Dasar-dasar Komunikasi Organisasional : Pengertian, Ruang Lingkup, dan Peranan Komunikasi

Juli 05, 2017

Pengertian Komunikasi Organisasional

Secara sederhana, komunikasi organisasi didefinisikan sebagai komunikasi yang terjadi di dalam organisasi. Komunikasi dalam organisasi ini mencakup semua proses verbal dan nonverbal, baik secara linier maupun transaksional. Dari definisi mengenai komunikasi organisasional, terdapat dua konsep utama yang perlu dipahami, yaitu konsep komunikasi dan konsep organisasi.

Secara etimologis, komunikasi berasal dari bahasa latin yaitu communicatio. Kata asli dari communicatio adalah communis yang memiliki arti sama (seperti halnya dalam bahasa inggris common). “sama’ di sini maksudnya sama makna dan sama arti. Komunikasi terjadi apabila terdapat kesamaan makna mengenai suatu pesan yang disampaikan komunikator dan diterima komunikan. Dengan demikian komunikasi dapat diartikan sebagai proses penyampaian ide dari sumber kepada penerima dengan tujuan tercapainya tujuan bersama.

Sementara itu organisasi adalah kelompok manusia yang secara sengaja dibentuk untuk mencapai suatu tujuan bersama tertentu. Dari definisi organisasi ini dapat dilihat beberapa hakikat organisasi, yaitu : pertama, yaitu bahwa organisasi merupakan sebuah sistem yang stabil dan mapan, baik dari segi hukum maupun sosial. Kedua, organisasi merupakan sekumpulan orang yang melakukan kerja sama. Ketiga, dalam suatu organisasi terdapat jenjang atau hierarki kepangkatan atau tungkatan karir. Setiap orang mempunyai tugas dan kewajiban sesuai dengan tingkat kepangkatannya, ada pimpinan dan ada bawahan. Dan keempat, dalam organisasi harus ada tujuan yang hendak dicapai.

Selanjutnya. Sebagai sebuah bidang terapan maka komunikasi organisasi dibangun oleh berbagai disiplin ilmu. Disiplin ilmu yang menonjol sumbangannya bagi komunikasi organisasi adalah psikologi, sosiologi, psikologi sosial, antropologi dan ilmu politik.


Perspektif dan Teori-teori Komunikasi Organisasional 

Tiga perspektif dalam komunikasi organisasional adalah :

1.    The scientific management school, pandangan mekanistik tentang perilaku manusia dimotivasi secara ekonomi, dan akan merespon maksimum bila penghargaan materi diberikan sesuai dengan prestasi kerjanya.

2.    Human relation school, pendekatan ini berkembang sebagai reaksi terhadap perhatian yang dinilai terlalu berlebihan terhadap faktor-faktor fisik dalam mengukur keberhasilan organisasi. Salah satu asumsi yang sangat prinsipil dari pendekatan ini adalah kenaikan kepuasan kerja akan berakibat lanjut pada kenaikan produktivitas.

3.    System school, perpektif ini menekankan pada fungsi integrasi dan koordinasi pada proses, baik di dalam maupun di antara organisasi. Pendekatan ini dilakukan dengan mengombinasikan unsur-unsur yang baik dari dua pendekatan sebelumnya.


Teori-teori komunikasi organisasi

1.    Weick Theory of organizing, teori menggambarkan bagaimana sebuah benda (noun) “organisasi” dijadikan kata kerja (verb) “Pengorganisasian”. Perhatian teori ini adalah pada interaksi dan simbolisme dalam proses pengorganisasian. Tiga aspek yang menjadi perhatian weick dalam konsep proses pengorganisasian yaitu pemeranan (menghimpun lanjut), seleksi (memasukan seperangkat penafsiran ke dalam bagian yang dihimpun), dan retensi (penyimpanan segmen-segmen yang sudah diinterpretasikan untuk pemakaian pada masa mendatang).

2.    Structuration Theory, teori ini dikemukakan oleh Anthony Giddens, seorang sosiolog dari Inggris. Fokus utama structuration theory adalah bahwa hubungan antara structure dan agency harus didefinisikan dalam term dualitas struktur. Konsep ini mengemukakan bahwa struktur dihasilkan oleh agen manusia tapi pada waktu yang sama menjadi media di mana agency beroperasi.

3.    The theory of independent mindedness, teori ini menguji keefektifan komunikasi organisasi dengan melihat dua perspektif, yaitu :
a.    Ia memprediksi bahwa tenaga kerja lebih senang kepada supervisor yang memberikan bawahannya kebebasan untuk berekspresi dan menerima konsep diri bawahanya.
b.    Ia memprediksi bahwa tenaga kerja yang mendapat perlakuan seperti ini dari supervisornya akan memberikan keuntungan bagi organisasi karena mereka akan menjadi lebih produktif, lebih nyaman dengan pekerjaannya, dan lebih memiliki komitmen terhadap organisasi.
Teori ini mengasumsikan bahwa nilai yang dianut oleh masyarakat umum seharusnya diterima dan diterapkan dalam lingkungan kerja.

4.    Uncertainty reduction theory, dikemukanan oleh Berger dan Calabrase pada tahun 1975, dan dilanjutkan oleh Lester pada tahun 1987. Teori ini memusatkan perhatiannya pada proses sosialisasi anggota baru organisasi.

5.    A Theory of organizational Assimilation, Jablin – pakar teori ini – dan rekannya, Miller, mempresentasikan model empat tahap yang lebih memfokuskan perhatiannya pada cara tenaga kerja mempengaruhi organisasi mereka, sebagaimana mereka dipengaruhi oleh organisasi. Empat tahap tersebut adalah :
a.    Vocational socialization
b.    Anticipatory socialization
c.    Encounter
d.    Metamorphosis

Sumber referensi : Jenny Ratna Suminar, Soleh Soemirat, Elvinaro Ardianto (2015). Komunikasi Organisasi (SKOM4329). Tangerang Selatan: Universitas Terbuka

Artikel Terkait

Previous
Next Post »