Loading...
Tampilkan postingan dengan label Realigi. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Realigi. Tampilkan semua postingan

Cerita Supir Angkot dan Anak SMP

Februari 20, 2017 Add Comment
Masa sekolah adalah masa dimana anak akan belajar berbagai hal, pada saat sekolah SMP banyak anak pengen mencoba hal yang baru karena pada saat itu anak berada pada masa transisi dari anak-anak menuju masa dewasa. Jadi banyak hal yang akan terjadi dalam masa transisi ini. Dengan membaca kisah ini semoga bisa diambil pelajaran bagi kita semua bagaimana seorang anak SMP tetap teguh dengan pendiriannya.




anak ini....
kalo diinget inget kasian juga, karena ditanya mulu sama si abang angkot -_-
.
ceritanya...
ada sekelompok pelajar (kayanya SMP kelas 1) yg lagi nungguin angkot tujuan pulangnya, ada Dia (si anak laki2) dan 3 orang lainnya perempuan
.
anak itu mengulurkan jempolnya kepada angkot yg akan ditumpanginya (yg kebetulan ana tumpangi juga) dan say good bye kpd teman2nya karena beda arah tujuan
.
percakapan dimulai:
sopir : "lah, pacar nya kok ga diajak de?"
pelajar: "lah itumah temen saya bang"
sopir: "haha ... cewenya kali"
pelajar: "gak bang, dia mah pacar temen saya"
sopir: "emang situ ga punya cewe?"
pelajar: "engga lah bang, masih kecil"
sopir: "lah emang kenapa klo masih kecil? gak apa apa kan?, anak saya juga gitu, asal baik2 aja pacarannya" dengan bangganya :v
-saya tertawa kecil- (untung ga keliatan, karena pke masker)
pelajar: "gak lah bang, ga boleh, dosa"
sopir: "lah , ga dong, kan main main aja"
pelajar: "ga lah bang, ntar diomelin saya" si anak laki2 tetap nolak
sopir: "yaa ntar kalo kamu pacaran, kmu kerumahnya, samperin, bilang aje ke mamahnya mau belajar"
-belajar dosa bang?-
pelajar: saking keselnya ditanya.in terus.. ia terdiam
sopir: "udah... ga apa apa de..... iya gak bu?" tanya si sopir kpd salah satu penumpang yg duduk disampingnya
-dan si ibu pun meng'IYA'kannya
pelajar: "saya masih kecil bang, pacaran itu dosa, ntar kalo udah gede juga ada jodohnya"
semua: terdiam
-saya .... tertawa dalam hati, sambil ngomong: huahahaahaha GOOD ANSWER !! MANTAP DEEEKK !!-
saya dukung kamu deee :v
.
.
.
masyaAllah
mudah2an adek ini tetep jomblo sampai pd waktunya...
.
ortu sekarang begitu... mengharapkan dan mendukung anaknya untuk berpacaran....
tak tahu zina itu berawal dr pacaran? naudzubillahimindzalik,
seyogyanya ortu itu mengajak anaknya kpd kebaikan, beribadah, dan memurnikan ketaatannya kepada Allah, bukan mengajak kpd kemaksiatan #plaaaakkk #tepokJidat
.
ga perlu takut ga dapet jodoh de, harusnya kamu bangga karena kamu terhindar dr maksiat....
"janganlah kamu mengikuti kebanyakan manusia dimuka bumi ini, sungguh mereka akan menyesatkan mu ke jalan yg buruk"
jangan mengikuti kebanyakan mereka yang sangat bangga punya pacar, padahal belom tentu jadi pasangan hidupnya... (itu semua tipu daya, bukan mengejar kebahagian di waktu muda, tapi mengejar neraka di waktu muda) naudzubillahimindzalik
.
bersabar aja.... insyaAllah.. Allah akan memberikan yg TERBAIK kpd kalian
Bismillah !!!
.
#maap dek, ambil poto diem2, abis sendalnya keren :vvv
Copas
- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنَّ مِنْ أَزْوَاجِكُمْ وَأَوْلادِكُمْ عَدُوّاً لَكُمْ فَاحْذَرُوهُمْ
“Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya di antara isteri-isterimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu, maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka…” (QS At Taghaabun: 14)
Makna “menjadi musuh bagimu” adalah melalaikan kamu dari melakukan amal shaleh dan bisa menjerumuskanmu ke dalam perbuatan maksiat kepada Allah Ta’ala. (Lihat Tafsir Ibnu Katsir, 4/482)
Kita dapati kebanyakan orang salah menempatkan arti cinta dan kasih sayang kepada istri dan anak-anak, dengan menuruti semua keinginan mereka meskipun dalam hal-hal yang bertentangan dengan syariat Islam, yang pada gilirannya justru akan mencelakakan dan merusak kebahagiaan hidup mereka sendiri.
Sewaktu menafsirkan ayat di atas, Syaikh ‘Abdurrahman As Sa’di berkata, “…Karena jiwa manusia memiliki fitrah untuk cinta kepada istri dan anak-anak, maka (dalam ayat ini) Allah Ta’ala memperingatkan hamba-hamba-Nya agar (jangan sampai) kecintaan ini menjadikan mereka menuruti semua keinginan istri dan anak-anak mereka dalam hal-hal yang dilarang dalam syariat. Allah memotivasi hamba-hamba-Nya untuk (selalu) melaksanakan perintah-perintah-Nya dan mendahulukan keridhaan-Nya…” (Taisiirul Kariimir Rahmaan, hal. 637)
Oleh karena itulah, seorang suami dan bapak yang benar-benar menginginkan kebaikan dalam keluarganya hendaknya menyadari kedudukannya sebagai pemimpin dalam rumah tangganya, sehingga dia tidak membiarkan terjadinya penyimpangan syariat dalam keluarganya, karena semua itu akan diminta pertanggungg jawabannya pada hari kiamat kelak. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“ألا كلكم راع وكلكم مسئول عن رعيته، … والرجل راع على أهل بيته وهو مسئول عنهم”
“Ketahuilah, kalian semua adalah pemimpin dan kalian semua akan dimintai pertanggungjawaban tentang apa yang dipimpinnya. Seorang suami adalah pemimpin (keluarganya) dan dia akan dimintai pertanggungjawaban tentang (perbuatan) mereka.” (HSR. Al-Bukhari no. 2278 dan Muslim no. 1829)
Ancaman keras bagi orang yang membiarkan perbuatan maksiat dalam keluarganya
Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Abdullah bin Umar radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“ثلاثة لا ينظر الله عز وجل إليهم يوم القيامة: العاق لوالديه, والمرأة المترجلة, والديوث…”
“Ada tiga golongan manusia yang tidak akan dilihat oleh Allah (dengan pandangan kasih sayang) pada hari kiamat nanti, yaitu: orang yang durhaka kepada kedua orang tuanya, perempuan yang menyerupai laki-laki, dan ad-dayyuts…” (HR. An-Nasa-i, no. 2562, Ahmad, 2/134 dan lain-lain. Dishahihkan oleh Adz-Dzahabi dalam Kitabul Kaba-ir, hal. 55 dan dihasankan oleh syaikh al-Albani dalam Silsilatul Ahaaditsish Shahihah, no. 284. Lihat Tafsir Ibnu Katsir, 1/498 mengenai makna hadits ini)
Makna ad-dayyuts adalah seorang suami atau bapak yang membiarkan terjadinya perbuatan buruk dalam keluarganya (Lihat Fathul Baari, 10/406. Makna ini disebutkan dalam riwayat lain dari hadits di atas dalam Musnad Imam Ahmad, 2/69. Akan tetapi sanadnya lemah karena adanya seorang perawi yang majhul/tidak dikenal. Lihat Silsilatul Ahaaditsish Shahihah, 2/284).
Lawannya adalah al-gayur, yaitu orang yang memiliki kecemburuan besar terhadap keluarganya sehingga dia tidak membiarkan mereka berbuat maksiat. (Lihat Tuhfatul Ahwadzi, 9/357)
Ancaman keras dalam hadits ini menunjukkan bahwa perbuatan ini termasuk dosa besar yang sangat dimurkai oleh Allah Ta’ala, karena termasuk ciri-ciri dosa besar adalah jika perbuatan tersebut diancam akan mendapatkan balasan di akhirat nanti, baik berupa siksaan, kemurkaan Allah ataupun ancaman keras lainnya. (Lihat Kitabul Kaba-ir, hal. 4)
Oleh karena itulah, Imam Adz-Dzahabi mencantumkan perbuatan ini dalam kitab beliau “Al-Kaba-ir” (hal. 55), dan beliau berkata setelah membawakan hadits di atas: “Dalam hadits ini (terdapat dalil yang menunjukkan) bahwa tiga perbuatan tersebut termasuk dosa-dosa besar.” (Dinukil oleh Al-Munawi dalam Faidhul Qadiir, 3/327. Ucapan ini tidak kami dapati dalam dua cetakan kitab Al-Kaba-ir yang ada pada kami)
Dampak negatif perbuatan ini
Ancaman keras terhadap perbuatan ini yang disebutkan dalam hadits di atas adalah sangat wajar jika kita mengamati dampak buruk yang ditimbulkan oleh perbuatan ini. Karena perbuatan ini di samping akan berakibat merusak agama seseorang, juga akan merusak agama dan akhlak anggota kelurganya. Adapun kerusakan bagi agama seseorang, karena perbuatan ini akan menghilangkan atau minimal melemahkan sifat ghirah (kecemburuan karena kebaikan dalam agama), yang merupakan pendorong kebaikan dalam diri seorang hamba.
Imam Ibnul Qayyim ketika menjelaskan dampak buruk perbuatan maksiat, di antaranya perbuatan ad-diyatsah/ad-dayytus (membiarkan perbuatan buruk dalam keluarga) yang timbul karena lemah atau hilangnya sifat ghirah dalam hati pelakunya, beliau berkata, “…Oleh karena itulah, ad-dayyuts adalah makhluk Allah yang paling buruk dan diharamkan baginya masuk surga, demikian juga orang yang membolehkan dan menganggap baik perbuatan zhalim dan melampaui batas bagi orang lain. Maka perhatikanlah akibat yang ditimbulkan karena lemahnya sifat ghirah (dalam diri seseorang). Ini semua menunjukkan bahwa asal (pokok) agama (seseorang) adalah sifat ghiroh. Barangsiapa yang tidak memiliki sifat ghirah maka berarti dia tidak memiliki agama (iman). Karena sifat inilah yang akan menghidupkan hati (manusia) yang kemudian menghidupkan (kebaikan pada) anggota badannya, sehingga anggota badannya akan menolak (semua) perbuatan buruk dan keji (dari diri orang tersebut). Sebaliknya, hilangnya sifat ghirah akan mematikan hati (manusia) yang kemudian akan mematikan (kebaikan pada) anggota badannya, sehingga sama sekali tidak ada penolak keburukan pada dirinya…” (Kitab Ad-Da-u wad Dawaa’, hal. 84)
Adapun keburukan terhadap agama istri dan anak-anaknya, dengan membiarkan atau menuruti keinginan mereka dalam hal-hal yang bertentangan dengan syariat, ini berarti menjerumuskan mereka ke dalam jurang kehancuran. anak-anak, jika tidak diarahkan kepada kebaikan dan dibiarkan larut dalam maksiat, maka tentu mereka akan terbiasa dan menganggap remeh maksiat tersebut sampai mereka dewasa.
Seorang penyair berkata:
Anak kecil itu akan tumbuh dewasa di atas apa yang terbiasa (didapatkannya) dari orang tuanya
Sesungguhnya di atas akarnyalah pohon itu akan tumbuh (Adabud Dunya wad Diin, hal. 334)
Senada dengan syair di atas ada pepatah arab yang mengatakan:
“Barangsiapa yang ketika muda terbiasa melakukan sesuatu maka ketika tuapun dia akan terus melakukannya.” (Dinukil dan dibenarkan oleh syaikh Muhammad bin Shaleh Al ‘Utsaimin dalam Majmu’atul as-Ilah Tahummul Usratal Muslimah, hal. 43)
Nasehat untuk para kepala keluarga
Seorang suami dan bapak yang benar-benar mencintai dan menyayangi istri dan anak-anaknya, hendaknya menyadari bahwa cinta dan kasih sayang sejati terhadap mereka tidak hanya diwujudkan dengan mencukupi kebutuhan duniawi dan fasilitas hidup mereka. Akan tetapi, yang lebih penting dari semua itu adalah pemenuhan kebutuhan rohani mereka terhadap pengajaran dan bimbingan agama yang bersumber dari petunjuk Al Qur’an dan Sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Inilah bukti cinta dan kasih sayang yang sebenarnya, karena diwujudkan dengan sesuatu yang bermanfaat dan kekal di dunia dan di akhirat nanti.
Karena pentingnya hal ini, Allah Ta’ala mengingatkan secara khusus kewajiban para kepala keluarga ini dalam firman-Nya,
{يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَاراً وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ}
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu.” (QS At Tahriim: 6)
‘Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu ketika menafsirkan ayat di atas berkata, “(Maknanya): Ajarkanlah kebaikan untuk dirimu dan keluargamu.” (Diriwayatkan oleh al-Hakim dalam Al-Mustadrak, 2/535. Dishahihkan oleh Al Hakim sendiri dan disepakati oleh Adz-Dzahabi)
Syaikh Abdurrahman As-Sa’di berkata, “Memelihara diri (dari api neraka) adalah dengan mewajibkan bagi diri sendiri untuk melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya, serta bertobat dari semua perbuatan yang menyebabkan kemurkaan dan siksa-Nya. Adapun memelihara istri dan anak-anak (dari api neraka) adalah dengan mendidik dan mengajarkan kepada mereka (syariat Islam), serta memaksa mereka untuk (melaksanakan) perintah Allah. Maka seorang hamba tidak akan selamat (dari siksaan neraka) kecuali jika dia (benar-benar) melaksanakan perintah Allah (dalam ayat ini) pada dirinya sendiri dan pada orang-orang yang berada di bawah kekuasaan dan tanggung jawabnya.” (Taisiirul Kariimir Rahmaan, hal. 640)
Kemudian, hendaknya seorang kepala keluarga menyadari bahwa dengan melaksanakan perintah Allah Ta’ala ini, berarti dia telah mengusahakan kebaikan besar dalam rumah tangganya, yang dengan ini akan banyak masalah dalam keluarganya yang teratasi, baik masalah di antara dia dengan istrinya, dengan anak-anaknya atau pun di antara sesama keluarganya. Bukankah penyebab terjadinya bencana secara umum, termasuk bencana dalam rumah tangga, adalah perbuatan maksiat manusia[?] Allah Ta’ala berfirman,
{وَمَا أَصَابَكُمْ مِنْ مُصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ وَيَعْفُو عَنْ كَثِيرٍ}
“Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan (dosa)mu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu)” (QS Asy Syuura: 30)
Akhirnya, kami menutup tulisan ini dengan berdoa kepada Allah agar Dia senantiasa melimpahkan taufik-Nya kepada kita semua dalam menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya pada diri kita sendiri maupun keluarga kita.
Ya Rabb kami, anugerahkanlah kepada kami isteri-isteri dan keturunan kami sebagai penyejuk (pandangan) mata (kami), dan jadikanlah kami pemimpin bagi orang-orang yang bertakwa
وصلى الله وسلم وبارك على نبينا محمد وآله وصحبه أجمعين، وآخر دعوانا أن الحمد لله رب العالمين
Kota Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, 3 Rabi’ul awal 1430 H
***
Penulis:  Ustadz Abdullah bin Taslim Al-Buthoni, Lc.

Hukum Memilih Pemimpin Muslim

Februari 08, 2017 Add Comment
Jamuan (Al-Mā'idah):51 - Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin(mu); sebahagian mereka adalah pemimpin bagi sebahagian yang lain. Barangsiapa diantara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim.

Ramainya persoalan penistaan agama yang dilakukan oleh Ahok banyak orang yang tersadar dan tahu bahwa ada ayat yang secara jelas dan gamblang melarang orang yang beriman untuk menjadikan orang Nasrani dan Yahudi untuk menjadi pemimpin orang Islam.
Agama adalah salah satu hak asasi manusia yang paling dasar karena menyangkut masalah keyakinan. Sebagaimana orang muslim meyakini kebenaran Al-Qur'an yang melarang orang yang beriman untuk memilih pemimpin non muslim.
Dalam surat Al-Maidah ayat 51 secara jelas ayat tersebut ditujukan kepada orang yang beriman (Muslim) untuk memilih pemimpin muslim. Jadi bagi orang yang tidak beriman (non muslim) ayat tersebut bukan ditujukan kepada anda.
Terus bagaimana dengan orang Islam yang tidak meyakini ayat ini dengan tetap memilih pemimpin non muslim.
Perlu ditegaskan kembali ayat di atas ditujukan untuk orang yang beriman, jadi jika ada orang yang mengaku Islam tetapi tidak mempercayai kebenaran Al-Qur'an maka perlu dipertanyakan kembali apakah dia masih beriman apa tidak.
Hidup tenang dan nyaman adalah dambaan setiap orang. Meskipun bisa jadi semuanya penuh dengan kesederhanaan. Apalah artinya ketika orang memiliki banyak harta, namun hatinya tidak pernah tenang, selalu ketakutan, kebingungan, bahkan sering gregetan. Dia punya harta tapi tidak bisa menikmati hidupnya.
Karena itulah, negara yang aman, meskipun fasilitasnya terbatas, lebih menyanangkan dibandingkan negara penuh konflik meskipun ada banyak fasilitas kelihatan di depan mata.
Kita bisa simak penuturan sahabat Amr bin Ash radhiyallahu ‘anhu ketika menasehati putranya,
يا بني احفظ عني ما أوصيك به: إمام عدل خير من مطر وبل…
Wahai anakku, jaga baik-baik pesanku kepadamu, pemimpin yang adil lebih baik dari pada hujan dan gerimis… (al-Adab as-Syar’iyah, Ibnu Muflih, 1/176).
Hujan dan gerimis sangat dibutuhkan banyak orang. Terutama orang iklim gurun. Meskipun demikian, memiliki negara yang aman, dipimpin oleh pemimpin yang adil, lebih baik dari pada hujan. Karena ketenangan lebih dibutuhkan dari pada fasilitas.
Apa yang bisa anda bayangkan ketika anda menjadi orang yang sangat kaya raya, namun anda tinggal di suriah? Apa yang anda bayangkan ketika anda memiliki puluhan rumah, ratusan mobil, namun anda selalu was-was karena negara anda sangat rentan dengan chaos? Apalah artinya orang punya banyak fasilitas, infrastruktur lengkap, tapi negaranya selalu konflik.
Prestasi seorang pemimpin tidak hanya dilihat dari seberapa jauh dia menggalakkan pembangunan infrastruktur. Karena memang ini kewajiban mereka untuk mengalokasikan dana rakyat. Siapapun gubernur berkewajiban melakukannya. Namun yang kita pikirkan adalah apa artinya punya infrastruktur, tapi rakyat selalu tidak tenang, karena dibuat gregetan oleh arogansi gubernurnya…
Semua rakyat mendampakan ketenangan… kenyamanan… sehingga mereka bisa beraktivitas dengan senang. Anda punya harta, punya banyak fasilitas, tidak akan ada artinya ketika anda selalu merasa sakit hati dengan tingkah laku pemimpin anda.
Jadikan pengalaman sebagai pelajaran… Dulu dia bisa arogan, karena merasa punya kekuasaan… saat ini dia berusaha memelas, karena dia butuh belas kasihan rakyatnya. Dia butuh dukungan dari masyarakat.
Di Indonesia, siapapun pemimpinnya pasti akan selalu ada pembangunan… tapi tidak semua pemimpin bisa membuat negaranya menjadi semakin aman dan nyaman…
Semoga sejarah kelam tidak terulang kembali.

Apa Rahasia Bersin dan Menguap

Januari 18, 2017 Add Comment
Islam adalah agama yang telah menjelaskan adab berbagai hal sampai-sampai dalam hal yang kecil dan sederhana, semisal dalam hal bersin dan menguap. Ada adab yang Islam ajarkan dalam dua aktivitas tersebut. Adab yang Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam ajarkan ini telah dibuktikan ampuhnya oleh para dokter. Sungguh ini adalah mukjizat yang luar biasa.
Mengenai menguap terdapat hadits dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda,
إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْعُطَاسَ وَيَكْرَهُ التَّثَاؤُبَ فَإِذَا عَطَسَ فَحَمِدَ اللَّهَ فَحَقٌّ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ سَمِعَهُ أَنْ يُشَمِّتَهُ وَأَمَّا التَّثَاؤُبُ فَإِنَّمَا هُوَ مِنْ الشَّيْطَانِ فَلْيَرُدَّهُ مَا اسْتَطَاعَ فَإِذَا قَالَ هَا ضَحِكَ مِنْهُ الشَّيْطَانُ
“Sesungguhnya Allah menyukai bersin dan membenci menguap. Karenanya apabila salah seorang dari kalian bersin lalu dia memuji Allah, maka kewajiban atas setiap muslim yang mendengarnya untuk mentasymitnya (mengucapkan yarhamukallah). Adapun menguap, maka dia tidaklah datang kecuali dari setan. Karenanya hendaklah menahan menguap semampunya. Jika dia sampai mengucapkan ‘haaah’, maka setan akan menertawainya.” (HR. Bukhari no. 6223 dan Muslim no. 2994)
Dari Abu Sa’id Al-Khudri radhiallahu anhu, dia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِذَا تَثَاوَبَ أَحَدُكُمْ فَلْيُمْسِكْ بِيَدِهِ عَلَى فِيهِ فَإِنَّ الشَّيْطَانَ يَدْخُلُ
“Bila salah seorang dari kalian menguap maka hendaklah dia menahan mulutnya dengan tangannya karena sesungguhnya setan akan masuk.” (HR. Muslim no. 2995)
Imam Ibnu Hajar berkata, “Imam Al-Khathabi mengatakan bahwa makna cinta dan benci pada hadits di atas dikembalikan kepada sebab yang termaktub dalam hadits itu. Yaitu bahwa bersin terjadi karena badan yang kering dan pori-pori kulit terbuka, dan tidak tercapainya rasa kenyang. Ini berbeda dengan orang yang menguap. Menguap terjadi karena badan yang kekenyangan, dan badan terasa berat untuk beraktivitas, hal ini karena banyaknya makan . Bersin bisa menggerakkan orang untuk bisa beribadah, sedangkan menguap menjadikan orang itu malas (Fathul Baari, 10/607)
Adapun mengenai bersin, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjelaskan bagaimana seseorang yang mendengar orang yang bersin dan memuji Allah agar membalas pujian tersebut. Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,  beliau bersabda,
إِذَا عَطَسَ أَحَدُكُمْ فَلْيَقُلْ الْحَمْدُ لِلَّهِ وَلْيَقُلْ لَهُ أَخُوهُ أَوْ صَاحِبُهُ يَرْحَمُكَ اللَّهُ فَإِذَا قَالَ لَهُ يَرْحَمُكَ اللَّهُ فَلْيَقُلْ يَهْدِيكُمُ اللَّهُ وَيُصْلِحُ بَالَكُمْ
“Ababila salah seorang dari kalian bersin, hendaknya dia mengucapkan, “alhamdulillah” sedangkan saudaranya atau temannya hendaklah mengucapkan, “yarhamukallah (Semoga Allah merahmatimu). Jika saudaranya berkata ‘yarhamukallah’ maka hendaknya dia berkata, “yahdikumullah wa yushlih baalakum (Semoga Allah memberimu petunjuk dan memperbaiki hatimu).” (HR. Bukhari no. 6224 dan Muslim no. 5033)
Dari Abu Musa Al-Asy’ari radhiallahu anhu, beliau berkata bahwa beliau mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِذَا عَطَسَ أَحَدُكُمْ فَحَمِدَ اللَّهَ فَشَمِّتُوهُ فَإِنْ لَمْ يَحْمَدْ اللَّهَ فَلَا تُشَمِّتُوهُ
“Bila salah seorang dari kalian bersin lalu memuji Allah maka tasymitlah dia. Tapi bila dia tidak memuji Allah, maka jangan kamu tasymit dia.” (HR. Muslim no. 2992). Tasymit adalah mengucapkan ‘yarhamukallah’.
Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, dia berkata:
أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ إِذَا عَطَسَ غَطَّى وَجْهَهُ بِيَدِهِ أَوْ بِثَوْبِهِ وَغَضَّ بِهَا صَوْتَهُ
“Apabila Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersin, beliau menutup wajahnya dengan tangan atau kainnya sambil merendahkan suaranya.” (HR. Abu Daud no. 5029, At-Tirmizi no. 2745, dan dinyatakan shahih oleh Al-Albani dalam Shahih Al-Jami’ no. 4755)
Para dokter di zaman sekarang mengatakan, “Menguap adalah gejala yang menunjukkan bahwa otak dan tubuh orang tersebut membutuhkan oksigen dan nutrisi; dan karena organ pernafasan kurang dalam menyuplai oksigen kepada otak dan tubuh. Dan hal ini terjadi ketika kita sedang kantuk atau pusing, lesu, dan orang yang sedang menghadapi kematian. Dan menguap adalah aktivitas menghirup udara dalam-dalam melalui mulut dan bukan mulut dengan cara biasa menarik nafas dalam-dalam. Karena mulut bukanlah organ yang disiapkan untuk menyaring udara seperti hidung. Apabila mulut tetap dalam keadaan terbuka ketika menguap, maka masuk juga berbagai jenis mikroba dan debu, atau kutu bersamaan dengan masuknya udara ke dalam tubuh. Oleh karena itu, datang petunjuk nabawi yang mulia agar kita melawan “menguap” ini sekuat kemampuan kita, atau pun menutup mulut saat menguap dengan tangan kanan atau pun dengan punggung tangan kiri.
Bersin adalah lawan dari menguap yaitu keluarnya udara dengan keras, kuat disertai hentakan melalui dua lubang: hidung dan mulut. Maka akan terkuras dari badan bersamaan dengan bersin ini sejumlah hal seperti debu, haba’ (sesuatu yang sangat kecil, di udara, yang hanya terlihat ketika ada sinar matahari), atau kutu, atau mikroba yang terkadang masuk ke dalam organ pernafasan. Oleh karena itu, secara tabiat, bersin datang dari Yang Maha Rahman (Pengasih), sebab padanya terdapat manfaat yang besar bagi tubuh. Dan menguap datang dari syaithan sebab ia mendatangkan bahaya bagi tubuh. Dan atas setiap orang hendaklah memuji Allah Yang Maha Suci Lagi Maha Tinggi ketika dia bersin, dan agar meminta perlindungan kepada Allah dari syaitan yang terkutuk ketika sedang menguap (Lihat Al-Haqa’iq Al-Thabiyah fii Al-Islam: hal 155, dinukil dari web www.alsofwah.or.id)
Subhanallah … Sungguh luar biasa mukjizat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang memerintahkan kita berbagai adab ketika bersin dan menguap. Amalkanlah adab bersin dan menguap seperti yang diperintahkan dalam berbagai hadits di atas sehingga kita pun bisa raih barokahnya.
Wallahu waliyyut taufiq.

Ciri-ciri Suami Mudah Rezeki

Januari 10, 2017 Add Comment
Kewajiban mencari rezeki ada di pundak suami. Suamilah yang harus memenuhi nafkah istri, anak-anak dan keluarganya sesuai dengan kemampuannya. Suami adalah pemimpin dalam keluarga, teladan istri dan anak-anaknya. Suami yang baik akan mendidik istrinya menjadi wanita salehah dan mendidik anak-anaknya menjadi anak yang saleh. Lalu bagaimana ciri-ciri suami yang mudah rezeki itu?
Ciri-ciri suami yang mudah rezeki
Suami yang taat pada Allah dan RasulNya. Taat jika didefenisikan adalah mau menerima, mau mengikuti dan mau melaksanakan. Suami yang taat akan menjalankan agama dengan sebenar-benarnya, melakukan apa yang diperintahkan Allah dan menjauhi laranganNya. Suami seperti ini akan terhindar dari murka Allah SWT dan tidak lupa mensyukuri nikmat dan rezeki yang diterimanya, sehingga nikmat/rezeki itu selalu bertambah dan berkembang sehingga tercapai kehidupan yang bahagia di dunia dan di akhirat. Firman Allah SWT, " Dan barangsiapa yang taat kepada Allah dan rasulNya dan takut kepada Allah dan bertakwa kepadaNya, maka mereka adala orang-orang yang mendapat kemenangan (Q.S. An Nuur : 52)
Menjalankan kewajibannya dan giat mencari nafkah bagi keluarganya. Suami yang mencari nafkah menyadari tanggung jawabnya untuk memenuhi kebutuhan istri dan anak-anaknya. Suami yang mencari rezeki yang baik dan halal akan dimudahkan dan ditambah jumlahnya oleh Allah karena melalui tangannya rezeki istri dna anak-anaknya dititipkan. " Dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada istrinya dengan cara yang ma'ruf. (Q.S. Al Baqarah : 233). Cara yang ma'ruf itu bagaimana? Yaitu yang sewajarnya, tidak berlebih-lebihan dan juga tidak pelit, disesuaikan dengan kemampuannya.
Mempergauli isterinya dengan baik. Rasulullah SAW bersabda " Orang Mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya. Dan sebaik-baik kalian adalah yang paling baik terhadap isterinya." (H.R.Tirmidzi). Di hadits lain juga disebutkan, "Bertakwalah kepada Allah dalam memperlakukan para wanita, karena kalian telah mengambil mereka (sebagai isteri) dengan perjanjian Allah dan menghalalkan hubungan suami isteri dengan kalimat Allah (H.R, Muslim dari Jabir). Mempergauli isteri dengan baik artinya tidak menyakiti, tidak kasar dan zalim pada isterinya, tidak menangguhkan hak isteri padahal mampu serta menampakkan wajah manis dan ceria di depan isteri. "Dan bergaullah dengan mereka secara baik." (Q.S. An Nisa : 19). Mengenai surah ini Ibnu Katsir rahimahumullah berkata, " Berkatalah yang baik kepada isteri kalian, perbaguslah amalan dan tingkah laku kalian kepada isteri. Berbuat baiklah sebagaimana kalian suka jika isteri kalian bertingkah laku demikian. Suami yang mempergauli isterinya dengan baik akan berpengaruh pada kebahagiaan isterinya, Isteri yang bahagia itu menarik hal-hal yang postif dalam rumah tangga, termasuk rezeki.
Setia pada isterinya. Jika syahadat adalah janji setia pada Allah, Tuhan semesta alam, maka pernikahan adalah janji setia seorang suami bukan hanya kepada isterinya, belahan jiwa dan penyempurna dirinya tapi juga pada Allah."Bertakwalah kepada Allah pada (penunaian hak-hak) para wanita karena kalian sesungguhnya telah mengambil mereka dengan amanah Allah SWT . Dan kalian menghalalkan kemaluan mereka dengan kalimat Allah. Kewajiban isteri bagi kalian adalah tidak boleh permadani kalian ditempati oleh seorang pun yang kalian tidak sukai. Jika mereka melakukan yang demikian, pukullah dengan pukulan yang tidak menyakiti. Kewajiban kalian pada isteri kalian adalah memberi mereka nafkah dan pakaian dengan cara yang ma'ruf (H.R. Muslim). Suami yang setia akan mendapatkan balasan kesetiaan dan ketaatan dari isterinya pula, menghasilkan rumah tangga yang sakinah dan berezeki baik. Bukankah ketenangan adalah rezeki yang paling utama dari Allah? Suami isteri yang saling menjaga kesetiaan akan memberikan ketenangan di hati masing-masing. Suami tenang mencari rezeki di luar rumah dan isteri dengan tenang menunggu suaminya pulang dan ikhlas dengan pemberian suaminya.
Memiliki rasa cemburu yang wajar terhadap isterinya. Suami harus memiliki rasa cemburu pada isteri tapi rasa cemburunya harus yang wajar dan terpuji. Cemburu yang terpuji adalah cemburu yang tidak melampaui batas, sedangkan cemburu yang tercela adalah yang melampaui batas dan mendorong pelakunya untuk memfitnah /menuduh isterinya melakukan perbuatan tercela. Suami yang memiliki rasa cemburu yang besar dan tidak mempercayai isterinya tidak bisa mencari rezeki dengan tenang, tidak bisa fokus beribadah karena pikirannya selalu tertuju pada isterinya. Akhirnya bisa terjerumus dalam dosa karena dibakar cemburu. "Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, seseungguhnya sebagian dari prasangka itu adalah dosa." (Q.S. Al Hujurat : 12). Dosa adalah penghalang rezeki yang paling utama.
Mampu memberikan pengertian dan bimbingan agama kepada isterinya dan menyuruhnya untuk selalu taat pada Allah dan Rasulnya. Kewajiban suami selain memberi nafkah pada juga wajib mendidik isterinya agar senantiasa taat pada Allah. "Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu, penjaganya adalah malaikat-malaikat yang kasar yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkanNya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan. (Q.S. At Tahrim : 6). Suami yang mendidik isterinya dengan baik akan menjadikan isteri salehah. Isteri yang salehah akan mendidik anak-anak yang salehah juga. Bersama-sama mereka yang selalu mendoakan kelancaran usaha, peruntungan dan rezeki suami dan orangtuanya.
Tidak membuka aib (kejelekan) isterinya pada siapapun. Ini adalah bagian cara suami menjaga kehormatan dirinya lewat menjaga kehormatan isterinya. Dari Abdurrahman bin Said ia berkata aku mendengar Abu Said Al Khudri berkata, aku mendengar Rasulullah bersabda, "Sesungguhnya orang yang paling buruk kedudukannya di sisi Allah SWT pada hari kiamat adalah suami yang menunaikan hajatnya kepada isterinya dan isteri yang menunaikan hajatnya pada suaminya, kemudian suami tersebut menceritakan rahasia isterinya". (H.R. Muslim). Suami wajib menjaga isterinya dengan baik, termasuk dari segala sesuatu yang menodai kehormatannya, menjaga harga dirinya dan menjunjung tinggi kehormatan keluarganya. Suami adalah pakaian bagi isterinya demikian pula sebaliknya, harusnya saling menutup aib masing-masing. Sebagaimana firman Allah SWT, "Mereka adalah pakaian bagimu dan kamu adalah pakaian bagi mereka." ( Baqarah : 187).  Bagaimana Allah mau melimpahkan rezeki jika seorang suami buruk kedudukannya di sisiNya?
Membuat isterinya merasa tenang hidup bersamanya. Suami bisa memaklumi dan mengerti kondisi istrinya dengan baik serta menerima kekurangan dan keterbatasan isterinya, sehingga isterinya merasa tenang hidup bersamanya. Wanita adalah mahluk emosional, bertindak secara emosional. Jadi seorang suami yang baik harus mengerti sisi emosional isterinya dengan baik. Dari Abu Hurairah, Rasulullah SAW bersabda, "Seorang mukmin tidak boleh membenci seorang mukminah. Jika ada satu perangai yang tidak disukainya, maka ada perangai lain yang disukainya "(H.R. Muslim). Isteri yang tenang jiwanya dan didukung oleh cinta dan kasih sayang suaminya akan menjadi harta dan rezeki yang paling berharga buat suaminya.
Mendidik isteri yang melakukan kesalahan dan tidak taat dengan cara yang ma'ruf. Perlakukan isteri yang melakukan kesalahan dan tidak taat pada Allah dan RasulNya serta perintah suaminya yang tidak bertentangan dengan agama. dengan cara yang baik. Cara yang tidak melukai dan menyakiti fisiknya. Pukulan yang ditujukan bukan untuk menyakiti tapi untuk mendidik. Dari Jabir bin Abdillah Rasulullah SAW bersabda, .......Takutlah kamu sekalian pada Allah SWT dalam hal kaum perempuan, karena mereka adalah amanat Allah SWT yang kamu sekalian ambil, kamu sekalian mendapatkan kehalalan farji mereka dengan kalimat Allah. Kamu sekalian harus menjaga mereka untuk kehormatan kamu sekalian dari seseorang yang kamu sekalian  tidak sukai. Jika mereka melakukan hal itu, maka pukullah mereka dengan pukulan yang tidak melukai. Menyakiti hati isteri bukan hanya fisik tapi juga jiwanya akan membuatnya menderita dan tidak bahagia. Isteri yang teraniaya itu doanya dikabulkan Allah. Bukan tidak mungkin ia mendoakan suaminya susah rezeki bukan?
Itulah 9 ciri-ciri suami yang mudah rezekinya.
Saya tutup tulisan ini dengan firman Allah " Apa saja yang Allah anugerahkan kepada manusia berupa rahmat, maka tidak ada satupun yang dapat menahannya, dan apa saja yang dapat ditahan oleh Allah maka tidak seorang pun yang sanggup melepaskannya sesudah itu. Dan Dialah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana." (Q.S.Fathir :2).
Suami yang memiliki ciri-ciri di atas yang akan membentuk keluarga yang sakinah (mendapat ketenangan), mawaddah (penuh cinta dan kasih sayang), wa rahmah (penuh dengan belas kasih). Tambahan rezeki yang diperoleh oleh keluarga sakinah mawaddah wa rahmah adalah bonus dari Allah SWT. Bahkan rumah tangga yang bahagia itupun sudah rezeki yang luar biasa dari Allah yang tidak semua keluarga mendapatkannya. Wallahu alam.

Orang yang Bermaksiat Kala Sepi

Desember 10, 2016 Add Comment


Ada seseorang yang ketika di hadapan orang banyak terlihat alim dan shalih. Namun kala sendirian, saat sepi, ia menjadi orang yang menerjang larangan Allah.

Inilah yang dapat dilihat dari para penggiat dunia maya. Ketika di keramaian atau dari komentar ia di dunia maya, ia bisa berlaku sebagai seorang alim dan shalih. Namun bukan berarti ketika dalam kesepian, ia seperti itu pula. Ketika sendirian browsing internet, ia sering bermaksiat. Pandangan dan pendengarannya tidak bisa ia jaga.

Keadaan semacam itu telah disinggung oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam jauh-jauh hari. Dalam hadits dalam salah satu kitab sunan disebutkan,

عَنْ ثَوْبَانَ عَنِ النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- أَنَّهُ قَالَ : « لأَعْلَمَنَّ أَقْوَامًا مِنْ أُمَّتِى يَأْتُونَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِحَسَنَاتٍ أَمْثَالِ جِبَالِ تِهَامَةَ بِيضًا فَيَجْعَلُهَا اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ هَبَاءً مَنْثُورًا ». قَالَ ثَوْبَانُ : يَا رَسُولَ اللَّهِ صِفْهُمْ لَنَا جَلِّهِمْ لَنَا أَنْ لاَ نَكُونَ مِنْهُمْ وَنَحْنُ لاَ نَعْلَمُ. قَالَ : « أَمَا إِنَّهُمْ إِخْوَانُكُمْ وَمِنْ جِلْدَتِكُمْ وَيَأْخُذُونَ مِنَ اللَّيْلِ كَمَا تَأْخُذُونَ وَلَكِنَّهُمْ أَقْوَامٌ إِذَا خَلَوْا بِمَحَارِمِ اللَّهِ انْتَهَكُوهَا »

Dari Tsauban, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, ia berkata, “Sungguh aku mengetahui suatu kaum dari umatku datang pada hari kiamat dengan banyak kebaikan semisal Gunung Tihamah. Namun Allah menjadikan kebaikan tersebut menjadi debu yang bertebaran.” Tsauban berkata, “Wahai Rasulullah, coba sebutkan sifat-sifat mereka pada kami supaya kami tidak menjadi seperti mereka sedangkan kami tidak mengetahuinya.”

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Adapun mereka adalah saudara kalian. Kulit mereka sama dengan kulit kalian. Mereka menghidupkan malam (dengan ibadah) seperti kalian. Akan tetapi mereka adalah kaum yang jika bersepian mereka merobek tirai untuk bisa bermaksiat pada Allah.” (HR. Ibnu Majah no. 4245. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa sanad hadits ini hasan). Ibnu Majah membawakan hadits di atas dalam Bab “Mengingat Dosa”.

Hadits di atas semakna dengan ayat,

يَسْتَخْفُونَ مِنَ النَّاسِ وَلَا يَسْتَخْفُونَ مِنَ اللَّهِ وَهُوَ مَعَهُمْ إِذْ يُبَيِّتُونَ مَا لَا يَرْضَى مِنَ الْقَوْلِ وَكَانَ اللَّهُ بِمَا يَعْمَلُونَ مُحِيطًا

“Mereka bersembunyi dari manusia, tetapi mereka tidak bersembunyi dari Allah, padahal Allah beserta mereka, ketika pada suatu malam mereka menetapkan keputusan rahasia yang Allah tidak ridhai. Dan adalah Allah Maha Meliputi (ilmu-Nya) terhadap apa yang mereka kerjakan.” (QS. An-Nisa’: 108). Walaupun dalam ayat tidak disebutkan tentang hancurnya amalan.

Ada beberapa makna dari hadits Tsauban yang kami sebutkan di atas:
Pertama:

Hadits tersebut menunjukkan keadaan orang munafik, walaupun kemunafikan yang ia perbuat adalah kemunafikan dari sisi amal, bukan i’tiqad (keyakinan). Sedangkan hadits Abu Hurairah berikut dimaksudkan pada kaum muslimin.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, beliau mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

كُلُّ أُمَّتِى مُعَافًى إِلاَّ الْمُجَاهِرِينَ ، وَإِنَّ مِنَ الْمَجَانَةِ أَنْ يَعْمَلَ الرَّجُلُ بِاللَّيْلِ عَمَلاً ، ثُمَّ يُصْبِحَ وَقَدْ سَتَرَهُ اللَّهُ ، فَيَقُولَ يَا فُلاَنُ عَمِلْتُ الْبَارِحَةَ كَذَا وَكَذَا ، وَقَدْ بَاتَ يَسْتُرُهُ رَبُّهُ وَيُصْبِحُ يَكْشِفُ سِتْرَ اللَّهِ عَنْهُ

“Setiap umatku dimaafkan kecuali orang yang terang-terangan dalam bermaksiat. Yaitu seseorang yang telah berbuat dosa di malam hari lantas di pagi harinya ia berkata bahwa ia telah berbuat dosa ini dan itu padahal Allah telah menutupi dosanya. Pada malam harinya, Allah telah menutupi aibnya, namun di pagi harinya ia membuka sendiri aib yang telah Allah tutupi.” (HR. Bukhari no. 6069 dan Muslim no. 2990)

Ibnu Hajar Al-Haitami mengatakan dalam Az-Zawajir ‘an Iqtiraf Al-Kabair (2: 764) mengenai dosa besar no. 356, “Termasuk dosa besar adalah dosa yang dilakukan oleh orang yang menampakkan keshalihan, lantas ia menerjang larangan Allah. Walau dosa yang diterjang adalah dosa kecil dan dilakukan di kesepian. Ada hadits dari Ibnu Majah dengan sanad berisi perawi tsiqah (kredibel) dari Tsauban radhiyallahu ‘anhu, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda, “Sungguh aku mengetahui suatu kaum dari umatku datang pada hari kiamat dengan banyak kebaikan …” Karena kebiasaan orang shalih adalah menampakkan lahiriyah. Kalau maksiat dilakukan oleh orang shalih walaupun sembunyi-sembunyi, tentu mudharatnya besar dan akan mengelabui kaum muslimin. Maksiat yang orang shalih terjang tersebut adalah tanda hilangnya ketakwaan dan rasa takutnya pada Allah.”
Kedua:

Yang dimaksud dalam hadits Tsauban dengan bersendirian dalam maksiat pada Allah tidak berarti maksiat tersebut dilakukan di rumah seorang diri, tanpa ada yang melihat. Bahkan boleh jadi maksiat tersebut dilakukan dengan jama’ahnya atau orang yang setipe dengannya.

Syaikh Al-Albani menyatakan bahwa yang dimaksud dalam hadits bukanlah melakukan maksiat sembunyi-sembunyi. Namun ketika ada kesempatan baginya untuk bermaksiat, ia menerjangnya. (Silsilah Al-Huda wa An-Nuur no. 226)
Ketiga:

Makna hadits Tsauban adalah bagi orang yang menghalalkan dosa atau menganggap remeh dosa tersebut.

Syaikh Muhammad Al-Mukhtar Asy-Syinqithi berkata, ada orang yang melakukan maksiat sembunyi-sembunyi namun penuh penyesalan. Orang tersebut bukanlah orang yang merobek tabir untuk menerjang yang haram. Karena asalnya orang semacam itu mengagungkan syari’at Allah. Namun ia terkalahkan dengan syahwatnya. Adapun yang bermaksiat lainnya, ia melakukan maksiat dalam keadaan berani (menganggap remeh dosa, pen.). Itulah yang membuat amalannya terhapus. (Syarh Zaad Al-Mustaqni’, no pelajaran 332)

Semoga kita dapat menjauhi dosa dan maksiat di kala sepi dan kala terang-terangan. Jadikan, nasihat ini terutama untuk setiap diri kita pribadi.

Sumber : https://rumaysho.com/11477-orang-yang-bermaksiat-kala-sepi.html

Konsep Masyarakat Madani dalam Islam

Desember 09, 2016 Add Comment
Masyarakat Madani atau masyarakat beradab adalah suatu kelompok individu dalam satu wilayah tertentu yang mendapatkan keadilan dan keseimbangan dalam hal kesejahteraan kehidupan sesuai dengan fitrah manusia sebagai hamba Allah SWT yang mempunyai kewajiban dan amanah dari Allah SWT untuk menegakan keadilan dengan hukum yang berlaku di negara nya. Selain itu adanya perbedaan suku, ras, keturunan, etnis dan lain-lain, tidak menjadikan perbedaan menjadi masalah dalam kehidupan bermasyarakat.
Masyarakat madani pada hakikatnya adalah reformasi terhadap segala praktik yang merendahkan nilai-nilai manusia. Masyarakat madani yang dideklarasikan oleh nabi Muhammad adalah merupakan reformasi terhadap masyarakat Jahilliyah. Seperti yang diketahui bahwa masyarakat jahilliyah adalah masyarakat yang mempraktikkan ketidakadilan dan pengingkaran terhadap harkat dan martabat kemanusiaan. Praktik penindasan dilakukan secara sistematis terhadap orang miskin dan merupakan suatu hal yang biasa dilakukan.
Merujuk pada prinsip-prinsip masyarakat Madani atau masyarakat beradab dan sejahtera yang dibangun oleh Rasulullah Muhammad SAW, maka perlu adanya unsur-unsur sikap Keadilan, Supremasi hukum, Persaamaan(Egalitarianisme), Pluralisme(Kemajemukan), dan Pengawasan sosial. 
Berikut adalah beberapa riwayat yang mendukung prinsip-prinsip masyarakat madani yang terkandung dalam AL-Qur’an dan Al- hadist,

1.Keadilan
Dalam islam sudah diterangkan dalam al-Qur’an dan Al- hadistnya tentang aspek kehidupan dalam bermasyarakat,seperti pada QS.AL-Takaatsur ayat 1-8 dan QS.AL-Humazah ayat 1-9 yang menjelaskan tentang para pengumpat dan pencela yg mengumpulkan harta benda dan menghitung hitungnya ,ia mengira bahwa hartanya akan mengekalkannya.
2.Supremasi Hukum
QS.An-nisaa ayat 58 dan QS.AL-Maai’dah ayat 8 yang menerangkan tentang hukum Islam,pentingnya berlaku adil terhadap siapapun tanpa pandang bulu, bahkan terhadap orang yang membenci kita sekalipun, kita harus berlaku adil, karena sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa-apa yang kita kerjakan.

3.Egalitarianisme(persamaan)
Al-Qur’an dan Al- hadistnya QS.AL-Hujuraat ayat 13 yang menerangkan bahwa sesungguhnya manusia diciptakan dari jenisnya laki-laki dan perempuan,bersuku-suku,berbangsa-bangsa agar kalian saling mengenal satu sama lain.
Tentunya perbedaan itu harusnya menjadi warna tersendiri ,sehingga bisa terjadi suatu Egalitarianisme bukan sebaliknya.
4.Pluralisme(kemajemukan)
Kesadaran Pluralisme itu harusnya diwujudkan untuk bersikap toleran dan saling menghormati diantara sesama anggota yang berbeda baik berbeda dalam hal etnis,suku bangsa,maupun agama.Sikap toleran dan saling menghormati itu dinyatakan seperti dalam AL Qur’an,antara lain QS.Yunus ayat 99,QS.AL-An’aam ayat108.
5.Pengawasan sosial
Keterbukaan itu sebagai konsekuensi logis dari pandangan positif dan optimis terhadap manusia,bahwa manusia pada dasarnya adalah baik,oleh karena manusia secara fitrah baik dan suci,maka kejahatan yang dilakukan bukan karena sifat dalam dirinya,akan tetapi lebih disebabkan oleh faktor-faktor luar yang mempengaruhinya.Seperti kandungan pada QS.AL-A’raaf ayat 172,QS.Ar-ruum ayat 30,QS.Al’ashr ayat 1-3