras dan sebanyak mungkin  kantung batu ini.” Adi pun bersiap-siap. Akan tetapi, hanya tiga kali pukulan, dia merasa kesakitan.
“Aduuh….sakit,” teriak Adi sambil mengusap dan meniup kepalan tangannya yang mulai memar dan lecet.
“Kalau kantung berisi batu-batu ini sama dengan teman yang kamu benci, apa dia merasa sakit seperti kamu sekarang?”
“Ya enggak lah..,” jawab Adi cepat.
“Sama seperti yang terjadi padamu. Kebencianmu hanya menyakiti hatimu sendiri. Karena kalau teman itu kamu pukul pun, dia hanya sakit secara fisik. Itu akan cepat disembuhkan. Sedangkan kebencian dalam hatimu tidak akan berkurang, malah semakin besar menguasai hatimu! Sungguh menderita, orang yang hati dan pikirannya dipenuhi dengan kebencian.”
Adi tertegun mendengar nasihat ayahnya. Ia menunduk dengan penuh penyesalan. Adi berjanji, mulai saat itu, jika hendak membenci seseorang karena sebuah perbuatan, ia akan memilih untuk membicarakan baik-baik agar persoalan bisa selesai dengan baik.
Dear Readers,
Kebencian adalah sumber penderitaan, ketidakbahagiaan, dan penyakit mental bagi siapa saja yang memeliharanya. Sebab, banyak hal yang justru makin tidak mengenakkan kita jika membiarkan rasa benci itu berlarut-larut. Susah tidur, makan tak enak, emosi yang terus meluap, membuat segalanya jadi terasa tak nyaman. Sungguh, sebuah sikap yang justru akan merugikan kita sendiri.
Saat kita membenci, sesungguhnya orang yang kita benci tidak merasakan apa pun. Tetapi kebencian itu telah mampu menggerogoti kebahagiaan dan kedamaian kita. Memang, bisa jadi, orang tersebut merasa jika kita membencinya. Namun, apakah itu akan membuat segalanya lebih mudah? Malahan, kebencian yang bertumpuk bisa jadi akan membawa bencana. Coba tengok berita kriminal yang belakangan ini sering kita baca. Hampir semua berawal dari rasa benci dan dendam. Dan, saat semua sudah terlanjur, hampir bisa dipastikan pula kebencian itu tak akan larut menjadi kebahagiaan. Malah sebaliknya, makin menenggelamkan orang ke dalam kubangan derita yang lebih dalam.
Sesegera mungkin, buang rasa benci di hati. Jangan jadikan tubuh kita rusak, seperti kisah si bocah yang terluka tangannya karena menghantam bebatuan. Jangan biarkan pikiran kita terisi oleh derita berkepanjangan!
Ganti rasa benci dengan sikap kepala dingin dan lapang dada. Selesaikan segera masalah yang ada, sehingga benci tak lagi bersisa. Coba alihkan fokus pada hal-hal baik yang bisa kita temukan, agar bisa mengikis derita akibat kebencian di jiwa.
Jauhi kebencian, tebarkan kedamaian, mari raih keberkahan.
Salam sukses luar biasa!

Artikel Terkait

Previous
Next Post »