Loading...
Tampilkan postingan dengan label Komunikasi. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Komunikasi. Tampilkan semua postingan

Media Massa dan Sistem Pemerintahan

April 21, 2017 Add Comment
A.  Teori Pers
1)   Teori Otoriter (Authoritharian Theory): Menurut teori ini, media massa mempunyai tujuan utama mendukung dan mengembangkan kebijaksanaan pemerintah yang sedang berkuasa. Dalam teori ini media massa dikontrol oleh pemerintah.
2)   Teori Liberal (Libertarian Theory): Merupakan kebalikan dari teori otoriter.
3)   Teori Tanggung Jawab Sosial (Social Responsibility Theory): menurut teori ini, kebebasan pers harus disertai dengan tanggung jawab kepada masyarakat.
4)   Teori Soviet Totalitarian: Teori ini bertujuan untuk membantu sukses dan berlangsungnya sistem sosialis Soviet.

B.  Sistem Pers Indonesia        
        Sistem Pers Indonesia memiliki kekhasan karena menganut ideologi dan falsafah Pancasila serta berpegang pada budaya yang selanjutnya disebut dengan sistem pers Pancasila. Kebebasan Pers di Indonesia berlandaskan pada hal-hal sebagai berikut:
•      Idiil                              : Pancasila
•      Konstitusional             : UUD 1945
•      Strategis                      : GBHN
•      Yuridis                                    : UU Pokok Pers No. 21 Tahun 1982 sekarang UU Penyiaran
•      Kemasyarakatan          : Tata nilai sosial yang berlaku dalam masyarakat Indonesia
•      Etis                              : Norma-norma kode etik profesional

Selain itu pers Indonesia juga mempunyai kewajiban yakni:
?  Mempertahankan, membela, mendukung dan melaksanakan Pancasila dan UUD 1945 secara murni dan konsekuen;
?  Memperjuangkan pelaksanaan Amanat Penderitaan Rakyatyang berlandaskan Demokrasi Pancasila;
?  Memperjuangkan kebenaran dan keadilan atas dasar kebebasan pers;
?  Membina persatuan dan menentang imperialisme, kolonialisme, neokolonialisme, feodalisme, liberalisme, komunisme dan fasisme atau diktator;
?  Menjadi penyalur pendapat umum yang konstruktif dan progresif-revolusioner.

Rangkuman Komunikasi Massa 3

April 21, 2017 Add Comment
Media Massa Elektronik dan Film

Kegiatan Belajar 1
Radio Siaran sebagai Media Massa

Radio pertama kali ditemukan oleh Dane (Amerika Serikat) melalui eksperimennya pada tahun 1802. Penemuan itu dikemukakan oleh James Maxwell dan selanjutnya radio digunakan sebagai media komunikasi dalam bentuk siaran (broadcast) oleh David Sarnoff pada tahun 1915. Pada tahun 1916 Dr. Lee De Forest melalui stasiun radio eksperimen miliknya menyiarkan kampanye pemilihan Presiden AS antara Wilson dan Hughes sehingga ia dianggap sebagai pelopor radio dan akhirnya mendapat julukan The Father of Radio.
Selain di negara asalnya Amerika Serikat, radio siaran tumbuh dan berkembang di negara-negara lainnya, termasuk di Indonesia. Radio siaran pertama di Indonesia berdiri pada masa penjajahan Belanda, yakni Bataviase Radio Vereniging pada tahun 1925. Radio siaran yang pertama diselenggarakan oleh bangsa Indonesia adalah Solosche Radio Vereniging di kota Solo pada Tahun 1933 oleh Mangkunegoro VII dan Ir. Sarsito Mangunkusumo.
Pada masa menjelang kemerdekaan Indonesia, radio siaran mempunyai fungsi memengaruhi dengan memotivasi rakyat untuk bersatu melawan penjajah. Puncaknya, peran radio siaran di Indonesia adalah mengumandangkan naskah kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945.
Pada masa Orde Baru, radio siaran secara lengkap melaksanakan keempat fungsinya, yakni memberi informasi, menghibur, mendidik dan memengaruhi. Radio siaran mendapat julukan The Fifth Estate karena memiliki berbagai kekuatan, yakni daya langsung, daya tembus, dan daya tarik. Daya langsung karena proses dan penyampaian pesan melalui radio tidak kompleks dan relatif lebih cepat dibandingkan dengan media massa lainnya. Daya tembus karena radio siaran menembus segala rintangan dan dapat menjangkau pendengarnya yang ada di seberang lautan, dihalangi gunung yang tinggi atau pun melewati samudra yang luas. Daya tarik radio siaran adalah kata-kata, musik dan efek suara.
Karakteristik radio siaran merupakan konsekuensi dari sifat radio siaran yang pesannya ditujukan untuk konsumsi telinga, artinya untuk didengarkan (ingat karakteristik komunikasi massa mengenai stimulasi alat indra, Modul 1 Kegiatan Belajar 2). Dengan demikian, karakteristik media radio itu mencakup gaya radio, auditori-pesan diterima secara selintas, pendengar radio bersifat imajinatif, akrab karena seolah-oleh penyiar datang berkunjung ke tempat di mana pun pendengar berada, dan penuturannya menggunakan gaya percakapan.

Kegiatan Belajar 2
Televisi sebagai Media Massa

Televisi siaran ditemukan melalui berbagai eksperimen, dan merupakan pengembangan dari eksperimen sebelumnya, termasuk radio siaran.
Televisi berperan sebagai alat transmisi mulai tahun 1925 di Amerika Serikat, dan berfungsi sebagai media komunikasi massa karena secara reguler menyampaikan pesan pada tahun 1928.
Di Indonesia televisi siaran dengan stasiun call TVRI mulai mengudara tanggal 24 Agustus 1962, pada saat pembukaan Pesta Olahraga se Asia (Asean Games) IV Senayan Jakarta. Tanggal 24 Agustus, selanjutnya dianggap sebagai hari kelahiran TVRI yang kedudukannya berada di bawah Departemen Penerangan. Kini stasiun televisi di Indonesia diramaikan dengan beberapa stasiun swasta, yakni RCTI, SCTV, MetroTV, tvOne, TV7, TransTV, TPI dan ANteve. Meskipun demikian, televisi siaran tidak akan "menggeser" kedudukan radio siaran karena radio siaran memiliki karakteristik yang khas, bahkan di antara keduanya saling mengisi dan saling menunjang.
Fungsi televisi siaran sama seperti media massa lainnya, hanya khalayak pada umumnya menganggap televisi lebih berfungsi sebagai hiburan. Karakteristik televisi yang utama adalah audiovisual, yakni dapat dilihat dan sekaligus dapat didengar, konsekuensinya antara gambar dan suara tidak ada yang lebih dominan, kedua unsur itu harus harmonis dan sama pentingnya. Komunikasi melalui televisi menggunakan peralatan yang lebih banyak serta lebih canggih sehingga untuk mengoperasikannya lebih rumit dan melibatkan jumlah orang yang lebih banyak.
Oleh karena karakteristik itu maka proses penyampaian pesan melalui televisi perlu memperhatikan berbagai faktor, yakni penonton, faktor waktu, durasi dan metode penyajian. Keempat faktor tersebut satu dengan yang lainnya saling berhubungan. Penonton televisi sebagai komunikan yang heterogen terbagi menjadi beberapa kelompok di mana tiap kelompoknya mempunyai minat dan kebiasaan yang berbeda, termasuk kebiasaannya dalam menonton televisi. Oleh karenanya, acara-acara televisi akan disesuaikan dengan kebiasaan menonton televisi khalayaknya, sedangkan faktor durasi mempertimbangkan kesesuaian naskah dan tujuan yang akan dicapai. Faktor metode penyajian lebih mempertimbangkan sasaran khalayak serta fungsi utama televisi siaran sebagai media hiburan dan informasi.

Kegiatan Belajar 3
Film sebagai Media Massa

The Great Train Robbery dianggap merupakan film cerita pertama yang dibuat di Amerika Serikat pada tahun 1903 dan dibuat oleh Edwin S. Porter.
Sejarah perfilman Amerika mencatat antara tahun 1906 sampai dengan tahun 1916 sebagai periode penting atau disebut pula zamannya Griffith. Selain karena pada masa itu karya-karya David Wark Griffith dibuat, satu diantaranya film berjudul Intolerance memperlihatkan teknik editing yang baik serta jalan cerita yang baik pula, juga pada masa ini ditemukannya pusat perfilman Hollywood. Bahkan film-film komedi yang dibintangi Charlie Chaplin dengan sutradara Mack Sennett dibuat pada masa tersebut.
Sejarah perfilman Indonesia, mencatat film Lely Van Java yang dibuat oleh David di Bandung pada tahun 1926. Selama tahun 1927/1928 dibuat film-film berjudul Eulis Atjih dan tahun 1928/1930 dibuat film-film Lutung Kasarung, Si Conet dan Pareh, yang semuanya merupakan film bisu, sedangkan film bicara yang pertama di Indonesia adalah Terang Bulan yang dibintangi oleh Roekiah dan R. Muchtar.
Sebagaimana radio siaran yang perjalanannya melewati 3 zaman, film juga demikian. Pada awalnya film dikelola oleh orang-orang Belanda dan Cina. Ketika Jepang datang, film diambil alih oleh pemerintah Jepang dan film digunakan sebagai alat propaganda Jepang. Setelah kemerdekaan, film dikelola oleh Pemerintah Republik Indonesia, dan mulailah dibuat Berita Film Indonesia. Pada waktu pemerintahan Indonesia hijrah dari Yogyakarta ke Jakarta, B.F.I. juga pindah ke Jakarta dan bergabung dengan Perusahaan Film Negara, akhirnya terbentuklah Pusat Film Nasional (P.F.N).
Film di Indonesia tidak semata-mata berfungsi sebagai media hiburan karena pemerintah telah mencanangkan film sebagai alat pendidikan dan pembinaan bagi generasi muda.

Kelebihan film dibandingkan media lainnya, terutama televisi (sejenis) adalah layarnya yang luas, teknik pengambilan gambar, penonton dapat berkonsentrasi penuh, serta identifikasi psikologis. Layar luas memberi keleluasaan penonton melihat adegan demi adegan secara jelas. Di samping itu, gambaran situasi dapat secara utuh ditampilkan karena juru kamera dapat mengambil gambar secara keseluruhan melalui panoramic shot atau extreme long shot. Ruangan kedap suara tanpa penerangan dan terbebas dari gangguan dari luar, telah membantu penonton mencurahkan perhatiannya secara penuh pada film yang ditontonnya. Keadaan demikian, dapat memengaruhi penonton selama film berlangsung, yakni apabila penonton turut merasakan apa yang diperbuat oleh pemain film sehingga seolah-olah dirinya yang sedang main film. Hal itu menurut para ahli ilmu jiwa disebut sebagai identifikasi psikologis. Pengaruh film yang lainnya adalah imitasi, yaitu apabila penonton meniru gaya atau tingkah laku dari pemain dalam film tersebut, misalnya cara berpakaian atau model rambutnya.
Film-film yang biasa kita tonton di bioskop termasuk kategori film cerita (story film), jenis film lainnya adalah film berita, film dokumenter dan film kartun.

Kegiatan Belajar 4
Internet sebagai Media Massa

Secara harfiah, Internet (kependekan dari pada perkataan inter-network) ialah rangkaian komputer yang berhubung menerusi beberapa rangkaian. Jadi, apabila media-media lain, seperti surat kabar, majalah, radio, dan televisi, bentuk fisik medianya tampak jelas, Internet disebut juga sebagai dunia maya karena bentuk fisiknya tidak terlihat langsung melainkan diakses melalui komputer.
Jumlah pengguna Internet yang besar dan semakin berkembang, telah mewujudkan budaya Internet. Internet juga mempunyai pengaruh yang besar atas ilmu, dan pandangan dunia. Dengan hanya berpandukan mesin pencari, seperti Google, pengguna di seluruh dunia mempunyai akses yang mudah atas bermacam-macam informasi. Dibanding dengan buku dan perpustakaan, Internet melambangkan penyebaran (decentralization) informasi dan data secara ekstrem.
Perkembangan Internet juga telah memengaruhi perkembangan ekonomi. Berbagai transaksi jual beli yang sebelumnya hanya bisa dilakukan dengan cara tatap muka (dan sebagian sangat kecil melalui pos atau telepon), kini sangat mudah dan sering dilakukan melalui Internet. Transaksi melalui Internet ini dikenal dengan nama e-commerce.
Terkait dengan pemerintahan, Internet juga memicu tumbuhnya transparansi pelaksanaan pemerintahan melalui e-government.
Internet disebut juga media massa kontemporer karena memenuhi syarat-syarat sebagai sebuah media massa, antara lain ditujukan kepada sejumlah khalayak yang tersebar, heterogen, dan anonim serta melewati media cetak atau elektronik sehingga pesan informasi yang sama dapat diterima secara serentak dan sesaat oleh khalayaknya.
Internet mempunyai kelebihan dibandingkan media lainnya karena selain berfungsi sebagai media massa, Internet juga bisa berfungsi sebagai media komunikasi antarpersona melalui chatting dan e-mail.
Untuk sekadar mendapatkan informasi, pengguna Internet cukup melakukan chatting, gabung di mailing list, menelusur ensiklopedia gratis di Wikipedia, menelisik peta gratis dari Google Map, mendengar musik dan komedi/film di Myspace, curhat dan cari teman baru di Friendster, baca berita di Ohmy News, main games interaktif di Yahoo! Juga bisa mengutak-atik blog yang disediakan gratis oleh Blogspot.com, Blogsome.com atau Blogdrive.com, bahkan mendengar radio atau menonton televisi digital.
Bagi Shayne Bowman dan Chris Willis, internet telah menjadi saluran perubahan, percepatan, perluasan, sekaligus perputaran gagasan. Dan Gilmor, penulis buku We the Media dalam jurnal yang sama mengatakan, perpaduan antara jurnalisme dan teknologi memungkinkan percakapan sebagai berita, yakni percakapan dari, untuk, dan oleh khalayak.



Efek Komunikasi Massa

Kegiatan Belajar 1
Efek Kehadiran Media Massa terhadap Khalayak

Komunikasi merupakan suatu kekuatan sosial yang dapat menggerakkan proses sosial ke arah suatu tujuan yang telah ditetapkan terlebih dahulu. Akan tetapi, untuk mengetahui secara jelas tentang kekuatan sosial yang dimiliki oleh media massa dan hasil yang dicapainya dalam menggerakkan proses sosial tersebut tidaklah mudah. Oleh karena itu, diperlukan pengkajian terhadap hasil atau efek yang dicapai oleh pernyataan manusia yang telah dilakukan melalui berbagai media massa. Pengkajian hasil proses sosial tersebut dapat melalui metode yang bersifat analisis psikologi sosial. Sebagai akibat dari suatu proses komunikasi, efek atau akibat dapat menerpa seseorang baik secara disengaja maupun tanpa disengaja. Donald K. Robert beranggapan bahwa efek hanyalah perubahan perilaku manusia setelah diterpa media massa. Oleh karena itu, Steven H. Chaffee menyebutkan adanya lima jenis efek atas kehadiran media massa sebagai benda fisik, yaitu (1) efek ekonomis; (2) efek sosial; (3) efek pada penjadwalan kegiatan; (4) efek penyaluran/penghilangan perasaan tertentu, dan (5) efek dan perasaan orang terhadap media.

Kegiatan Belajar 2
Efek Pesan Media Massa terhadap Khalayak

Studi tentang komunikasi massa pada umumnya membahas tentang efek. Penelitian-penelitian yang dilakukan oleh para praktisi dan teoretisi telah menghasilkan penemuan tentang media yang paling efektif untuk memengaruhi khalayak. Oleh karena itu, efek pesan media massa terhadap khalayak dapat dibagi menjadi 3 kategori, yaitu efek kognitif, efek afektif dan efek behavioral.
Efek kognitif adalah perubahan yang terjadi pada khalayak dari tidak tahu menjadi tahu. Efek afektif, yaitu suatu perubahan yang terjadi yang meliputi perasaan senang, iba, sedih, gembira dan seterusnya, sedangkan efek behavioral adalah perubahan perilaku pada khalayak yang berupa tindakan atau gerakan yang tampak dalam kehidupan sehari-hari.

Modul 9: Media Massa dan Sistem Pemerintahan serta Teori-teori Komunikasi Massa


Kegiatan Belajar 1
Media Massa dan Sistem Pemerintahan

Suatu sistem media massa akan mencerminkan falsafah dan sistem politik negara di mana media massa tersebut berada (berfungsi). Hal demikian karena falsafah dan sistem politik amat berpengaruh pada sistem lainnya, termasuk sistem komunikasi dan media massa.
Fred S. Siebert, Theodore Peterson, dan Wilbur Schramm mempelajari dimensi sejarah pertumbuhan dan perkembangan pers dunia, dan pada akhirnya mereka dapat mengelompokkan empat macam teori pers, yang mencerminkan keadaan masyarakat dan dasar pemikiran yang hidup dalam masyarakat ketika itu. Keempat teori pers itu adalah Authoritarian theory, Libertarian theory, Social Responsibility theory dan Soviet Totalitarian theory.
Media massa menurut authoritarian theory merupakan sarana yang efektif bagi kebijakan pemerintah, meski tidak harus dimiliki oleh pemerintah. Menurut libertarian theory, media massa merupakan alat untuk mengontrol pemerintah dan untuk memenuhi keperluan masyarakat. Dalam social responsibility theory, media massa harus memenuhi kewajiban sosialnya jika ingkar, masyarakat akan membuat media tersebut mematuhinya, sedangkan pada soviet totalitarian, media benar-benar menjadi alat negara sehingga pemerintah melakukan kontrol yang ketat terhadap media massa.
Sistem pers Indonesia tidak dapat dikelompokkan kepada empat teori pers tersebut. Sistem pers Indonesia adalah pers Pancasila karena berlandaskan pada falsafah Pancasila dan landasan konstitusional UUD 1945.

Kegiatan Belajar 2
Beberapa Teori Komunikasi Massa

Studi tentang komunikasi massa pada umumnya memberikan wawasan yang cukup luas mengenai bagaimana efek media massa terhadap masyarakat. Pada umumnya aplikasi komunikasi massa adalah berkaitan dengan proses difusi inovasi. Kondisi-kondisi perubahan sosial dan teknologi dalam masyarakat melahirkan kebutuhan yang dapat menggantikan metode lama ke metode baru. Masalah penelitian yang berhubungan dengan difusi inovasi dalam komunitas, yaitu taraf penerimaan inovasi oleh berbagai individu yang relevan dengan inovasi. Selain teori difusi inovasi, teori uses and gratifications menjelaskan suatu proses, di mana kondisi sosial psikologis seseorang akan menyebabkan adanya kebutuhan yang menciptakan harapan-harapan terhadap media massa atau sumber-sumber lain yang membawa kepada perbedaan pola penggunaan media yang akhirnya akan menghasilkan pemenuhan.
Agenda setting menjelaskan bahwa media menyusun prioritas topik yang akan memengaruhi perhatian audience terhadap topik yang dianggap lebih penting dari topik lainnya. Dengan kata lain, dalam menyusun agenda pemberitaannya, media akan memengaruhi agenda khalayaknya meskipun hanya sampai pada tahap kognitif, sedangkan teori kultivasi berpendapat bahwa pecandu berat televisi membentuk suatu citra realitas yang tidak konsisten dengan kenyataan.




Rangkuman Komunikasi Massa 2

April 21, 2017 Add Comment
Hambatan-hambatan dalam Komunikasi Massa

Kegiatan Belajar 1
Hambatan Psikologis

Setiap bentuk kegiatan komunikasi akan meng¬hadapi berbagai hambatan. Hambatan pada komu¬nikasi massa relatif lebih kompleks sejalan dengan kompleksitas komponen¬-komponen komuni¬kasi yang terlibat dalam proses komunikasi massa. Hambatan komunikasi massa yang berupa hambatan psikologis mencakup kepentingan, prasangka dan motivasi. Kepentingan komunikan yang berbeda¬-beda dapat dianggap sebagai ham¬batan komunikasi karena kepentingan akan memengaruhi respons komunikan terhadap pesan komunikasi. Begitu pula dengan hambatan yang berupa motivasi karena motivasi akan memengaruhi intensitas tanggapan komunikan terha¬dap pesan komunikasi, sedangkan prasangka dianggap sebagai hambatan komunikasi karena telah menyebabkan komunikan menanggapi pesan komunikasi secara emosional, komunikan tidak berpikir rasional dan objektif. Subjektivitas pada prasangka sosial ini telah dipertajam oleh stereotip yang dipercayainya mengenai diri komunikator.

Kegiatan Belajar 2
Hambatan Sosiokultural

Keragaman etnik dan budaya, ratusan bahasa yang hidup dan berkembang di Indonesia, serta dua ratus dua puluh juta penduduk merupakan aset bangsa Indonesia yang tidak ternilai harganya. Namun, di sisi lain faktor¬-faktor tersebut dapat menjadi penghambat dalam proses komunikasi massa. Perbedaan budaya telah memungkinkan adanya perbedaan norma sosial. Perbedaan ini perlu menjadi perhatian komunikator dalam menyampaikan pesannya, agar terhindar dari ketersinggungan komunikan sebagai akibat dari perbedaan norma sosial. Hidup dan berkembangnya bahasa daerah pada masing-masing etnik, telah menyebabkan sejumlah besar penduduk di daerah terpencil tidak bisa berbahasa Indonesia kalaupun bisa¬ kemampuannya amat minim. Kondisi ini juga menjadi hambatan komunikasi massa karena mereka sulit menerima pesan dalam bahasa Indonesia.
Keragaman bahasa, telah memungkinkan adanya perbedaan pemberian makna terhadap kata¬-kata yang sama. Hal ini disebut hambatan semantis. Di samping ketidakmampuan berbahasa Indonesia, masyarakat di desa-¬desa terpencil pun berpendidikan sangat rendah sehingga mungkin masih ada yang belum melek huruf. Ini pun menjadi hambatan komunikasi massa, sedangkan hambatan yang relatif sering terjadi dalam proses komunikasi massa adalah hambatan meka¬nis, yakni gangguan sebagai konsekuensi penggunaan alat¬-alat teknis, seperti gangguan cuaca, dan sejenisnya yang dapat menyebabkan pesan tidak dapat diterima baik oleh komunikan.

Kegiatan Belajar 3
Hambatan Interaksi Verbal

Hambatan interaksi verbal yang dikemukakan oleh Joseph A. Devito merupakan jenis hambatan yang pada umumnya terjadi pada komunikasi antarpersona yang tatap muka. Dari 7 hambatan yang dikemu¬kakannya, 4 diantaranya dapat pula terjadi pa¬da komunikasi massa, yakni polarisasi, orientasi intensional, evaluasi statis, dan indiskriminasi. Polarisasi sebagai hambatan, apabila komunikator atau komunikan mempunyai kecenderungan untuk meli¬hat segala sesuatu dalam bentuk lawan kata dan mendeskripsikannya secara ekstrem, misalnya sangat baik atau sangat buruk, sangat kaya atau sangat miskin. Sementara kenyataan yang ada, lebih banyak manusia dan keadaan yang berada di antara kedua ku¬tub itu.
Hambatan komunikasi massa yang berupa orientasi intensional adalah apabila kita mempunyai kecende¬rungan untuk melihat manusia, objek dan kejadian sesuai dengan ciri yang melekat pada mereka. Jadi, seolah¬-olah label lebih penting dari manusia itu sendiri. Kebiasaan lain dari manusia pada umumnya adalah merumuskan pernyataan verbal tentang suatu kejadi¬an atau seseorang yang bersifat statis ¬ tidak berubah. Sementara, objek atau orang dari waktu ke waktu kemungkinan besar berubah. Apabila kita se¬bagai komunikan melakukan evaluasi statis terhadap komunikator tertentu, selamanya kita tidak akan pernah mau menerima komunikator yang bersangkutan, sedangkan ia kemungkinan besar telah berubah. Indiskriminasi sebagai hambatan komunikasi massa pada dasarnya relatif sama dengan hambatan stereotip karena indiskriminasi adalah inti dari stereotip.


Fungsi Komunikasi Massa

Kegiatan Belajar 1
Fungsi Komunikasi Massa secara Umum

Fungsi komunikasi massa atau fungsi dari media massa dilihat dari perspektif secara universal (umum) yang meliputi fungsi memberi informasi; memberi pendidikan (to educated), memberi hiburan (to entertain) dan memengaruhi (to influence). Selain fungsi-fungsi tersebut Robert G. King dalam bukunya Fundamental of Communication mengemukakan fungsi-fungsi komunikasi, yaitu untuk membangun proses mental, untuk beradaptasi dengan lingkungan dan fungsi untuk memanipulasi lingkungan.

Kegiatan Belajar 2
Fungsi Komunikasi Massa secara Khusus

Fungsi komunikasi massa secara khusus, mempunyai fungsi yang berbeda antara yang satu dengan yang lainnya. Fungsi yang pertama adalah untuk meyakinkan. Fungsi ini dapat dibentuk melalui pengukuhan atau memperkuat sikap atau nilai seseorang, mengubah sikap, menggerakkan seseorang untuk melakukan sesuatu serta memperkenalkan etika atau menawarkan sistem nilai tertentu. Fungsi komunikasi massa yang lain adalah fungsi menganugerahkan status, yaitu fungsi yang dapat menganugerahkan status publik terhadap orang-orang tertentu, sedangkan fungsi membius, merupakan fungsi yang sangat menarik karena khalayak seolah-olah tidak berdaya dalam menerima pesan-pesan yang disampaikan oleh media.
Fungsi komunikasi massa sebagai alat untuk menciptakan rasa kebersamaan, yaitu kemampuan media massa membuat khalayak menjadi anggota suatu kelompok dan merupakan fungsi yang terakhir dari komunikasi massa, yaitu privatisasi, sebagai suatu kecenderungan bagi seseorang untuk menarik diri dari kelompok sosial dan mengucilkan diri ke dalam dunia sendiri.


Media Massa Cetak

Kegiatan Belajar 1
Surat Kabar sebagai Media Massa

Surat kabar sebagai media cetak dimulai sejak ditemukannya mesin cetak oleh Johann Gutenberg pada tahun 1600-an. Di Jerman, surat kabar pertama terbit di Bremen tahun 1609. Di Inggris, Oxford Gazette merupakan surat kabar pertama yang diterbitkan tahun 1665, sedangkan surat kabar hariannya adalah Daily Courant yang terbit tahun 1702.
Di Amerika Serikat, surat kabar harian yang pertama adalah Pennsylvania Evening Post terbit tahun 1783. Dalam perkembangannya, surat kabar di Amerika mudah didapat dan murah, sebagai contoh harian New York Sun hanya enam sen dolar sehingga masa itu dunia persuratkabaran disebut era The Penny Press, sedangkan masa kejayaannya yang disebut Newspaper Barons adalah di saat Joseph Pulitzer menerbitkan St Louis Post-Dispatch dan membeli New York World sehingga oplag-nya dan memperoleh jumlah pembaca sebanyak 374.000 orang. Di saat itu pula Pulitzer memelopori pemuatan cerita bergambar (komik strip) secara rutin pada edisi minggunya.
Dunia persuratkabaran di Indonesia mengalami 5 zaman, yakni zaman penjajahan Belanda, penjajahan Jepang, awal kemerdekaan, zaman Orde Lama dan Orde Baru. Pada zaman Belanda, surat kabar di Indonesia secara politis kurang berarti karena isinya hanya memuat kutipan-kutipan berita dari harian di Eropa dan sebagian besar berupa iklan lelang. Sekalipun terdapat surat kabar berbahasa Melayu, isinya tetap dalam pengawasan pemerintah Belanda. Begitu pula pada zaman Jepang, penggabungan beberapa surat kabar telah memudahkan pemerintah Jepang dalam melakukan pengawasan. Di samping itu, surat kabar lebih ditekankan pada propaganda memuji-muji pemerintah dan tentara Jepang.
Menjelang Indonesia merdeka, surat kabar yang diusahakan rakyat Indonesia merupakan tandingan surat kabar Jepang dan di awal kemerdekaan, surat kabar di Indonesia mengalami masa kebebasan. Namun, tidak lama kemudian, yakni zaman Orla, surat kabar diharuskan mempunyai cantolan pada partai tertentu dan isi surat kabar sering berupa polemik antara yang pro PKI dan yang kontra PKI. Pada awal pemerintahan Orde Baru, kehidupan surat kabar kembali marak dengan terbitnya surat kabar Kompas dan KAMI yang dianggap berani. Selanjutnya, grafik menurun karena pemerintah Orde Baru menganggap kebebasan surat kabar kurang bertanggung jawab karena tidak mengindahkan sopan santun lagi sehingga pemerintah melakukan pencabutan SIUPP beberapa surat kabar dan majalah.
Satu hal yang penting untuk dicatat bahwa dalam masa pembangunan Indonesia, surat kabar mengemban misi menyebarluaskan pesan-pesan pembangunan dan sebagai media untuk mencerdaskan bangsa.
Sebagai media massa cetak, surat kabar memiliki beberapa karakteristik, yaitu (1) publisitas, (2) periodisitas, (3) Aktualitas, (4) universalitas, (5) terdokumentasikan. Selain itu, persyaratan dari komunikannya adalah harus melek huruf.

Kegiatan Belajar 2
Majalah sebagai Media Massa

Tidak lama setelah manusia mengenal surat kabar sebagai media massa, manusia membuat media cetak lainnya, namun dengan bentuk yang berbeda dan masa terbit yang berbeda pula - itulah yang kita sebut sebagai majalah.
Di Inggris, Daniel Defoe (1704) menerbitkan majalah Review yang terdiri empat halaman kecil, dan berisi berita, artikel, kebijakan nasional pemerintah. Di Amerika Benjamin Franklin (1740) menerbitkan General Magazine dan Historical Chronicle. Antara tahun 1820 - 1840-an di Amerika banyak majalah yang terbit sehingga pada masa itu dinamakan The Age of Magazine. Majalah yang terkenal saat itu adalah Saturday Evening Post dan North American Review. Pada pertengahan abad ke-19 majalah yang peredarannya luas hampir di seluruh dunia adalah Reader Digest yang diterbitkan oleh suami istri DeWitt & Lila.
Sementara di Indonesia, majalah mengalami zaman keemasan pada tahun 70-an sampai 80-an, di mana pada masa itu banyak majalah terbit dan bervariasi hampir dapat memenuhi semua kalangan. Diantaranya, majalah berita mingguan Tempo, majalah Femina (wanita), Si Kuncung & Bobo (anak-anak), National Geographic (ilmiah populer), dan lain-lain.
Seperti halnya media massa lainnya, majalah memiliki empat fungsi, yakni memberi informasi, mendidik, menghibur dan memengaruhi. Namun, masing-masing majalah mempunyai fungsi utama yang berbeda tergantung pada tipe majalah tersebut. Majalah berita mempunyai fungsi utama memberi informasi, majalah ilmiah mempunyai fungsi utama mendidik atau memengaruhi. Majalah anak, dan wanita mempunyai fungsi utama memberi hiburan.
Karakteristik majalah sebagai media massa adalah (1) berita disajikan secara mendalam; (2) nilai aktualitas lebih lama sesuai dengan frekuensi terbitnya; (3) lebih banyak menampilkan foto; (4) cover atau sampul majalah sebagai daya tarik utama.


Komunikasi Massa

April 21, 2017 Add Comment
A. Pengertian Komunikasi Massa
Menurut Bittner Komunikasi Massa adalah pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar orang. Jadi pada dasarnya komunikasi massa mengharuskan adanya media massa yang dapat menjangkau khalayak luas. Komunikasi massa bersifat satu arah, tidak langsung, terbuka kepada semua orang, pesan diterima secara serentak dan tersebar, maksudnya bahwa komunikan tidak berada dalam satu tempat melainkan tersebar di berbagai wilayah.

B. Karakteristik Komunikasi Massa

• Komunikator Terlembagakan
Berarti bahwa komunikasi massa malibatkan lembaga dan organisasi yang kompleks. Pesan yang akan disampaikan akan diproses oleh beberapa orang yang tergabung dalam suatu lembaga sebelum sampai ke komunikan.

• Pesan Bersifat Umum
Komunikasi Massa bersifat terbuka yang berarti pesan yang disampaikan ditujukan untuk semua orang dan pesan bersifat umum.

• Komunikan Bersifat Anonim dan Heterogen
Dalam komunkasi massa komunikator tidak mengenal komunikan (anonim) karena komunikasinya menggunakan media dan tidak bertatap muka. Selain itu komunikan bersifat heterogen karena terdiri dari berbagai kelompok masyarakat yang berbeda

• Media Massa Menimbulkan Keserempakan
Jumlah sasaran atau khalayak yang dicapai banyak dan tidak terbatas. Komunikasi terjalin secara bersamaan sehingga komunikan pada waktu yang bersamaan menerima pesan yang sama.

• Komunikasi Mengutamakan Isi Ketimbang Hubungan
Komunikasi memiliki dimensi isi yang menunjukkan isi komunikasi dan dimensi hubungan yang menunjukkan bagaimana berkomunikasi. Dalam komunikasi massa komunikator mementingkan isi dari pesan yang akan disampaikan karena komunikator tidak mengenal para komunikannya.

• Bersifat Satu Arah
Dalam komunikasi massa tidak ada hubungan timbal balik seperti pada komunikasi interpersonal karena penggunaan media massa yang tidak memungkinkan adanya tanggapan dari para penerima pesan. Dalam hal ini komunikator mengendalikan arus informasi karena antara komunkator dan komunikan tidak bertatap muka secara langsung.

• Stimuli (Rangsang) Alat Indra Terbatas
Pada komunikasi massa stimuli alat indra tergantung pada jenis media massa yang digunakan. Contohnya seperti radio maka komunikan hanya akan dapat mendengar pesan yang disampaikan dalam hal ini penerima pesan hanya menggunakan indra pendengar mereka untuk menangkap maksud komunikator.

• Feedback Delayed and Indirect
Umpan Balik (feedback) tertunda (delayed) karena membutuhkan waktu untuk sampai kepada komunikator sedangkan bersifat tidak langsung (indirect) karena komunikasi menggunakan media massa yang tidak memungkinkan untuk menerima umpan balik secara langsung.

C. Peranan Komunikasi Massa
Melalui komunikasi massa seseorang dapat mengetahui berbagai macam informasi. Maka, tidak heran apabila masyarakat sekarang sangat tergantung pada komunikasi massa untuk mengetahui kondisi ataupun berita yang sedang berlangsung karena sifat manusia yang selalu haus akan informasi.

D. Fungsi Komunikasi Massa Bagi Masyarakat

• Fungsi Komunikasi Massa menurut Dominick (2002):

1). Pengawasan (Surveillance): Fungsi pengawasan dibagi menjadi 2 yaitu : warning or beware surveillance yaitu ketika terjadi ancaman seperti bencana alam, dll maka media akan melakukan fungsi peringatan kepada masyarakat. Dan instrumental surveillance adalah penyampaian atau penyebaran informasi yang memiliki kegunaan untuk membantu khalayak dalam kehidupan sehari-hari.
2). Penafsiran (Interpretation): Media massa memberikan penafsiran terhadap kejadian-kejadian penting dengan tujuan mengajak khalyak luas untuk memperluas wawasan.
3). Pertalian (Linkage): Media massa dapat menyatukan anggota masyarakat sehingga membentuk suatu pertalian berdasarkan kesamaan kepantingan dan minat.
4). Penyebaran Nilai-Nilai (Transmission of Values): Disebut juga dengan sosialisasi (sosialization) yaitu cara seseorang mengadopsi perilaku dan nilai kelompok. Media massa berperan dalam menyebarkan nilai-nilai kepada masyarakat. Melalui nilai-nilai tersebut perilaku dan kepribadian seseorang dapat berubah seperti yang disampaikan oleh media.
5). Hiburan (Entertainment)

• Fungsi Komunikasi Massa menurut Effendy (1993)

1). Fungsi Informasi: media massa adalah penyebar informasi yang paling dibutuhkan karena keakuratan, kecepatan penyebaran dan tidak terbatas.
2). Fungsi Pendidikan: Media massa merupakan sarana yang efektif untuk mendidik para khalayaknya melalui penyebaran nilai, etika dan aturan.
3). Fungsi Mempengaruhi: Media massa dapat mempengaruhi khalayak.

• Fungsi Komunikasi Massa menurut DeVito (1996)

1). Fungsi Meyakinkan (to persuade): ada 4 fungsi meyakinkan yaitu mengukuhkan, mengubah, menggerakkan dan menawarkan etika.
  -. Mengukuhkan, adalah suatu usaha untuk mengubah atau mempertahankan sikap dan kepercayaan khalayak sebagai upaya agar mereka bertindak dengan cara tertentu.
  -. Mengubah, yaitu usaha media untuk mengubah khalayak yang tidak memihak pada suatu permasalahan tertentu menjadi condong ke salah satu sisi.
  -. Menggerakkan, media berusaha mengajak pembaca atau pemirsa untuk membentuk suatu sikap dan mengendalikan sikap tersebut ke arah tertentu.
  -. Menawarkan Etika, Mengungkapkan penyimpangan-penyimpangan tertentu sehingga merangsang masyarakat untuk mengubah situasi.
2). Fungsi Menganugerahkan Status: Terjadi apabila berita yang disebarkan melaporkan kegiatan individu sehingga dapat meningkatkan prestise (gengsi) mereka. Komunikasi Massa juga memiliki fungsi untuk memberi atau meperkuat kontro sosial di masyarakat.
3). Fungsi Membius (Narcotization): Media menyajikan informasi kepada khalayak yang dapat mempengaruhi dan percaya bahwa suatu tindakan harus diambil untuk menanggapi kasus atau berita tersebut.
4). Fungsi Menciptakan Rasa Kebersatuan: Komunikasi massa mampu membuat seseorang merasa menjadi anggota atau bagian dari suatu kelompok.
5). Fungsi Privatisasi: Berlimpahnya informasi dapat membuat seseorang menarik diri dari pergaulan.

E. Bagaimana Orang Menggunakan Media Massa
Terdapat 4 alasan penggunaan media massa antara lain:

• Pengetahuan (Cognition): Seseorang menggunakan media massa untuk memperoleh pengetehuan atau informasi.
• Hiburan (Diversion): Media massa sering digunakan sebagai sarana hiburan masyarakat.
• Kepentingan Sosial (Social Utility): Melalui media, seseorang dapat memperoleh kembali hubungan sosial melalui pembicaraan atau diskusi mengenai suatu informasi yang berasal dari media massa.
• Pelarian (Withdrawal): Media massa digunakan sebagai pelarian dari masalah yang dihadapi atau untuk menghindari aktivitas lain.

Computer Mediated Communication (CMC) dalam Komunikasi Antar Pribadi

April 14, 2017 Add Comment
Kita hidup pada era komunikasi yang dikenal dengan computer-mediated communications (CMC). CMC ini sedikit banyak bukan hanya mengubah cara kita berkomunikasi melainkan juga melahirkan kebutuhan baru pada sarana untuk berkomunikasi, yang antara lain dijawab dengan produksi handphone yang memiliki fitur lebih dari sekedar untuk bertelpon atau berkirim sms belaka. Melainkan memiliki kemampuan mengakses internet, atau telepon

Maka makin banyaklah pengguna situs jaringan sosial semacam facebook atau YM,  karena kini tidak selalu harus membutuhkan perangkat komputer seperti desktop, laptop atau netbook, untuk bisa mengakses situs jaringan sosial itu. Banyak handphone dan harganya pun relatif terjangkau yang dilengkapi fasilitas untuk mengakses internet. Para operator telepon seluler pun berlomba menyediakan fasilitas ini dengan tarif yang relatif murah, sehingga ada yang menjanjikan tarif Rp 500/hari. Kita bisa melihat pada gambar berikut, sejumlah situs jejaring sosial yang cukup populer.

Dalam pandangan banyak ahli komunikasi,  CMC telah banyak mengubah praktik komunikasi manusia. Revolusi komunikasi yang disebut Tella itu, pada satu sisi melahirkan penyebaran teknologi, berlangsungnya inovasi sistem komunikasi manusia dan pesan yang disebarluaskan dengan kecepatan tinggi dan jumlah yang besar. Artinya, revolusi komunikasi itu mendorong peningkatan jumlah pesan yang dengan cepat disebarluaskan, karena ada inovasi dalam sistem komunikasi manusia lewat penyebaran teknologi. Tapi pada sisi lain, revolusi komunikasi pun melahirkan pertanyaan-pertanyaan yang terkait dengan (a) kepuasan dalam interaksi manusia, (b) komunikasi yang dialogis, dan (c) martabat manusia yang diperoleh melalui dialog.

Dengan begitu, sangat tidak sederhana implikasi perkembangan teknologi komunikasi itu. Bukan sekedar lahirnya teknologi yang memungkinkan penyebaran pesan dengan cepat dan terjadinya eksplosi pengetahuan dan informasi, namun juga mengubah karakteristik keseluruhan sistem komunikasi manusia. Beberapa penelitian komunikasi yang terkait dengan perkembangan terknologi komunikasi dan informasi, yang menjadi perhatian para ilmuwan komunikasi menggarisbawahi hal-hal (a) kaburnya batas-batas komunikasi interpersonal dan komunikasi massa, (b) realitas hiperkomunikasi, (c) dampak komunikasi yang synchronous dan assynchronous dalam komunikasi bermedia komputer, (d) kemunculan cara-cara baru berkomunikasi yang tak sesuai lagi dengan konsep komunikasi tradisional, dan (e) persoalan-persoalan etika komunikasi, seperti soal kejujuran, privasi, kebohongan, keamanan.

Para ahli komunikasi yang mengkaji CMC dalam konteks KAP ini, pada umumnya mengkajinya dari dua sudut. Pertama, pengkajian yang berkaitan dengan efek pemanfaatan teknologi baru ini seperti (a) kecanduan internet, (b) internet dan isolasi sosial/kesendirian, serta (c) alienasi dan eskapisme. Kedua, pengkajian yang berkenaan dengan interaksi dan komunikasi antarpribadi seperti interaksi tatap-muka dibandingkan dengan interaksi melalui CMC dengan melihat sampai seberapa jauh hilangnya kial-kial nonverbal dalam CMC yang berbasis teks mempengaruhi berbagai dampak KAP.

Pada sisi lain kita pun melihat sebenarnya CMC bukan sekedar sarana untuk saling mempertukarkan pesan. Melainkan juga untuk membangun dan memelihara relasi. Karena itulah maka CMC ini pun menjadi bagian dari kegiatan KAP. Mengingat di dalamnya ada dimensi isi pesan dan relasi dalam kegiatan komunikasnya. Hanya saja, dalam CMC ini, kial-kial nonverbal yang bias menunjukkan sifat relasi kita digantikan oleh sejumlah simbol yang menunjukkan bagaimana suasana hati penerima pesan.

Meski demikian, ada dua teori yang menjelaskan fenomena KAP dalam CMC yang memandang bahwa CMC tak bisa sepenuhnya menggantikan KAP. Pertama, Teori-teori Pengurangan Kial pada CMC memandang bahwa dalam KAP, mekna itu muncul bukan hanya dari mana denotatif  pesan melainkan juga bersumber dari kial-kial fisik dan konteks. Gerak-gerik misalnya membantu dalam melahirkan makna. Bagi teori ini, praktik KAP yang paling efisien adalah KAP tatap muka. Manakala KAP ini dimediasi teknologi seperti dalam CMC maka teknologi itu akan mengurangi efektivitas komunikasinya. Kedua, Teori-teori Sosial tentang CMC memandang bahwa kebutuhan berkomunikasi lewat CMC pada dasarnya sama saja dengan kebutuhan berkomunikasi secara tatap muka. Setiap ada pengurangan kial, sesuai dengan sifat medium komunikasinya, tidak dengan sendirinya akan mengurangi kebutuhan berkomunikasi itu. Oleh sebab itu, pihak-pihak yang berkomunikasi akan mengurangi penggunaan kial-kial sesuai dengan sifat mediumnya, mereka akan berupaya menggunakan kial-kial yang bisa disampaikan sesuai dengan tujuan komunikasinya.